Sebulan ini, aku sudah mengalami hal yang menyedihkan. Rachel masih tinggal di rumahku dan dia terus memaksaku untuk memeriksa kandunganku yang mungkin sudah berisi janin. Well, Morgan semakin parah dan itu membuatku sangat kesal. Hari ini, aku tidak masuk kuliah dan pergi ke Mountess Hospital untuk memeriksakan kandunganku bersama dengan Rachel.
"Selamat, adik anda sedang mengandung seorang bayi. Usia kandungannya sudah satu bulan,"ujar dokter wanita bernama Emma.
Rachel memasang senyum mengembang dan berkata, "Baiklah, terima kasih.
"Sama-sama. Tolong jaga kondisi kesehatannya!"ujar dokter Emma.
Kami keluar dari ruangan dan Rachel tersenyum kepada Kevin.
"Dia akan menjadi seorang ibu!"ujarnya dengan nada.
"Selamat, Jade!"ujar Kevin.
"Aku akan memberitahu keluarga kita dan mereka pasti akan sangat senang dengan ini semua!"ujar Rachel dengan semangat.
Kami pulang dan Rachel terus membicarakan bagaimana aku harus menjalankan hidupku saat aku mengandung janin berusia satu bulan ini.
"Rachel, sepertinya aku harus tidur,"ujarku saat sampai rumah.
"Baiklah,"ujarnya berhenti membacakan peraturan itu.
Aku berjalan ke kamarku dan memejamkan mataku. Aku merasa sangat lelah karena Rachel yang sangat bersemangat dengan ini semua.
***
"Bangun, pemalas! Kau harus segera mandi. Andrew akan datang sebentar lagi. Kita harus memberinya kejutan!"ujar Rachel dengan semangat.
"Aku merasa sangat lelah,"ujarku berbohong.
"Ayolah! Ini anak pertamamu!"
Aku berjalan ke kamar mandi dengan malas dan mandi. Setelah itu, aku memakai pakaianku dan mendengarkan arahan dari Rachel. Ini bodoh sekali. Apa aku perlu memberikan kejutan untuk Andrew?
Aku memegang sebuah kertas bertuliskan, 'Kita akan menjadi orang tua' dan aku duduk menunggu datangnya Andrew.
"Andrew, aku memiliki sebuah kejutan untukmu. Kau akan merasa sangat senang!"ujar Rachel dari luar.
Kejutan yang membuat kami merasa senang adalah ketika keluarga Shawn itu melangkahkan kaki keluar dari rumah ini.
Andrew masuk ke dalam kamar dan dengan wajah yang datar, aku mengeluarkan sebuah kertas dan berkata dengan lemas, "Yey."
Andrew menatap kertas itu dan aku melihatnya. Kertas itu terbalik. "Oh, aku terlalu bersemangat,"ujarku lemas sambil membenarkan posisi kertas itu.
"Kau hamil?"tanyanya.
"Ini menjelaskan semuanya,"ujarku datar.
Andrew memasang wajah senang dan menghampiriku. Dia mengelus perutku dan terus memelukku.
"Kau membuatku tidak bisa bernafas,"ujarku.
"Baiklah, aku akan segera mandi!"ujarnya melepaskanku.
"Aku sudah memberitahu keluarga kita dan mereka akan datang untuk makan malam. Berpakaianlah yang sempurna. Mereka akan sampai disini jam delapan malam."
"Oke,"ujarku mencari pakaian.
Aku memakai gaun yang Andrew belikan untukku. Aku sedikit berdandan dan menunggu Andrew keluar dari kamar mandi.
"Berusaha untuk tampil beda?"tanya Andrew saat melihatku.
"Mungkin,"jawabku.
Andrew mengambil pakaiannya dan memakainya. Kami duduk di tepi tempat tidur dan berbicara mengenai bayi ini. Well, Andrew menginginkan seorang anak perempuan. Bagaimana dengan aku? Apapun itu, akan sama saja.
"Mereka sudah datang!"ujar Kevin.
Andrew dan aku berjalan ke ruang makan dan kami menyantap makan malam.
"Untuk calon bayi Colton!"ujar Daddy Paul.
"Untuk calon bayi Colton!"jawab kami semua sambil mengangkat gelas.
Andrew terlihat sangat bahagia dan semua orang tampak sangat bahagia. Bagaimana denganku? Aku bahagia, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal.
"Kau tidak perlu kuliah lagi,"ujar Dad.
"Apa maksudmu?"
"Aku sudah berbicara dengan pihak kampus kalau kau mengundurkan diri menjadi mahasiswi di kampus itu. Andrew akan tetap kuliah,"ujar Daddy Paul.
"Oh, Baiklah!"ujarku.
"Bagaimana dengan biaya hidupnya?"tanya Andrew.
"Tenanglah, Andrew. Aku akan mengirimkan uang setiap bulannya,"ujar Daddy Paul.
"Aku benci kuliah,"bisik Andrew.
"Menurutmu, apa jenis kelamin bayi ini?"tanya Mom.
"Ini masih lama, Mom!"ujarku.
"Apa salahnya?"tanya Mom Kate sambil tertawa.
"Aku menginginkan bayi laki-laki!"ujar Daddy Paul.
"Tidak, Dad! Aku ingin anak perempuan,"ujar Andrew.
"Bayi laki-laki lebih baik."
Jadi, Daddy Paul, Mom, Rachel dan Kevin menginginkan bayi laki-laki yang menurutku, akan mewarisi sikap Andrew yang menyebalkan.
"Bagaimana denganmu, Jade?"tanya Dad.
"Laki-laki atau perempuan sama saja, bukan?"ujarku.
Setelah selesai makan malam, kami berkumpul di ruang tamu dan menonton film dokumentasi tentang terbentuknya bayi. Ugh, menjijikan dan sangat membosankan.
Aku mengirimkan pesan kepada Leah.
Aku tidak akan kuliah lagi. Aku sedang mengandung satu bulan dan aku memeriksakannya di Mountess Hospital. Dr. Emma.
Tidak lama krmudian, aku mendapat balasan dari Leah.
Selamat! Aku sangat senang mendengar kau hamil. Well, itu ibuku. Kabari aku, jika kau ingin bertemu denganku!
Aku tersenyum dan menonton film bodoh ini. Andrew terus menggaruk keningnya dan dia tidak berhenti bergoyang-goyang.
"Sepertinya aku harus ke kamar mandi,"ujarku tidak tahan.
"Yeah, aku juga!"ujar Andrew.
"Andrew, duduk!"ujar Rachel.
Andrew kembali duduk dan aku berjalan ke kamarku menonton Daddy Day Care. Aku tertawa dan pintu kamarku terbuka. Andrew.
"Sudah kuduga,"ujarnya mengunci pintu kamar.
"Aku tidak mungkin bertahan dengan film konyol itu."
"Yeah, aku juga."
Aku dan Andrew menonton Daddy Day Care dan saat pintu kamar kami diketuk, aku dan Andrew langsung berpura-pura untuk tidur.
Tidak ada lagi suara ketukan, tapi pintu kamarku terbuka.
"Terima kasih, David!"ujar Kevin.
"Well, kamar mandi sudah berpindah,"ujarnya.
"Aku merasa sangat mengantuk dan Andrew datang untuk menemaniku,"ujarku dengan mata setengah terpejam.
"Oh, maaf kalau aku mengganggu,"ujarnya keluar dari kamar.
Pintu kamar kami ditutup dan aku bernafas dengan lega. Well, setidaknya aku bisa bebas dari film membosankan itu.
***
Terima kasih yang sudah mau baca dan vote.
Jangan lupa vote dan comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Couple
Random[18+] Andrew tidak pernah menyangka akan menikahi seorang gadis yang menyebalkan. Begitu juga dengan Jade, dia tidak pernah menyangka akan menikahi seorang pria yang dia benci. Mereka kira, hidup mereka akan sangat membosankan, tapi semuanya berbeda.