Udara dingin malam menusuk kulit kala mataku menatap menara jam di tengah kota yang menunjukkan pukul 11 malam kurang dua menit waktu setempat. Paris benar-benar ajaib saat malam hari meskipun sudah dua kali ku temui tindakan kriminal seperti mencuri dan merampok selama berjalan menuju ke Museum Orsay.
Tapi jelas saja, itu bukan urusanku.
Malam ini aku punya pekerjaan yang sudah menunggu.
Mataku tertuju pada halaman depan museum yang juga di kenal dengan nama Musée d'Orsay, tampak ethereal ditimpa cahaya terang dari sungai Seine yang membentang panjang di sebelah kanannya. Aku mengecek ear piece, menghubungi tim.
"Eve," aku mencoba memanggil rekanku (meski tak bisa ku sebut rekan sungguhan karena aku tak pernah melihat wajahnya secara langsung) yang bertugas 'membersihkan' bagian dalam museum.
Penjagaannya cukup ketat, omong-omong.
"Roger. Di dalam sudah clear, Kirei," Eve menyebut nama samaranku. "Selamat menikmati kunjungan pertamamu di Museum Orsay."
Aku menyeringai dibalik masker, kian menurunkan topi sambil terus berkomunikasi. "Bagaimana dengan CCTV-nya, Gideon?"
"Sudah ku atasi. Sekalian dengan sistem keamanannya. Kau aman masuk sekarang."
"Baiklah, mohon bantuannya, Jack, Chris. Lindungi aku."
"Serahkan saja padaku!" Jack menjawab dengan semangat, suaranya terdengar gemulai. Sedangkan Christopher, pria yang ku dapati informasinya dari markas, berposisi sebagai snipper itu hanya bergumam kecil.
Dia pria yang dingin. Jarang sekali berbicara.
Aku memasuki museum tanpa kendala. Seperti museum kebanyakan, sistem keaman di dalam sangat banyak dan ketat. Tapi semuanya sudah dibuat lumpuh oleh Gideon dengan kemampuan meretasnya. Satu jam, dan semuanya dibuat mati total.
Di sepanjang pintu masuk, sudah terhitung tujuh penjaga yang mati terkapar bersimbah darah. Beberapa kepalanya terpenggal, membuatku meringis.
"Itu juga karya seni, tahu! Jangan menatapnya dengan wajah mengernyit begitu."
Gema suara seorang perempuan membuatku terkejut. Gadis setinggi 150 cm tengah berdiri tak jauh dariku, sedang berkacak pinggang. Wajahnya ditutupi topeng berukiran abstrak dan sehelai cadar hitam tipis yang menutupi.
Ku tebak, dia adalah 'Eve'.
"Kau melakukannya dengan berlebihan."
Gadis itu hanya terkekeh. "Kau mencari L'Origine du Monde, kan? Sebelah sini, ikuti aku."
Eve memutar badan, berjalan di depan. Menuntunku ke sebuah lukisan yang menjadi misi kami malam ini. Museum berubah seperti tempat syuting film horor saat malam hari. Tanpa seorangpun yang berkeliaran selain kami, membuat museum itu benar-benar tampak dingin dan menyeramkan. Beruntung lampu yang menyala seadanya membuat suasana jauh lebih baik.
Langkah kaki Eve berhenti, membuatku otomatis mengikuti. Dagunya menunjuk pada dinding, tempat dimana lukisan L'Origine du Monde karya Gustave Courbet dipajang.
"Aku sama sekali tidak mengerti selera pecinta seni, maksudku..." Jika kalian mau tau, lukisan yang hendak ku curi hari ini hanyalah sebuah potret organ vital wanita yang digambar dengan sangat detail. Membuatku mengernyit jijik dibalik masker. "Ini hanya potret selangkangan!"
Bisa ku dengar Gideon sedang tertawa terbahak-bahak lewat ear piece yang terpasang ditelinga. Eve sama terherannya denganku, hanya saja gadis misterius itu tak menyuarakan isi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motley Crew [Hwang Hyunjin]
FanfictionOne night stand dengan mantan pacar? Terdengar lucu, bukan? Sam yang dulu ku kenal itu tipe clingy, periang, lucu, dan sedikit ... kekanakan, malam itu ia hadir bagai orang lain, sesosok baru yang sangat dominan. Entah apa yang dia lakukan dengan pa...