Bab 7 : The Conversation

118 15 2
                                    

"I Feel Like the Next Days will be Tough Days for Me, huft"

-Elijah Germaine-

••••••

Tuan Gallego telah keluar dari tempat peristirahatan Ashlan tadi. Beliau memberi pesan pada Elijah untuk memberi jeda makan setelah meminum ramuan obat sebelumnya. Elijah menurut dan memilih untuk makan malam terlebih dahulu.

Setelahnya, Elijah mencuci piring bekas makannya dan menyiapkan makan malam Ashlan seperti arahan Tuan Gallego sebelum pulang.

Huft...

Inhale...
Exhale...

Setelah pertemuannya dengan Ashlan sore tadi, Elijah sedikit gugup untuk kembali bertemu dengan Ashlan itu. Ia merasa, bahwa Ashlan itu tidak menyukai kehadirannya.

"Tatapannya itu seperti senjata laser di zaman modernku" Gumam Elijah sedikit bergidik. "Ah, baiklah, lekas laksanakan tugas dan segera tidur, Kau sudah lelah, Elijah" Ucapnya kembali berbicara dengan dirinya sendiri.

Elijah melangkahkan kakinya menuju kamar yang ditempati Ashlan. Ia kemudian mengetuk daun pintu dengan susah payah karena kedua tangannya yang membawa baki makan malam. "Permisi, Saya membawakan makan malam untuk Anda, Tuan"

"Masuk..." Suara dari dalam kamar terdengar berat dan sedikit serak yang menandakan keadaannya yang memang belum sepenuhnya pulih.

Elijah masuk kedalam dengan susah payah pula. Dengan sedikit menundukkan kepalanya, Elijah melangkah kedalam kamar dengan sedikit pelan. Lagi, Ia merasa gugup dan canggung.

"Maaf, Tuan. Biar Saya membantu Anda duduk, permisi"

Elijah membantu Ashlan bangun dari pembaringannya dan menyusun bantal-bantal dibagian punggungnya dengan hati-hati, luka sayat memanjang di punggung Ashlan membuatnya kesulitan untuk duduk bersandar walaupun sudah sedikit mengering.

"Apakah Anda memerlukan bantuan Saya untuk makan, Tuan?" Elijah menawarkan diri setelah melihat kondisi lengannya yang dibelit kain putih, lengan itu yang terluka karena tertancap anak panah sebelumnya.

"Hm, lenganku masih terasa kebas saat ini" Ashlan menjawab dengan lemas dan sedikit meringis. Luka di punggungnya belum sepenuhnya kering dan lengannya terasa sangat kebas. Lengan yang biasanya mampu mengangkat pedang dan menumpas musuh, tetapi saat ini untuk mengangkat sendok pun rasanya tak mampu.

"Baik, Tuan" Elijah kemudian menarik kursi kayu untuk didudukinya dan mulai membantu Ashlan makan.

Beberapa saat, hanya suara dentingan sendok dan hujan diluar yang mendominasi. Suasana yang sangat canggung ini sangat menyesakkan bagi Elijah. Tatapan Ashlan yang tajam sesekali menatap kearahnya menambah kecanggungan suasana di ruangan tersebut. Elijah benar-benar ingin cepat keluar dari sana.

"Cukup, Aku ingin minum" Suara Ashlan menghentikan suapan Elijah. Elijah dengan patuh menyudahi makan malam walaupun masih tersisa, kemudian membantunya meminum air.

Setelahnya, Elijah merapikan alat makan yang telah digunakan. Merasa lega akhirnya Ia akan bebas dari suasana mencekam ini. Ya, sebelum Ashlan mulai membuka obrolan yang tidak diharapkannya sama sekali. Elijah ingin tidur cepat.

"Hm, Kau yang menemukanku pertama kali bukan?"

"Benar, Tuan. Namun, yang membawa Anda kemari adalah Paman Saya" Elijah menjawab tanpa menatap si penanya.

"Bisakah Kau terangkan bagaimana Kau menemukanku?" Tatapannya yang masih saja tajam walaupun sedang dalam kondisi lemah benar-benar membuat Elijah merasa terintimidasi.

Dengan kikuk dan sedikit gemetar dalam duduknya, Elijah menerangkan, "Saat itu, Saya sedang mencari sapu tangan Saya yang terjatuh sewaktu berkebun dan ketika sampai di ujung kebun, Saya menemukan tubuh Anda tergeletak dengan bersimbah darah"

Elijah menjeda sesaat untuk mengambil napas, pengalaman mengerikan itu membuatnya takut hanya dengan mengingatnya. "Saya merasa panik dan takut, sehingga Saya berlari menuju rumah memanggil Paman Ben dan Bibi Tilly untuk menolong Anda, karena jujur saja, Saya masih sangat syok saat itu" Sampai sekarang juga, sih, sepertinya Aku juga tidak akan berani menginjakkan kakiku ke area sana lagi sendirian, Elijah melanjutkan kata-katanya dalam hati.

Ashlan mengangguk mengerti. Ia pun berpikir jika rasa syok itu masih membekas bagi Elijah melihat sorot matanya yang nampak gusar.

"Lalu, apakah Kau menemukan sesuatu yang janggal ketika Kau menemukanku? Kau tak merasa ada yang mengawasi, atau yang lebih tepatnya, orang yang telah menyerangku dengan panah itu?"

Elijah menggelengkan kepalanya sebelum menjawab dengan raut muka yang berganti bingung.

"Tidak, tuan. Sepertinya Anda telah terpanah sebelum memasuki area kebun Kami, Saya pun tidak menemukan hal-hal yang janggal lainnya baik benda atau orang lain disekitar tempat Anda tergeletak"

"Kau yakin?" Jujur saja, Elijah tidak yakin. Jika diingat-ingat lagi, saat itu fokusnya benar-benar hanya tertuju pada kondisi Ashlan yang mengerikan.

"Mm...Maaf, tuan. Sebenarnya Saya kurang yakin, tuan. Seluruh atensi Saya tertuju pada kondisi Anda saat itu, Saya tidak sempat memikirkan hal-hal seperti ini" Akhirnya Elijah mengungkapkan keraguannya dengan kepala tertunduk merasa sedikit bersalah.

Ashlan menghela nafas panjang setelah mendengar penuturan Elijah. "Baiklah, Kau bisa kembali beristirahat sekarang. Dan, bisakah Kau kemari esok hari setelah sarapan?"

"Apakah Anda membutuhkan sesuatu, tuan?" Kebingungan melanda Elijah saat ini.

"Ya. Tapi, tidak sekarang. Saat ini sudah hampir lewat malam, hujan sangat lebat pula, cukup Paman dan Bibimu yang kuberi tugas saat ini. Kau bisa kembali esok"

Titah Ashlan itu semakin membuatnya bingung. Jadi, Paman dan Bibinya rela keluar malam-malam di tengah hujan lebat karena titah dari Tangan Kanan Pangeran Mahkota ini?

Namun, tak ayal Elijah mengiyakan perintahnya. Ia pamit undur diri dengan dibarengi kernyitan dalam di dahi cantiknya. Meninggalkan Ashlan dengan ingatannya saat Ia disekap.

Ia mencoba menerka-nerka, karena saat itu, matanya ditutup oleh kain sehingga hanya telinganyalah yang bisa Ia andalkan. Suara itu sangat familiar, orang suruhan Ratu yang menyekapnya itu sepertinya bukan dari kalangan bawah.

"Ini akan semakin jelas ketika Paman dan Bibi gadis itu mendapatkan apa yang kuperintah. Saat ini, Aku hanya bisa bergantung dengan bantuan keluarga ini untuk membantuku mengungkap semuanya, hahh...Panah beracun sialan!"

••••••

Note:
¹Elijah read as Eliyah
²Benjamin read as Benyamin
³Matilda can be called with Tilly
⁴Foto diatas kali ini untuk pemanis:')

Hollaaaa....
Lama tak jumpaaa yakannn???
Maaf banget gak bisa update sekitar 2 mingguan ini, Aku lagi sibuk ngurus kepentingan kuliah, terus mau upload semalam, tapi lagi sibuk bantu-bantu acara😩🙏🏻
and, lastly, Happy Reading guys! Have nice day, ya! Happy Weekend 💙

Minggu, 28 Januari 2024
Salam Manis,

Aru ☃️

A Historical Story : From Side Character, Becomes Main  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang