Bab 5 : My Life Now, in this Strange World

106 14 0
                                    

"I think, this world, not bad tho
at least, for now"

-Ishvaradyah-
now, being
-Elijah Germaine-

•••••••

Tanpa sadar tanganku menumbuk ramuan obat dengan keras saat Aku mengingat kembali kejadian naasku sebelum benar-benar pindah ketempat ini. Hanya karena keusilan hewan yang katanya 'sangat menggemaskan'

Tcihhh...

Dari dulu Aku tidak terlalu menyukai kucing. Mereka sangat merepotkan dimataku. Terbukti benar 'kan? Kucing itu merepotkanku. Bukan. Bukan merepotkan lagi. Merugikan lebih tepatnya.

Aku tidak tau keadaan tubuhku di dunia nyataku bagaimana, keadaan Mang Dadang bagaimana. Dan, ah bagaimana perasaan adik-adikku?

Dasar kucing sialan!

"Lijah! Astagaaa...Kau ini kenapa, hah? Menumbuk ramuan dengan kerasnya, hingga kupikir akan halus bersama wadah-wadahnya sekaligus"

"Eh...Bibi...Ehehe maafkan Aku. Aku teringat hal menyebalkan sambil melamun tadi, hehe..." Bisa kulihat Bibi Matilda menggelengkan kepalanya dengan kedua tangan berada di pinggangnya.

"Sudahlah. Ramuannya sudah halus. Kamu bawa kepada Pamanmu agar Tuan Ashlan segera diobati. Bibi yang akan melanjutkan semua ini" Ucapnya mengusirku dari dapur dengan halus. Kupikir Bibi takut Aku memecahkan barang dapur lainnya hehehehe...

Aku pergi membawa ramuan obat oles tradisional ini kepada Paman Ben. Kulihat tangan kanan pangeran mahkota itu masih terbaring tak sadarkan diri. Mungkin. Itu yang bisa kulihat dari pintu.

Sedangkan pamanku sedang berbincang dengan temannya yang seorang tabib, Paman Gallego. Aku tidak terlalu paham yang mereka bicarakan, intinya sih, kondisinya Tuan itu.

Siapa ya namanya? Tiba-tiba lupa. Eee...Tuan...hm?

"Elijah. Kenapa hanya diam di pintu? Kemari cepat. Kamu membawa ramuan obat itu kan?" Aku menjawab pertanyaan Paman Gallego dengan senyum kecil dan anggukan. "Bagus, secepatnya kita obati luka-luka Tuan Ashlan agar Ia lekas pulih"

Aku mendekat kearah mereka. Dan, oh ya, nama tuan itu Tuan Ashlan. Bagaimana Aku bisa lupa padahal baru beberapa saat yang lalu Bibi Matilda menyebutnya?

"Lijah...Tolong cuci pakaian Tuan Ashlan ini. Kamu rendam dulu agar noda darahnya hilang"

"Baik, Paman Ben"

Huh, padahal Aku masih ingin melihat Tuan Ashlan. Dilihat-lihat dari belakang, Dia tampan juga. Aku belum mlihat wajah jelasnya, tapi sudah terlihat tampan. Bagaimana kalau melihat dengan jelas?

Hah...Sudahlah, lebih baik Aku segera merendam pakaian Tuan Ashlan, lalu berangkat ke pasar untuk menggantikan Paman Ben menjaga toko hingga sore nanti.

•••••••

Setelah mencuci dan menjemur pakaian Tuan Ashlan tadi, Aku langsung pamit pada Bibi Matilda untuk pergi ke pasar. Biasanya Aku dan Bibi datang saat senja untuk membantu Paman Ben untuk bersiap-siap menutup kios.

Pasar sudah lumayan sepi sore ini. Mungkin aku aku hanya akan merapikan kios, menutupnya, dan segera pulang. Memang tak banyak yang akan berbelanja buah maupun sayur di sore-sore seperti, kecuali kedai-kedai makanan, sih. Mereka mungkin akan selalu ada pengunjung hingga nanti malam.

"Ouh, Lijah. Lama tak jumpa, kemana saja kau?"

Fokus mataku beralih menatap seorang laki-laki tinggi berkulit tan yang tiba-tiba sudah berada di depanku. Aku menatap malas dirinya, laki-laki itu sangat berlebihan. "Jangan berlebihan, Grey. Kemarin kita baru bertemu dan mengobrol saat Kau pulang dari pasar"

Greywill Klock, temanku yang paling menyebalkan, Ia tersenyum tak berdosa menanggapi ucapanku. "Ya, walaupun begitu, Aku selalu merindukanmu"

Aku merotasikan mataku. Ah, sungguh selain menyebalkan, Dia juga seorang perayu ulung. Gadis-gadis di desa ini pasti mengenalnya, bahkan diantaranya jatuh ke dalam pesonanya. Tentunya Aku bukan salah satu dari Mereka.

"Simpan bualanmu itu, Grey. Itu tidak akan mempan sama sekali untukku"

"Hahahaha....Yah, baiklah-baiklah. Apa Kau perlu bantuan atau tumpangan untuk pulang, Nona Germaine?"

"Oh, tentu saja, Tuan Klock. Kau memang teman yang dapat diandalkan, hahaha" Siapa yang menolak gratisan yang menguntungkan begini? Hahaha tentu saja Aku tidak. Lumayan bukan? Aku menghemat tenaga kakiku untuk berjalan, ya, walaupun sebenarnya tak terlalu jauh juga dari rumah pondok Paman dan Bibi, hehe...

Grey memasang muka agak masam sambil mengangkat keranjang buah sisaan ke kereta kudanya, "Ya, ya, ya. Giliran yang begini mulutmu sedikit lebih manis, Li"

Aku tertawa kecil menanggapinya dan meraih uluran tangannya yang membantuku duduk disampingnya.

Grey mengantarku hingga depan halaman rumah dan langsung melanjutkan perjalanannya ke rumahnya.

Setelah menempatkan keranjang buah sisaan yang sudah tak segar di tempatnya, Aku langsung menuju kamarku. Aku merasa badanku lengket, Aku butuh mandi sekarang.

Ergh...

Ah, suara erangan lirih itu menghentikan langkahku. Berasal dari satu-satunya kamar di lantai 1, kamar paman dan bibi yang saat ini digunakan untuk proses penyembuhan Tuan Ashlan itu.

Ah...Apakah Tuan itu sudah siuman?

•••••••

Haiii semuaa...
Liburan semester hampir 2 bulan nih Aku hehe, Aku usahain update rutin lagi😁💙

Have a nice day!🦋

Sabtu, 23 Desember 2023
Salam Manis,

Aru☃️

A Historical Story : From Side Character, Becomes Main  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang