☂︎☯︎

584 78 6
                                    

.・。.・゜✭・

【☯︎▻ꕥ◅☂︎】

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

[Nama] menatap dengan rasa kebingungan menyerang dirinya, tapi sekarang ada hal yang lebih penting yang harus ia urus yaitu Scara.

Diabaikannya perdebatan didepan matanya dan perlahan berbalik pergi, melupakan semuanya untuk kembali pulang, menemui Scara dirumah.

[Nama] tertawa dalam hati, membayangkan laki-laki itu yang tak lagi marah atau merajuk saat dirinya mengatakan apa yang baru saja ia lihat saat kembali meramal jodohnya.

Itu membuatnya kembali bersemangat.

*┈┈┈┈*┈┈┈┈*┈┈┈┈

Aether menarik tangan [Nama] sebelum gadis itu benar-benar pergi membuat [Nama] menatapnya bingung.

"[Nama], kau mau kemana?" tanya Aether resah.

"?pulang."

"Mau kita temani?" tanya Lumine mengajukan diri, mengabaikan Venti yang sempat menyulut emosinya.

Venti melebarkan matanya, percikan cahaya muncul sekejap yang sempat membutakan mata selama beberapa detik. Saat ia membuka mata sepenuhnya, apa yang ia lihat kembali membuatnya terkejut.

"[Nama]!!" panik Venti.

[Nama] menutup mulutnya dengan tangan gemetar, menatap cairan hitam yang kini menetes jatuh membasahi tanah yang barusan keluar dari mulutnya seusai munculnya percikan cahaya.

"Ugh." [Nama] kembali memuntahkan cairan hitam namun kali ini lebih banyak. Venti dengan pelan mengusap punggung [Nama].

"[Nama]..." Paimon menatap ngeri saat [Nama] tak kunjung berhenti muntah.

Aether melepaskan pegangan tangannya dari [Nama], menatap khawatir [Nama] yang kini duduk berlutut dengan kedua tangan menutupi mulut.

Kebingungan dan rasa takut menyerang Aether, takut kehilangan. Segera ia gendong [Nama] yang keadaannya semakin buruk.

Tanda mawar hitam merambat yang kini naik sampai ke wajah [Nama] membuat Aether tertegun melihatnya.

"Bawa aku pulang!" ronta [Nama], ia cuma mau menemui Scara. Ia cuma ingin pulang kerumahnya.

"Kau harus diobati!" Aether menolak.

"Scara akan menyembuhkan ku, turunkan aku, biarkan aku pulang." ringis [Nama], rasa sakit dari kutukannya yang bergerak seolah mencabik-cabik dirinya dari dalam.

"Lumine, jika kau melihat rumah besar ditengah hutan itu adalah milik [Nama]. Mungkin ini akan membantumu." Venti mengusap keringat di dahi [Nama] "Lumine akan menemui pelayanmu dan membawanya kemari. Untuk sekarang fokus saja untuk menyembuhkanmu."

[Nama] menatap Venti, menatap sorot mata yang dipenuhi rasa khawatir.

"Kita, tidak ada yang mau kehilangan dirimu untuk kedua kalinya."

【SERVANT】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang