Motley Crew 2| collision

161 19 16
                                    

Kaki keriputnya berjalan tertatih-tatih. Saking lamanya wanita itu mendekam di rumah sakit, setiap orang yang dia temui di lorong, selalu menyapanya sambil membungkukkan badan. Juga tersenyum yang bisa diartikan dalam sejuta makna. Senyum ramah, senyum iba, senyum simpati, entahlah, si nenek tak terlalu ingin memikirkannya.

Namun beruntung, dari sekian banyak manusia yang dia temui, pria dingin yang membantunya berjalan ini tak menunjukkan banyak ekspresi berarti. Wajah tampannya cenderung datar, namun tangan kokohnya dengan sabar menuntun sang tubuh renta untuk kembali ke kamar inapnya. Juga sebelah tangan kiri yang sibuk menarik infus sang nenek.

"Arigatou gozaimasu," ucap wanita tua itu setelah berhasil sampai di depan pintu ruang inapnya. Kepala yang di dominasi dengan rambut putih itu membungkuk pelan.

Si pria dengan mata tajam bak bulan sabit itu hanya mengangguk singkat. Sebelum berbalik dan duduk kembali di kursi tunggu yang tadi dia tempati.

"Tuan Hwang Hyunjin."

Kepalanya menengadah, mendapati salah satu anak buahnya mendekat. "Sudah kalian temukan?"

"Sudah, Tuan. Mari kami antar."

Hyunjin berdiri, kedua tangannya tersimpan di dalam kantung coat cokelat yang dia gunakan. Selama berjalan di dalam rumah sakit, wajah rupawan dengan helai rambut panjang bak pangeran yang dibiarkan tergerai itu sungguh menarik perhatian. Pasien, dokter, hingga para suster mulai sibuk berbisik.

Siapa dia?

Siapa pria dengan wajah bak pahatan tangan dewa itu?

Sesungguhnya, tak akan ada lagi yang ingin penasaran pada pria dengan raut wajah datar itu jika mereka tau, bahwa dia adalah salah satu orang berbahaya yang harus di hindari.

Mereka akhirnya sampai pada suatu ruangan yang dijaga oleh dua pengawal. Setelah penjelasan singkat yang di lakukan anak buahnya, Hyunjin segera masuk setelah mereka membukakan pintu lebar-lebar.

"Wah, pasien VVIP memang selalu terlihat mewah, ya," ujar Hyunjin dengan bahasa Jepang yang lancar. Hyunjin menghampiri satu-satunya ranjang yang terdapat di dalam ruangan luas itu. Lantas dia membungkuk sedikit untuk memberikan salam. "Ohayou, Sensei. Kau terlihat jauh lebih sehat dari yang terakhir kali aku ingat."

"Dan kau masih bersikap kurang ajar seperti biasanya," jawaban tak ramah dari sang samurai di hadapannya itu membuat Hyunjin tersenyum culas. "Apa sulit bagimu untuk memberi tahu kedatanganmu sebelum kau masuk ke mari?"

"Bagaimana aku bisa memberi kabar jika berita yang tersebar menyebutkan kalau kau sudah mati?" Salah satu pengawal Hyunjin menarik kursi dan meletakkannya tepat di sisi ranjang sang guru. Lantas Hyunjin duduk di sana tanpa menunggu perintah dari si pemilik ruangan.

Membuat Sensei terlihat semakin marah. Di matanya, anak-anak dari keluarga Hwang selalu tidak punya tata krama. Namun entah kenapa tuannya malah memiliki hubungan yang baik dengan mereka.

"Apa yang kau mau sampai mencariku, Berandal Kecil?"

Yah, dimata sang guru, Hyunjin tak lebih dari ngengat yang baru bisa terbang menuju cahaya terang dibanding dirinya yang sudah nyaris berumur satu abad.

Satu abad yang tak bisa membuat sang samurai terlihat tua, apalagi renta. Tubuhnya masih segar bugar seperti semasa dia muda.

"Aku mau bertanya soal kematian keluarga Yamashita. Karena kau satu-satunya yang selamat, hanya kau yang bisa ku tanyai."

"Seputar apa?"

"Yah..." Hyunjin memutar pemantik antik di tangannya. Menyalakannya sesaat sebelum kembali membuat apinya padam. Bunyi 'tik' terdengar lantang di dalam ruangan yang sunyi. "Hanya urusan kecil."

Motley Crew [Hwang Hyunjin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang