Mungkin itu sudah bertahun-tahun lalu ketika Sam memamerkan kekasihnya kepada Hyunjin untuk yang pertama kalinya.
Sejak awal Hyunjin sadar kalau dia dan Sam bak hukum Yin dan Yang, mereka sangat berbeda dalam banyak hal termasuk kepribadian. Mereka berdua tidak pernah bertengkar karena memperebutkan hal yang sama. Apapun yang menarik bagi Sam, tidak akan pernah menarik bagi Hyunjin, begitu pula sebaliknya. Meskipun begitu, seperti tak pernah terusik, sisi terang Sam justru bisa Hyunjin terima dengan baik.
Namun, agaknya, Yura adalah pengecualian.
Waktu itu awal musim semi ketika Sam mulai sering tersenyum layaknya seperti orang gila ketika menatapi layar ponselnya. Mereka masih muda, mungkin awal-awal memasuki kepala dua. Sam yang Hyunjin kenal memang memiliki kepribadian periang, ceria, dan mudah disukai siapa saja. Namun saat itu raut wajahnya berbeda, ada secercah sinar aneh yang membuat ekspresinya tampak berbinar-binar.
"Aku tidak tau kalau terpaksa tinggal di Korea bisa membuatmu gila," ketus Hyunjin kala itu, menatap sengit. Posisi mereka sedang di apartemen, lebih tepatnya, apartemen yang Sam tempati selama di Seoul.
"Aku sedang jatuh cinta."
"..."
"Kau mau lihat kekasihku?"
"Kau punya kekasih?" Kening Hyunjin berkerut dalam. Seharusnya dia tidak terkejut karena cinta dan Sam seperti sebuah kalimat yang seharusnya memang sudah sering bersanding. Namun pada kenyataannya, Hyunjin tetap terkejut. "Ku kira kau kemari untuk fokus ke kampus."
"Sssst, kau lihat saja dulu." Sam memamerkan sebuah foto yang agaknya diambil diam-diam. Hanya foto gadis biasa yang sibuk memandangi ranting-ranting cherry blossom yang mulai bermekaran. Tidak ada yang spesial dimata Hyunjin. "Cantik, kan?"
Hyunjin berdecak nyaring. "Kau bercanda? Apa kau lupa bagaimana sibuknya aku mengurus berbagai macam hal hanya agar kau bisa bebas seperti ini? Jika kau lupa, seharusnya kau yang menjadi kandidat terbesar yang akan melanjutkan posisi Ketua."
"Aku tau," sahut Sam pelan. Menyandarkan kepala pada sandaran dengan raut lesu. Bibirnya mengulas senyum pahit dengan mata yang tak lepas dari foto sang pujaan di layar ponsel. "Tapi aku tidak menginginkannya. Kupikir, kau yang lebih mirip Kakek."
"Karena aku tidak bodoh sepertimu."
Perkataan tajam Hyunjin tak membuat Sam naik pitam sama sekali, dia justru tertawa. "Benar. Kau lebih cocok untuk posisi seperti itu."
"Kau mau lepas tanggung jawab?"
"Tentu saja tidak! Aku akan tetap membantumu. Bagaimana pun, takdir kita berdua sudah ditentukan sejak awal. Darah Hwang sudah mengalir dinadi ini, kita bisa apa?"
Hyunjin mendengkus. Syukur kalau Sam memahami hal mendasar seperti itu.
"Kau mau ku kenalkan pada Yura?" Mata Sam berbinar ketika dia mengubah topiknya kembali kepada sang wanita yang sedang dia kencani. "Dia gadis yang baik."
Tanpa sadar, Hyunjin merotasikan bola matanya. "Persetan."
Enam bulan kemudian, ketika Hyunjin lagi-lagi bertandang ke kediaman sang saudara, bel apartemennya berbunyi. Sam sedang keluar membeli makanan, jadi Hyunjin berinisiatif membukakan pintu.
Mudah ditebak, yang datang adalah Yura, kekasih kembarannya.
"Sam sedang–"
"Aku membawakan beberapa soju!" ujarnya dengan Bahasa Korea yang fasih, memotong apapun yang hendak Hyunjin ucapkan. Sepertinya dia juga tidak mendengar kalimat Hyunjin barusan. Karena selanjutnya, gadis itu bergelayut manja dilengannya. Dari perawakannya sudah jelas, dia keturunan penduduk lokal asli. "Ayo, temani aku minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Motley Crew [Hwang Hyunjin]
أدب الهواةOne night stand dengan mantan pacar? Terdengar lucu, bukan? Sam yang dulu ku kenal itu tipe clingy, periang, lucu, dan sedikit ... kekanakan, malam itu ia hadir bagai orang lain, sesosok baru yang sangat dominan. Entah apa yang dia lakukan dengan pa...