Bab 2 : Should I be Thankful or Sad?

164 18 0
                                    

"My past ended sadly, then I started again well and hoped it would no longer end the same"

- Ishvaradyah -

••••••

- Flashback -

Malam itu, kami merayakan ulang tahun dua adik kembarku yang ke-7 sekaligus merayakan keberhasilanku mendapatkan beasiswa kuliah jurusan Arsitektur di RWTH Aachen University, Aachen, Jerman.

Sangat sederhana, Kami merayakan kebahagiaan kami bersama dengan barbeque-an di balkon rumah kami. Walaupun sederhana, tapi kebahagiaan keluarga kami luar biasa.

Tidak lupa juga kue ulang tahun, khusus adik kembarku. Aku dan Bunda membuatnya khusus, khas, dan hanya untuk Shrayadyah dan Swahyadyah, adik-adik tercintaku.

"Teteh, Aku mau kueku ada blueberinya, ya! Rasanya harus coklat, tapi luarnya biru, gituuu" Ini Swahya, si bungsu di keluargaku.

"Kalo Aku mau coklat seeemuaanyaaaa...tapiiii...atasnya dikasi stroberi yang banyak!" Nah, ini Shraya, yang tak mau kalah semangat dari si bungsu.

"Kalian tuh banyak mau tau nggak. Bantu aja nggak!" Hahahah ini adik lelakiku satu-satunya, Kalingga Adiyasa, yang paling suka iseng sama si kembar. Hah, tiada hari tanpa bertengkar, berdebat seperti hari ini, hmmm...

"Ih, Aa' diem deh mendingan, inikan hari ulang tahun kita berdua, jadi kita bebas dong mau minta request!" Lihat, haduh, Shraya yang emosinya sependek sumbu lilin pastinya langsung tersulut. Si bungsu Swahya hanya menanggapinya dengan menatap nyalang Kalingga membenarkan ucapan kakaknya.

"Sudah, cukup! Lingga! Kamu mending bantuin Ayah siapin barbeque, kok malah enak-enakan nge-game! Cepet sana. Dan untuk Shraya, maaf ya dek. Stroberinya lagi gaada di kulkas, Teteh lupa beli. Diganti Bluberi aja mau nggak?" Aku mencoba menawar adikku yang biasanya sangat keras kepala.

"Nggak! Aku maunya stroberiiii...Kan Aku gak bisa makan bluberi teteh, Alergiii" Ah, Aku sedikit lupa hal ini.

"Waduh, iya kakak lupa, maaf ya cantik. Yaudah, kakak ke supermarket depan dulu, ya"

"Eh, gak usah, Var. Order aja udah, rame banget lo jalannya, malam minggu ini" Benar juga kata Bunda. Tapi...

"Gak papa, Bun. Biar Aku yang berangkat biar cepet, was wes hehehe Aku juga mau sekalian beli paperbag buat wadah hadiah wisuda sahabat-sahabatku"

"Yaudah, deh. Kunci motornya ada di tempat gantung kunci, hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut, loh!"

"Siapp bundaku yang manisss...muach. Aku berangkat dulu ya, assalamualaikum!"

Aku menaiki motorku menuju supermarket. Sedikit macet, ya karena malam minggu juga, kan. Sesampainya di supermarket, Aku segera mengambil barang-barang yang dibutuhkannya. Lalu, mengantri di kasir dan segera pulang.

•••••

Begitu terkejutnya Ishvara ketika sampai di komplek perumahannya. Terlihat banyak warga yang sedang berkerumun dan berlarian membawa ember berisi air dengan wajah panik.

'Ada apa ini? Perasaan baru ditinggal 1 jam-an udah rame aja'

'Perasaanku kok gaenak, ya?'

Ishvara memarkirkan motornya di depan pos satpam, karena jalan menuju rumahnya sulit dilewati karena kerumunan masa disana.

WIIIUUUWWWW...WIIIUUUWWWW...

'Ada mobil pemadam juga? Ah, tunggu, jantungku kenapa berdetak lebih cepat begini?'

Dengan panik, Ishvara berlari mengikuti mobil pemadam kebakaran yang baru saja lewat. Menerabas lautan manusia disekitarnya. Kantung belanjaannya ikut terombang-ambing seiring berlarinya Ishvara.

Mobil pemadam kebakaran itu berhenti, langkahnya pun ikut terhenti. Seperti adegan slowmotion, pandangannya tertuju kepada sebuah rumah yang sedang dilalap si jago merah. Tertegun. Reflek Ishvara berlari menuju rumahnya, membuang kantung belanjanya.

"TIDAKKKK...AYAH...BUNDA...MEREKA MASIH DI DALAM, LINGGA...SHRAYA...SWAHYA..."

Seseorang dengan cepat menangkap Ishvara tepat sebelum Ia mendobrak pagar rumah yang juga terbakar.

"Tenang, nak. Lingga sama Shraya sudah dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa tadi"

"Benarkah, Tante? Lalu, orangtuaku? Adikku Swahya? Bagaimana dengan Mereka?" Ia bertanya dengan beruntun, dilandasi panik, takut, sedih bercampur aduk satu.

Adik dari ayahnya, Tante Samara, tidak bisa berkata-kata. Hanya menatap, kemudian menangis, memeluk tubuh mungil Ishvara. Ishvara yang mengerti maksud dari pelukan Tantenya menangis lebih keras, berteriak memanggil orangtua dan adiknya.

Dengan latar belakang kobaran api, tangisan pilu dua perempuan itu menyayat hati banyak orang.

'Bagaimana ini bisa terjadi kepada Kami yang sedang berbahagia, Tuhan?'

••••

Halo lagi semua...
Di part ini full flashback ya, hehe. Biar Kita bisa ada gambaran kehidupannya Ishvara sebelum pindah ke kehidupannya Elijah.

Oh iya, It is my first time write story like this. So, mohon dukungannya ya, kalau ada salah-salah silahkan untuk berkomentar di tempat yang salah.

Jangan lupa Vomment juga kalau kalian bener-bener suka, Aku suka banget di semangatin soalnya, hehehe...Sampai jumpaa...love uuu💙💙💙

Sabtu, 30 September 2023
Salam manis,

Aru☃️

A Historical Story : From Side Character, Becomes Main  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang