BAB 7

101 65 10
                                    

Dengan langkah hati-hati, Eliza memasuki ruang tamu yang luas dan mewah. Cahaya lampu yang redup menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di dinding, membuat suasana semakin menegangkan. Matanya berkeliling, memeriksa setiap sudut ruangan, mencari sesuatu yang mungkin terlewat.

Tiba-tiba, tangannya merogoh ke dalam saku dan mengeluarkan ponselnya. Jantungnya berdebar kencang, membuat tangannya bergetar saat dia menekan nomor yang sudah dia hafal. Panggilan itu ditujukan untuk seseorang yang bernama Ren.

Eliza menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia menekan nomor yang sudah dia hafal dan menunggu panggilan itu tersambung.

"Ren," bisik Eliza, suaranya bergetar. "Aku... aku menemukannya."

Di ujung telepon, terdengar suara Ren yang terkejut. "Apa? Apa yang kamu temukan, Eliza?"

"G-gaun Queen," jawab Eliza, suaranya hampir tidak terdengar. "Gaun yang dia pakai pada malam kematian Ruby."

Sejenak, terdengar hening di ujung telepon. Kemudian, suara Ren terdengar lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Dan apa yang salah dengan gaun itu?"

Eliza menelan ludah, merasa tenggorokannya kering. "Ada bercak darah, Ren. Bercak darah di dada sampai bawah gaun."

Di ujung telepon, Ren terdiam sejenak. "Kamu yakin, Eliza?" tanyanya, suaranya penuh dengan kekhawatiran.

Eliza mengangguk, meskipun dia tahu Ren tidak bisa melihatnya. "Ya, aku yakin. Ini... ini bisa mengubah segalanya, Ren."

Saat Eliza tengah berbicara di telepon, tiba-tiba suara Queen terdengar jelas dari belakangnya. Jantungnya berdebar kencang, Dia merasa takut, khawatir Queen mendengar pembicaraannya.

"REN?!" teriak Queen, suaranya menggema di seluruh ruangan. Queen mendekat ke arah Eliza.

"Nona Eliza,apakah tadi Ren?...Sutradara terkenal itu? Kapan kamu mengenalinya? Aku sangat menyukainya" tanyanya kepada Eliza.

Namun, setelah mendengar Queen menyukai ren. Ia langsung memiliki ide untuk memperlancar aksinya. Dia mengajak Queen untuk bergabung ke drama baru yang disutradarai oleh Ren.

"Ehm...Dia menawarkan anda untuk masuk ke drama barunya, Apakah anda mau?" tanya Eliza dengan senyumannya.

Queen terkejut,matanya terbuka lebar dan tak pernah percaya, "S-Siapa? A-Aku? JELAS MAULAH!" Jawabnya.

"Bagaimana jika besok kita ke agensinya? Pak sutradara juga memiliki agensi." katanya.

"B Baiklah."

"Queen, kamu sangat pandai dijebak." ucap eliza didalam hatinya.

Keesokan harinya, Eliza dan Queen pergi bersama ke gedung agensi hiburan yang bernama IVE ENTERTAINMENT. Mereka berdua masuk ke ruangan yang elegan dan modern, di mana Queen akan menandatangani surat kontrak perjanjian. Wajah Queen terpancar kebahagiaan yang tak terbendung, seolah-olah semua impian dan harapannya akan segera menjadi kenyataan.

Di ruangan itu, terdapat meja besar dengan tumpukan dokumen yang rapi. Queen duduk dengan anggun di kursi yang disediakan, sementara Eliza berdiri di sampingnya sebagai pendamping setia. Seorang petugas agensi datang dengan senyuman ramah, menyerahkan surat kontrak yang sudah disiapkan dengan cermat.

Queen dengan penuh semangat mengambil pena dan menandatangani surat kontrak tersebut. Tinta pena menggoreskan tanda tangannya yang berarti dia resmi menjadi bagian dari IVE ENTERTAINMENT. Ekspresi wajahnya penuh dengan kegembiraan dan harapan baru.

Setelah Queen menandatangani surat kontrak, Ren, seorang CEO sekaligus sutradara dari agensi, bangkit dari kursinya dan mengulurkan tangannya kepada Queen. Mereka saling berjabat tangan dengan penuh kehangatan dan kepercayaan. Ren memberikan ucapan selamat kepada Queen karena telah resmi bergabung dengan agensi ini.

What's Up BITCH? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang