Keputusan

414 50 8
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











Udah mau seminggu setelah kejadian itu, tapi Junghwan tetap berusaha terlihat baik-baik aja, seolah dirinya tidak terganggu dengan sesak yang sesekali menyeruak, dengan rasa rindu yang membelenggu erat.

Untungnya semua urusan sekolah sudah selesai, paling dua mingguan lagi sampe adanya pengumuman kelulusan.

Jadi waktu yang ada itu, Junghwan gunakan buat melepaskan sedihnya. Iya, Junkyu juga tahu kok kalo anaknya masih nangis tiap malem.

Sampe beberapa kali Junghwan demam, sebenarnya Junkyu juga gak tega, tapi mau gimana lagi? Urusan hati gak bisa selesai, kecuali diselesaikan sendiri.

Karena hari ini Junkyu harus masuk kantor, akhirnya dia cuma sempat membelikan anaknya bubur

"Adek?"

"Iya?" Suara sumbang Junghwan terdengar.

"Adek gakpapa?"

"Gakpapa kok."

"Dek, patah hati itu berat, mama tahu." Junghwan cuma diem. "Kalo udah gak sanggup disimpen sendiri, bagi ke mama yah"

Junghwan ngangguk, wajahnya masih fokus kearah mangkuk bubur.

"Kalo adek emang berat, biar mama aja yang mundur."

"Kalo mundur sekarang, mama yakin bisa suka sama orang lagi?"

Sekarang Junkyu yang diam, dia gak tahu harus jawab apa juga.

Junghwan ngehela nafas, tapi tatapan nya masih tidak dia angkat dari mangkuk bubur.

"Udalah maa, lagian inikan cinta pertama Junghwan. Karena disetiap cerita, pasti cinta pertama hanya menjadi pengalaman dan kenangan kan?"

"Tapi mama sama papa kamu....."

"Ya berarti cerita mama beda, inikan cerita adek."

Sadar kalo nada omongan anaknya jadi lebih tinggi, Junkyu udah gak mau bahas yang bikin anaknya kesel.

Kasian, udah harus capek ngadepin patah hati, ya masa ditambah capek emosi? Junkyu gak tega.

"Yaudah, adek istirahat aja. Mama berangkat yah."

Junghwan cuma ngangguk, ngebiarin kepalanya diusap lembut. Terus dia ngehela nafas panjang, saat pintu itu tertutup rapat.

Baru aja nafas lega bisa Junghwan raup, eh sekarang dia harus ngehela capek lagi. Junghwan ngelirik jam dinding, masih setengah sembilan tapi udah ada yang namu aja, siapa coba?

Walaupun mencak-mencak, Junghwan tetep jalan kearah pintu.

Cklek

Dua orang di sana hanya berdiri mematung, menautkan lagi gelora tatapan yang sudah dingin.

"Boleh masuk?"

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang