Chapter 2

5.3K 145 2
                                    

Setelah seminggu yang menyebalkan berada di pulau tropis itu, aku dan Andrew pulang ke Wallfolks dan memulai hidup kami yang jauh dari orang tua. Kami berkuliah di Empire W University.

Pagi ini, aku dan Andrew menikmati sarapan yang aku masak. Yeah, aku masak. Aku bukan orang yang terlalu bodoh.

"Lumayan,"ujarnya.

"Jadi, aku mempunyai peta rumah ini. Daerah kekuasaanku ada di barat dan kau ada di timur,"ujarku sambil menunjukkan denahnya.

"Baiklah. Aku sudah membuat peraturannya,"ujar Andrew memberikan selembar kertas.

"Aku pikir, kita tidak boleh mengajak seorangpun kesini. Kalaupun mereka mengantarkan kau, kau bisa berhenti di apartemen yang ada di ujung blok dan kau bisa berjalan ke sini,"jelasnya.

"Apa maksudmu dengan kalaupun mereka mengantarkan kau?"tanyaku.

"Tenang, Jade. Ayahku membelikan sebuah mobil dan aku tidak mungkin berangkat dan pulang denganmu, bukan?"tanyanya.

"Baiklah, aku akan naik bus."

Setelah makan pagi, Andrew dan aku sama-sama berjalan ke depan rumah. Dia memainkan kunci mobil dan meledekku, "Sampai jumpa nanti."

"Terima kasih, Tuan Colton. Kau sangat ramah,"ujarku dengan senyum lebar.

Aku berjalan ke arah pagar dan segera berjalan ke halte. Menunggu bus adalah hal yang menyebalkan. Aku duduk bersama dengan tiga orang lainnya.

Bus itu datang dan kami segera masuk ke dalamnya. Aku menempelkan kartu transportasi ke sebuah mesin di bus dan duduk di tengah. Bersebelahan dengan seorang wanita bermuka masam. Aku duduk di sebelah kaca.

Bus melaju dengan lancar dan aku mengamati mobil yang berjalan dengan lambat karena ramainya kota Wallfolks. Aku melihat sebuah mobil sport berwarna hitam dan itu adalah mobil Andrew. Dia melihat ke arah bus dan aku menjulurkan lidah sambil berkata tanpa suara, "Rasakan itu, bayi pecundang."

Aku sampai di halte Empire W University dan menempelkan kartu transportasi itu kembali. Aku menuruni tangga bus dan berjalan masuk ke dalam Empire W University.

Saat berjalan melewati parkiran, Andrew keluar dari mobilnya dan tersenyum kepadaku sambil memainkan kunci mobilnya.

"Bus lebih menyenangkan daripada mobil,"ujarku tidak mau kalah.

Andrew menyamakan langkahnya denganku dan berkata, "Benarkah? Sepertinya mobil lebih enak."

"Yeah, pecundang."

"Hai,"sapa seorang gadis.

Gadis itu tinggi, memiliki rambut pirang, memakai baju yang seksi, matanya membuatku ingin mencoloknya. Biar kutebak, dia gadis populer di kampus ini. Dia bersama dengan dua gadis lainnya yang sama dengannya.

"Namamu siapa?"tanya gadis pirang itu sambil menyentuh Andrew.

"Andrew,"jawab Andrew dengan bersemangat.

Dia melirikku dengan sinis dan tersenyum sinis kepadaku. Dia memberikan tangannya kepadaku dan bertanya, "Siapa namamu?"

"Jade,"jawabku dengan ketus.

Dia melihatku dari atas sampai bawah dan berkata, "Aku suka rambutmu."

"Terima kasih. Aku benci dengan matamu,"ucapku jujur.

Andrew menyikutku dan aku memandangnya tanpa salah.

"Siapa namamu?"tanya Andrew dengan ramah.

"Morgan,"ujarnya dengan nada lembut.

Stupid CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang