Bab 11 : Got It!

60 9 2
                                    

“I Got it! But Please Forgive Me God”

— Elijah Germaine —

••••••

Diantara kepanikan Elijah, otak cantiknya mengatakan untuk melanjutkan perjalanan. Ia memutuskan untuk memilih Jalan memutar, yang mana akan lebih lama sampai ke rumah. Jika benar seseorang itu mengikutinya, Ia akan melemparkan belati dan tombak ikan yang dibawanya.

Ya, itu ide yang cukup baik!

Anak-anak yang bersamanya memilih jalan yang melewati rumah Elijah, karena memang disana cukup padat penduduk. Lebih aman. Sedangkan jalan yang Elijah tempuh saat ini dipenuhi ladang dan kebun dan cukup dekat dengan pasar.

Elijah berhenti berjalan untuk kedua kalinya, membiarkan anak-anak berjalan mendahuluinya. Kemudian Elijah berbalik, dan...

gotchaa!

Seseorang itu tepat berada di belakang Elijah. Oh, tidak. Dua orang ternyata.

Mata tajam Elijah memindai Mereka berdua dari atas hingga kebawah. Pengembara? Batinnya.

"Kenapa Kalian mengikuti Kami?" Elijah langsung menanyakan.

"Sebelumnya, maafkan Kami yang membuat Anda tidak nyaman, nona"

"Tidak usah banyak bicara. Cepat katakan tujuan kalian!" Elijah menyerobot ucapan salah satu dari Mereka. Terlalu bertele-tele...

"Ah, baik. Kami ingin menanyakan sesuatu, nona. Kami diutus oleh Kerajaan Azudellin untuk mencari keberadaan tangan kanan Pangeran Mahkota yang menghilang. Kami mendapat informasi bahwa Beliau terakhir terlihat di hutan utara dan sekitar sungai" Pria berambut kemerahan itu menjelaskan. Sedangkan pria yang lebih pendek darinya, mengangguk sebagai respon dan melanjutkan ucapan temannya.

"Benar, nona. Dan Kami sudah beberapa hari ini mengawasi kawasan sungai hingga sampai disini"

"Lalu? Mengapa tidak secara terang-terangan menanyakannya padaku, alih-alih membuntutiku dan anak-anak?" Elijah menanyakannya dengan selidik.

Elijah tidak bodoh. Elijah ingat, tugas yang diemban Tuan Richmond ini adalah rahasia pribadi dengan Pangeran Mahkota. Tidak ada seorangpun yang tau.

"Ah, maaf atas ketidaksopanan kami, nona" Ucap pria yang lebih pendek. Keduanya bersamaan menundukkan tubuh Mereka.

"Sudahlah, tak perlu dipikirkan lagi. Tentang tangan kanan Pangeran Mahkota itu, Aku tidak tahu apapun. Tahu wajahnya pun tidak" Elijah menjawab dengan tegas, mencoba menutupi kegugupan yang kembali muncul.

"Kalau begitu, apakah ada seseorang atau warga di desamu yang membawa laki-laki dari arah hutan?"

Ternyata pria berambut merah tidak menyerah. Ia terus mendesak Elijah dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.

"Aku kurang tahu, tuan-tuan sekalian. Aku jarang keluar dari rumah dan lebih sering berkebun di rumah"

Tanpa sengaja, mata Elijah menangkap sebuah buku di pinggang pria berambut merah. Buku itu mirip dengan deskripsi Tuan Richmond. Apakah benar yang itu?

"Coba tanyakan ke desa-desa sebelah, desa mereka dekat dengan sungai yang menuju laut, mungkin saja mereka tahu sesuatu" Elijah mengalihkan pandangannya dan menatap kearah dua pria itu.

Elijah berbalik bersiap untuk pergi, "Sudah, ya. Aku harus kembali sebelum senja karena rumahku jauh. Aku tidak mau berurusan lagi dengan kerajaan yang terlalu rumit. Permisi"

Kedua pria itu saling memandang. Nampaknya terkelabuhi dengan ucapan Elijah, Mereka berpikir jika rekannya salah mengira. Elijah tampak normal dan tidak mencurigakan pikir Mereka. Lantas pergi menuju ke desa sebelah terdekat.

Sedangkan Elijah yang awalnya berjalan santai langsung berlari sekencang mungkin melewati kebun milik tetangganya untuk memotong waktu perjalanan pulang ke rumah. Ia berubah pikiran, Elijah merubah rencana awalnya.

Ia menuju ke belakang rumah, tempat biasanya Paman Ben menyimpan senjata berburunya. Elijah mengambil alat panah yang tergantung dan tas berisi anak panah.

Yang tidak diketahui banyak orang, Elijah pandai menggunakan alat panah hasil didikan Paman Benjamin setahun ini. Bela dirinya dapat diacungi jempol bagi seorang perempuan umumnya, cukup untuk membela diri di waktu-waktu mendesak.

Dan,
Kemampuan larinya yang sangat luar biasa. Keahlian di dunia sebelumnya masih melekat meskipun berada di raga yang berbeda. Ishvara, As known as Elijah here, sangat mensyukurinya. Sangat berguna disaat-saat seperti ini.

Elijah kembali ke tempat Ia bertemu dengan 2 pria itu dengan menyembunyikan tubuh kecilnya dibalik pohon besar. Ternyata Mereka masih tidak jauh dari sana, berdiri bersampingan seperti sedang menunggu seseorang.

Elijah lagi-lagi terfokus pada buku itu, memastikan bahwa benar buku itu yang dimaksud. Ia kalah cepat dengan antek-antek Ratu. Pantas saja hingga menjelang sore tak Ia temukan buku itu. Dilihat-lihat dari jauh, buku itu masih tampak cukup bagus.

Elijah kemudian pergi mengendap sehati-hati mungkin untuk mencari celah. Jantungnya berdegub kencang, buruannya kali ini bukan seekor rusa ataupun kelinci, tetapi manusia!

Ia segera mengambil dua panah dan menempatkan dua anak panah pada busur. Menarik tali busur dengan memfokuskan keduanya pada kedua target. Giginya sedikit bergemelatuk merasakan kegugupan, rasa kemanusiaannya mengusik konsentrasi.

Tapi, tekadnya tak terhentikan.

Vwhoosshh

Panah pertama,
Panah kedua,

Melesat cepat secara bersamaan tepat mengenai daerah vital targetnya. Elijah menutup matanya erat ketika hal ini terjadi.

"Ya, Tuhan, maafkan hamba" Seraya menggenggam kedua tangannya ke dada.

Elijah memeriksa situasi disekitarnya, memastikan tidak ada yang melintas sebelum memutuskan untuk mendekat. Ia sedikit meringis menatap korbannya yang telah tak sadarkan diri. Kemudian Elijah sedikit membungkukkan diri untuk mengambil buku berlilit tali rami.

Ghrep!

"Hah!"

Elijah memekik tertahan ketika tangan pria itu mencengkram kuat lengannya. Elijah berusaha melepaskan diri, hingga tangan yang masih bebas mengayunkan busurnya ke arah belakang kepala pria itu sebelum Ia berhasil untuk mendudukkan dirinya.

"Kk-kaau...-"

Secara spontan, Elijah kembali menusukkan anak panahnya dengan tangan kosong sebelum Ia menyelesaikan kalimatnya.

Elijah pun terkejut, menatap tangan kanannya dengan nanar. Ia kembali syok. Anak panah terakhirnya telah tergunakan

Elijah menggelengkan kepalanya cepat untuk meraih kesadaran. Ia harus cepat pergi sebelum ada kelompoknya yang lain datang. Ya, Ia harus cepat!

Elijah merampas buku itu, sekaligus kantung-kantung di baju mereka. Ini Ia lakukan agar kematian mereka tersamarkan dugaan perampokan.

Elijah kembali berlari secepat angin tanpa menoleh ke belakang. Ia memeluk erat barang-barang curiannya agar tak terjatuh semasa berlari.

I got you, shitty book!
I Got You!!

••••••

Fyi, scene Elijah lari secepat kilat itu terinspirasi dari jalan 'hantu' nya Seulgi Red Velvet, serem tapi keren. Kalo blio mau main film, jadi hantunya udah gak perlu banyak ngedit itu😩🙏🏻🙏🏻

Okay, Jangan lupa Vote & Comment, ya! Thank youuu💕
Have a great weekend!
See youuuu(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

Sabtu, 03 Agustus 2024

Aru 🦋

A Historical Story : From Side Character, Becomes Main  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang