Selang lima belas menit kemudian, yang tersisa untukku hanyalah kesunyian. Beberapa kali aku mengintip dari jendela Sam sembari memperkirakan apakah mereka masih ada di sana atau tidak. Seumur hidup, baru kali ini aku merasakan suasana mencengkam semengerikan ini.
Sudut kota LA yang satu ini punya aura yang sedikit lebih menyeramkan. Akibat disibukkan dengan Sam yang terlalu panas, aku sampai lupa untuk memerhatikan sekitar. Disini sunyi, tak ada mobil lain yang melintas dan kini aku benar-benar hanya di temani oleh satu tiang lampu yang berdiri agak jauh. Hanya ada satu bangunan diujung jalan, club yang sempat aku masuki tadi. Selebihnya, hanya semak kosong yang diapit oleh hutan pinus.
Aku bernapas takut-takut. Terlalu panik jika malaikat maut kembali ingin menyapaku yang tengah meringkuk ketakutan di sudut kursi.
Ting!
Aku terperanjat, nyaris berteriak. Bahkan suara dentingan ponselku sendiri mampu membuatku merasa ketakutan. Aku mendesah, meraih benda canggih itu dengan terburu-buru dan melihat jika Wooyoung mengirimkan beberapa pesan.
Sial. Akibat Sam aku sampai lupa jika tengah memiliki pacar.
Apakah aku menyelingkuhi Wooyoung yang notabene sudah menjadi pacarku untuk delapan bulan kebelakang? Bagiku tidak, sebab aku dan Sam bahkan belum sampai make out. Meski hampir.
Lagian ... hei, ini LA! Apapun bisa terjadi disini.
Oke, Yura. Kau bajingan. Jangan mengelak lagi dengan mencari-cari alasan.
Wooyoung:
Kau dimana, Yura?
Sandra bilang kau tak akan pulang ke apart hari ini.
What’s wrong?Aku baru hendak mengetikkan balasan saat telepon dari Woyoung masuk lebih cepat. Sepertinya dia menunggu sosial mediaku untuk terlihat online. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha terdengar senatural mungkin atau Wooyoung akan menangkap ada sesuatu yang aneh telah terjadi.
“Dimana?” Wooyoung, tanpa basa-basi langsung menusukku dengan pertanyaan singkat yang sulit untuk ku jawab. Haruskah ku katakan jika aku dibawa pergi oleh mantan pacar dan nyaris melakukan seks di mobil?
Pemikiran jenius, Lee Yura. Sebab Wooyoung akan membunuhmu didetik ketika dia tahu.
Ayolah, Yura! Berhenti untuk bersikap konyol!
“Hai, sayang! Kau bilang sedang sibuk dengan urusan di Korea. Ada apa sampai kau meneleponku?”
“Kau tidak terdengar senang menerima teleponku.” Wooyoung berkata sinis dan bisa aku pastikan dia sudah menangkap gelagat anehku. “Katakan padaku, Yura. Apa yang terjadi? Aku sengaja pulang ke LA demi bertemu dirimu. Tapi demi Tuhan, pintu apartemenmu terkunci dan ada beberapa pria berdiri di sana.”
“...”
“Katakan padaku, Yura. Sebelum aku mencarimu dan membawamu pulang bersamaku ke Korea. Kita bisa hidup dan tinggal berdua di sana, kenapa kau sangat keras kepala?”
Aku mengusap pelipis. Meringis sepelan yang ku bisa agar tak di dengar olehnya. Inilah Wooyoung dan sifat curiganya yang suka tepat sasaran. “Dengar. Pertama, aku ingin bertanya, dimana kau sekarang?”
“Sudah ku katakan tadi, aku sedang di LA, lebih spesifiknya, di depan gedung apartemenmu.”
Bagus sekali, Tuan Wooyoung, kau berhasil membuatku ketakutan lagi, dalam defenisi berbeda tentunya. Aku menggigiti kuku, menatap ke arah hutan pohon pinus yang gelap seraya berharap Sam segera keluar dari sana dan mengantarku pulang.
Sandra, apa kau mendengarku? Ayolah, kawan, kau biasanya jago telepati. Aku ingin pulang! Tolong jemput aku!
“Yura...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Motley Crew [Hwang Hyunjin]
Fiksi PenggemarOne night stand dengan mantan pacar? Terdengar lucu, bukan? Sam yang dulu ku kenal itu tipe clingy, periang, lucu, dan sedikit ... kekanakan, malam itu ia hadir bagai orang lain, sesosok baru yang sangat dominan. Entah apa yang dia lakukan dengan pa...