Bab 4 : Is It Real? Am I Just Dreaming?

112 13 0
                                    

“The illogicality of something, it really does exist. I am one of the proofs. But, is this real or is it just a dream?”

- Ishvaradyah as Elijah -

••••••

Ini gila! sangat-sangat gila! Bagaimana mungkin bisa Aku terjebak disini?

Aku bukan hanya kembali ke masa lalu, tapi Aku hidup kembali di sebuah novel sejarah. Ku ulangi NOVEL SEJARAH. Argh, bagaimana Aku bisa tak sadar selama ini??

Dari mulai nama desa ini yang sama dengan yang ada di novel, dengan scene seorang tangan kanan pangeran mahkota yang ditolong sebuah keluarga setelah 1 bulan menghilang dan ditemukan mereka dalam keadaan yang mengenaskan.

Novel sejarah itu berjudul 'A Historical Story of the Azudellin Kingdom: the Crown Prince of Azudellin, Caius Emilian Wellington'.

Novel itu menceritakan bagaimana lika-liku perjalanan Pangeran Mahkota Caius mengungkap kejahatan Ibu tirinya. Ibu tiri sekaligus Ibu Suri kerajaan yang melakukan segala cara untuk menyingkirkan Putra Mahkota, Pangeran Caius untuk naik tahta. Ia ingin anaknya sebagai Raja masa depan.

Klasik.

Sungguh alasan klasik.

Tapi, bagaimanapun di zaman ini orang yang punya tahta paling tinggi adalah yang berkuasa, bisa melakukan apapun sesuka hati.

Aku pikir, hidup di lingkup bangsawan sangat sulit. Semua harus teratur. Walaupun berkecukupan lebih, tapi banyak yang tak memiliki kebebasan lebih. Belum lagi perebutan kekuasaan sesama saudara seperti itu.

Aku cukup bersyukur hidup kembali hanya menjadi rakyat biasa. Yah, walau kadang capek juga, sih. 

Oh, ya. Pria yang ku temukan tadi siang. Dia Tuan Ashlan Richmond. Tangan kanan sekaligus orang kepercayaan Pangeran Caius.

Aku sedikit gemetar melihat darah yang mengalir deras dari lengannya sesaat setelah Paman Ben mencabutnya.

Aku membantu Paman Ben dan Bibi Matilda membuat ramuan obat tanpa banyak bertanya. Aku masih sedikit linglung. Aku benar-benar masuk kedalam novel sejarah yang sempat Aku baca saat masih kelas 11 di perpustakaan.

Ah, tiba-tiba juga Aku merindukan kedua adikku di dunia nyataku. Aku tidak tahu apakah aku masih hidup atau malah sudah ditimbun tanah pemakaman.

••••••

(Flashback)

Aku dalam perjalanan menuju bandara saat ini. Diantar oleh Mang Dadang, sopir pribadi keluarga Om Sam. Ini keinginanku sendiri untuk tidak diantar sampai bandara. Aku takut semakin berat untuk berangkat.

Lagu milik Avril Lavigne berjudul 'When You're Gone' dan 'Wish You Were Here' berputar bergantian melalui airpods yang tersambung ke smartphoneku. Akhir-akhir ini, lagu-lagu itu selalu menemaniku dan menenangkanku.

Tiba-tiba, dari arah trotoar seekor kucing orange abu-abu melompat ke mobil kami, mengejutkan Mang Dadang yang sedang menyetir. Aku ikut panik dan takut karena mobil kami ikut oleng.

"MAAANGGG TETEP FOKUS NYETIR MANG...MANG DADAAANGG"

"I-IYA, NENG. T-TAPI KUCINGNYA INI KENAPA GAK TURUN TURUN"

Aku dengan panik melepas seat belt-ku untuk sedikit maju mengusir kucing itu. Tapi, sebelum sempat Aku bangkit, kucing itu dengan gesitnya masuk kedalam mobil dan mengganggu Mang Dadang.

Mobil kami semakin oleng menuju ke tengah jalan. Ekor mataku menangkap truk yang melaju dari arah yang berlawanan.

Oh, Tidak. Ya Tuhan...

Truk itu tidak bisa menge-rem mendadak. Dia menabrak mobil yang ku tumpangi dan dapat kurasakan bahwa Aku sedikit melayang lalu dijatuhkan lagi dengan begitu keras.

Rasanya seperti gerakan yang diperlambat.

Aku merasakan sakit tiada tara di semua bagian tubuh.

Aku merasa, nafasku terhimpit sesuatu. Sulit dan sangat sakit hanya untuk bernafas.

Aku. Aku tidak mampu lagi membuka mata ataupun berucap satu katapun ketika kudengar banyak orang yang berusaha mengangkatku dari puing-puing mobil ini sebelum meledak.

Ah, apa sekarang waktuku untuk menyusul kalian Ayah, Bunda, Swahya?

Lalu, bagaimana Lingga dan Shraya? Aku tidak bisa meninggalkan mereka walaupun Aku tau mereka akan aman bersama Om Sam dan Tante Samara.

Aku tak lagi dapat menahan rasa sakit saat ini. Remuk semua rasanya. Ah, maafkan Kakak yang pergi secepat ini setelah Ayah, Bunda, dan Swahya. Maaf karena tidak bisa menepati janji untuk kembali. Aku sayang kalian, sangat. Maafkan Aku.

Setelahnya, hanya kegelapan yang menyambut. Tak ada lagi sakit terasa. Aku benar-benar pergi secepat ini?

••••••

Mengingat kejadian itu lagi benar-benar membuatku kembali terpukul.

Aku benar-benar membenci hewan satu itu setelah terbangun di antah berantah ini. Andai. Andai saja kucing itu tidak membuat onar di mobil yang kutumpangi hari itu, Aku pasti telah sampai di Bandara dengan selamat.

Aku benar-benar membenci hewan itu!

Sangat-sangat benci!

•••

Hello semwaaa...Klen apa kabar, nich? Semoga sehat selalu yak💙 Maaf baru Update lagi setelah sebulan, lebih seminggu, hehe...😁🙏🏻

Bab ini campuran alur mundur dan alur maju. Sedikit gak nyambung ya gak si? Aku baru kali ini nyobain juga soalnya hehe...

Thanks for reading, jangan lupa Vote & Comment-nya yak! I really appreciate it, guys. Thank you and see youuuuuuu(⁠◕⁠દ⁠◕⁠)♡

Sabtu, 16 Desember 2023
Salam manis,

Aru☃️

A Historical Story : From Side Character, Becomes Main  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang