"Air Wajah Seseorang Terkadang Terlihat Lebih Jujur Daripada Ucapannya"
••••••
Nafasnya terengah-engah ketika tiba di rumah tepat dengan senja akan berakhir. Elijah terduduk di undakan tangga rumah dan bersandar pada pegangannya. Rasanya, kakinya akan rontok saat itu juga.
Ah, Elijah kembali teringat apa yang dilakukannya tadi. Matanya menatap kedua tangannya dengan tatapan seram. Tangannya sangat kejam.
"Haissh...lupakan-lupakan, yang tadi itu kepepet" Elijah mengafirmasi dirinya sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
"Elijah"
"HAH!" Jantung Elijah bertalu-talu, tubuhnya berbalik cepat hingga tak dapat menjaga keseimbangan. Ia terjatuh ke belakang menghantam tanah. Bibi Matilda datang dengan tiba-tiba membuatnya terkejut setengah mati. Buku yang dibawanya pun ikut terjatuh.
"Ellie, Bibi hanya memanggilmu pelan, mengapa seterkejut itu?" Bibi Matilda heran dengan sikap Elijah, Ia bertanya sembari membantunya berdiri.
"Tidak apa-apa, bibi. Aku hanya sedang melamun tadi, bi, hehe" Elijah berdiri dan membersihkan bagian belakang gaunnya, "Ah, iya, bibi"
Elijah sedikit membungkuk untuk mengambil buku dan dua kantung yang terlempar tadi, "Aku berhasil mendapatkan apa yang diminta Tuan Richmond, bibi!!!" Ujarnya dengan semangat.
Terlihat dari raut wajah Bibi Matilda yang terlihat lega, tangannya terulur sedikit merapihkan rambut Elijah, "Ah, benarkah? Syukurlah, bibi khawatir menunggu kedatanganmu tadi. Cepatlah bersihkan dirimu! Kau terlihat sangat berantakan"
"Biar bibi yang membawakan alat panahmu" Lanjutnya.
"Baiklah, bibi. Sekalian belati ini, ya, tadi tidak terpakai. Aku terlupa sedang membawanya, terimakasih, Bibi Tilly" Elijah langsung masuk ke dalam rumah setelah menyerahkan belati di saku bajunya kepada Bibi Matilda untuk dibawa kembali ke tempat semula.
••••••
Sedangkan di dalam hutan, seorang perempuan berdiri dengan tangan terkepal, menatap kesal pada dua mayat pria dihadapannya. "Dasar, tidak dapat diandalkan!!"
Ia semakin marah ketika tidak mendapati buku yang sebelumnya Ia titipkan padanya. Gila! Bagaimana bisa Mereka lengah seperti ini? Dan, buku itu? Ah, bisa mati dirinya!
Ia menghela nafas berat, perempuan berkurung jubah tertutup itu kemudian pergi meninggalkan dua mayat itu terbiar disana. Ia pergi membawa kemarahan dan kekesalan yang bercokol di hati.
"Membusuklah Kalian disini!"
"Kalian sangat pantas mendapatkannya!"
"Hahhh...Bagaimana caraku menghadapi Yang Mulia nantinya?!"
"Matilah Aku! Sial!"
••••••
Elijah telah selesai membersihkan diri dan makan malam. Sebenarnya Ia sangat teringin langsung tidur setelah hari melelahkan ini. Namun, buku dan kantung, yang Ia duga berisi koin-koin emas dan perhiasan, harus diserahkan malam ini juga. Ia melakukan ini agar tidur malamnya tenang dan tiada beban lagi.
Bibi Matilda, Paman Benjamin, dan Paman Gallego sedang berkumpul di kamar Tuan Richmond. Seperti mengobrolkan hal-hal mengenai persembunyiannya, keadaan kerajaan saat ini, dan lainnya. Elijah cukup mendengarnya dari dapur sembari menyantap makanannya.
Tarik napas...
Buang....Saat ini, waktunya Elijah tampil, membawakan barang bukti yang diminta Tuan Richmond itu. Entah benar atau salah, tapi Ia sudah bekerja sangat keras hingga-
"Aiihh...Jangan diingat-ingat lagi, Elijah!" Elijah menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk mengenyahkan ingatan menyeramkan itu.
Ttokk ttokk
"Permisi. Maaf menyela obrolan Kalian, tapi Aku ingin memberikan ini pada Tuan Richmond" dan kemudian Aku bisa segera tidur dengan nyenyak...
"Kemarilah!" Paman Ben menyilahkan Elijah untuk masuk. Elijah segera masuk dan memberikan ketiga barang yang dibawanya. Dilihatnya Tuan Richmond membuka lilitan tali di buku itu dengan perlahan dan membuka lembar demi lembar isinya. Tuan Richmond menangguk-angguk, kemudian membuka isi kantung itu.
"Aku tidak menyangka kerjamu sangat bagus. Bahkan membawakanku bukti tambahan ini"
Mendengar pujian terhadapnya, Elijah tersenyum sumringah dan berterimakasih. Syukurlah benar buku itu yang Dia mau
"Ah, ya. Bagaimana Kau mendapatkannya?" Ashlan Richmond melemparkan pertanyaan yang membuat Elijah kembali teringat apa yang dilakukannya.
Elijah terdiam sejenak sebelum Bibi Matilda menyenggol lengannya pelan, "A-ah...i-tu...Saya mengambilnya dari dua orang pria mencurigakan, sepertinya Mereka orang-orang suruhan musuh Anda"
Semua orang dalam ruangan tersebut mengernyitkan dahi, "Ceritakan dengan rinci, nona," Tuan Richmond menuntut penjelasan runtut yang disetujui oleh lainnya.
Elijah menghela napas sebelum menceritakan pertemuannya dengan dua pria asing itu. Menjelaskan secara rinci pula ciri-ciri Mereka. Bahkan perempuan yang ditemuinya saat menuju ke hilir pun tak luput ia paparkan. Semua mata tertuju padanya, membuat Elijah merasa gugup.
"...begitulah, tuan."
Bibi Matilda menatap khawatir Elijah sepanjang jalan cerita dan mengusap pelan lengan Elijah. Elijah membalas menggenggam tangan Bibi Matilda untuk mengungkapkan bahwa dirinya tidak apa-apa. Walaupun masih ada rasa ngeri saat teringat...
"Kerja bagus, Elijah. Aku sedikit meragukanmu diawal, tapi, yah, Kau membuktikannya. Maaf untuk itu"
"Tidak masalah, Tuan. Memang kebanyakan dari pria suka meremehkan perempuan sesukanya!"
Tentu kalimat terakhir hanya bersuara dalam benaknya, bisa-bisa dirinya dicubit habis-habisan oleh bibinya karena bertindak tidak sopan. Atau, yang lebih parah, Ia akan dihukum oleh Tuan Richmond setelah Ia pulih.
Bagaimana Dia bisa mengatakan itu? Menyebalkan mengetahui jika Dia meragukan kerjaku. Pandai sekali berkata manis, sepah kemudian!
Sebenarnya kalimat itu terdengar biasa saja kalau tidak diambil hati. Namun, ini Elijah dengan jiwa Ishvara yang tidak suka diremehkan.
Kalau semisal ragu, tidak perlu menyuruhku kan? Jadi Aku pun tidak perlu melihat hal mengerikan seperti tadi
Tepukan Paman Benjamin di pundaknya mengingatkan dirinya untuk tetap memasang raut muka ramah. Perlu Kalian ketahui, terkadang wajah seseorang akan lebih jujur daripada ucapannya, Elijah inilah salah satunya. Permintaan maaf yang tidak tepat itu membuat Elijah sedikit tersinggung hingga raut mukanya berubah masam.
Tentu saja,
Mata Ashlan Richmond menangkap perubahan air muka Elijah itu. Sangat kentara menurutnya.Ada apa dengan ekspresinya?
Apakah ada yang salah dengan kata-kataku?••••••
Haiii!!!
Setelah drama setengah tulisanku hilang karena tidak kesimpan, akhirnya aku kembali nulis lagi, masih sedih banget, yuyur😭
Alhamdulillah masih inget beberapa adegan, cuma lupa susunan kalimatnya aja😖
Dan, Yah... terimakasih telah bersedia menunggu & membacaaa💕✨Have a Greatt Dayyy✨✨✨
Lovyaaa...Kamis, 15 Agustus 2024
Aru🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
A Historical Story : From Side Character, Becomes Main
Ficción histórica[A Historical Story Series] Setelah rentetan kejadian pilu yang beruntun menimpa, Aku pikir tujuan akhirku surga, tapi kenapa malah terdampar di antah berantah ini? Ini jaman apa, ya? Apa Aku bisa bertahan di dunia ini? Sampai suatu hari, Aku baru...