Happy Reading!
••••••
Siang itu, Elijah kembali ke rutinitas menjaga kios, bergantian dengan Paman Benjamin. Pasar yang sedari pagi hingga malam tak pernah sepi. Bukan hanya penjual dan pembeli, tetapi adapula anak-anak yang meramaikan pasar dengan bermain bersama di pinggiran. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak penjual yang ikut menemani orangtuanya berdagang dan beberapa memang rumahnya di atas kios mereka.
Elijah sendiri menjaga kios seperti biasanya, menjual sayur dan buah hasil kebun. Terkadang temannya, Greywill Klock, datang mengisengi pekerjaan Elijah dengan dalih 'membantu'. Orang itu seorang teknisi jam di pasar ini, itulah kenapa Ia beberapa waktu datang.
Seperti saat ini, dari kejauhan saja, Elijah sudah menangkap sinyal-sinyal tidak mengenakkan mendekat kearahnya. Begitu Ia mengedarkan pandangan, sosok Greywill Klock berjalan dengan gayanya yang 'sok' datang dengan membawa sebuah keranjang. Sontak mata Elijah memutar dan menghela nafas jengah.
"Hal–"
"Apa? Kau mau apa? Jangan kebiasaan menggangguku saat bekerja!" Yah, Elijah langsung menyerobot tanpa menunggu Grey selesai menyapa. Muka tengil Grey sudah cukup membuat dirinya jengah.
"Hey, jangan terlalu galak Kau ini. Aku kan berniat baik membawakan makan siang untuk kita berdua" Grey menunjukan keranjang bawaannya tinggi-tinggi. Ia langsung masuk ke dalam kios tanpa sungkan, lalu menaruhnya diatas meja.
Elijah mengernyit heran, tetapi tetap menghampiri Grey dengan melipat tangan, "Tumben sekali? Kau sedang menyogokku atau...?"
"Astaga, Ellie..." Grey menepuk dahinya, "Jangan berburuk sangka dulu 'lah...Ibuku yang membuatnya untuk dibagi denganmu dan Paman Ben. Tapi, sepertinya Aku terlambat, Paman sudah pulang kan?"
Elijah mengangguk-anggukkan kepalanya, membenarkan pertanyaan si karib, "Hm, bagaimana Aku tidak berburuk sangka jika biasanya Kau ada maunya saat melakukan hal terpuji begini"
"Hehe...Sebenarnya memang ada sesuatu" Grey menyengir, semakin lebar ketika mata Elijah melotot geram.
"KAU–"
"Sssttt...Jangan kesal dulu, Aku belum selesai bicara" Grey menyela Elijah yang sedang geram. Kemudian mengeluarkan sebuah gulungan kertas dengan pita merah maroon. Elijah berganti mengernyit heran, pita merah maroon yang mengikat gulungan surat merupakan tanda bahwa surat itu berasal dari kerajaan.
"Jangan terkejut, jangan terkejut" Grey segera membuka gulungan kertas itu dan membentangnya, "Taraaa...Lihatlah ini!"
Mata Elijah kembali membola dan menutup mulut untuk meredam pekikannya. Di dalam surat itu dinyatakan bahwa Grey diterima sebagai prajurit muda kerajaan, yang mana itu adalah impiannya sejak lama. Elijah mengucapkan banyak ucapan selamat, meloncat-loncat bahagia sembari memeluk karibnya itu. "Aku benar-benar turut berbahagia dengan kabar ini, Grey! Ah, akhirnya Aku bebas dari kejahilanmu. Selamat, Grey, selamat!"
"Terimakasih, Ellie. Hari-harimu pasti terasa kosong setelah ini. Ckckck...Jangan merindukanku ya!" Ucap Grey dengan nada tengilnya, tak lupa tangannya ikut menepuk pundak karibnya beberapa kali.
Elijah mendengus, menepis tangan yang berada di pundaknya, "Aku malah berbahagia setelahnya, Grey. Hari-hariku akan terasa damai tanpa adanya pengganggu sepertimu!"
Mereka berdua tertawa lepas setelahnya, menertawakan kekonyolan tingkah mereka yang kekanakan dengan saling ejek-mengejek. Ini akan menjadi momen terakhir mengobrol dengan santai sebelum akhirnya Grey, teman karibnya, pergi merantau. Cukup membuatnya merasa sedih. Grey adalah teman satu-satunya yang dekat dengan Elijah selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Historical Story : From Side Character, Becomes Main
Historical Fiction[A Historical Story Series] Setelah rentetan kejadian pilu yang beruntun menimpa, Aku pikir tujuan akhirku surga, tapi kenapa malah terdampar di antah berantah ini? Ini jaman apa, ya? Apa Aku bisa bertahan di dunia ini? Sampai suatu hari, Aku baru...