Aku menjalani bulan-bulan yang sangat buruk. Hubunganku dengan Leah semakin dekat dan dia sangat perhatian dengan janin yang ada di dalam rahimku yang sekarang sudah berusia 32 minggu. Kau bisa bayangkan bagaimana besarnya perutku. Morgan dan Andrew semakin dekat dan orang tua Morgan menjadi sangat yakin kalau Andrew adalah pacar Morgan. Well, kau harus tahu. Saat aku keluar dari Empire W, Morgan menyebarkan fitnah tentangku yang mengatakan, aku hamil di luar nikah.
"Tujuh minggu kemudian, kau akan menjadi seorang ibu!"ujar Leah.
Andrew yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya bertanya, "Jadi, laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki,"jawabku.
"Aku tidak sabar menunggu kelahirannya!"ujar Leah dengan penuh semangat.
"Yeah, aku juga. Dia sudah terlalu lama disini."
"Aku harus pergi ke rumah Morgan,"ujar Andrew.
Aku menghela nafas dan berkata, "Kau tidak boleh ke rumah Morgan."
"Kenapa?"tanyanya.
Karena aku mulai cemburu.
"Aku hanya ingin kau menemaniku malam ini, Andrew. Lagipula, dia bukan siapa-siapamu."
"Baiklah, aku akan menemanimu."
"Sebaiknya aku harus pulang,"ujar Leah.
"Well, hati-hati di jalan, Leah! Terima kasih untuk hari ini,"ujarku.
Leah tersenyum kepada kami dan melambaikan tangannya. Dia berjalan keluar dari kamar.
Andrew berbaring dan aku mulai berani mendekatinya.
"Aku melarangmu untuk menemui Morgan,"ujarku dengan berani.
"Kenapa?"tanyanya.
"Karena aku tidak suka dan aku tidak mau kau menyukainya!"ujarku dengan sangat jujur.
"Kau mulai menyukaiku?"tanya Andrew dengan nada meledek.
"Andrew!"
"Ayolah, tidak apa-apa."
Aku menghela nafas dan berkata, "Yeah."
Andrew tertawa dan tersenyum licik. "Kalau begitu, kau tidak boleh merahasiakan ini semua. Dengan itu, aku akan menjauhi Morgan."
"Baiklah,"ujarku.
"Besok, kau harus ikut denganku ke sebuah kafe. Aku akan membawamu menghadap Morgan dan orang tuanya."
"Apa kau gila?"tanyaku.
"Aku serius."
"Well, baiklah."
***
Pagi ini aku dan Andrew makan di ruang tamu dan membicarakan hal-hal yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Well, aku seperti seorang wanita.
"Kita akan berangkat ke kafe jam sepuluh,"ujar Andrew.
Aku hanya mengangguk dan terus mengunyah sarapanku.
Setelah selesai sarapan, Andrew berbicara dengan bayi yang ada di dalam rahimku. Aku tertawa keras melihat Andrew.
"Aku disini, sayang."
"Dia menendang,"ujarku.
Andrew mencium perutku dan dia tidak berhenti berbicara dengan bayi ini. Dan seperti biasa, bayi ini selalu menendang.
"Well, kita harus ke kafe,"ujar Andrew.
Aku dan Andrew berganti pakaian dan langsung masuk ke dalam mobil. Aku penasaran bagaimana dengan wajah Morgan yang akan sangat terkejut.
"Tenanglah,"ujar Andrew sambil menggenggam tanganku.
Aku hanya tersenyum kepadanya dan Andrew memarkir mobil di depan kafe. Aku bisa melihat wajah Morgan yang tersenyum mengembang. Sudah lama aku ingin menghajar wajahnya.
Kami turun dan Andrew langsung memegang tanganku. Aku tersenyum dengan sangat yakin dan melihat Morgan yang memasang wajah terkejut.
"Selamat pagi, keluarga Brayden!"sapaku.
Andrew membantuku untuk duduk dan dia memasang wajah tanpa salah.
"Kakakmu?"tanya Mr. Brayden.
"Dia istriku dan sebentar lagi dia akan melahirkan,"jawab Andrew.
"Bukankah kau pacar Morgan, Andrew?"tanya Mrs. Brayden.
Aku tersenyum puas ke arah Morgan dan Andrew tertawa kecil. Lebih mirip seperti tawa licik. "Aku tidak pernah menyatakan hubunganku dengan Morgan, bukan? Well, aku sudah menikahinya setelah aku dan istriku lulus SMU."
Mr. dan Mrs. Brayden saling melempar pandang dan mengangguk. Mereka memandang Morgan.
"Aku tidak tahu kalau Jade menikah dengan Andrew!"ujarnya dengan wajah memerah.
"Ada baiknya kalau kau bertanya,"ujarku dengan sangat puas.
"Jadi, kapan istrimu akan melahirkan?"tanya Mr. Brayden.
"Tujuh minggu lagi dan bayinya berjenis kelamin laki-laki,"jawab Andrew.
"Dia akan sangat mirip denganmu, Andrew."
Andrew tertawa.
"Aku muak dengan drama ini! Aku tahu kalau kau hamil di luar nikah, Jade. Mana mungkin kau bisa mendapatkan Andrew,"ujar Morgan.
Aku tersenyum dan berkata, "Tenanglah, Morgan. Untungnya, aku membawa bukti pernikahan."
Aku dan Andrew menunjukkan jari manis kami dan tersenyum puas.
"Mom! Dad! Lihat, apa yang telah mereka lakukan! Mereka menjebakku dan apa kalian tahu? Jade adalah seorang pelacur!"ujar Morgan.
"Well, Mr. Brayden, aku rasa, kau tidak perlu repot untuk menyekolahkan Morgan dari taman kanak-kanak sampai kuliah di sekolah bergengsi. Lihat, dia tumbuh dengan mulut yang tidak disekolahkan,"ujarku dengan senyum.
"Kau tidak usah berlagak seperti itu, Jade!"ujar Morgan.
"Whoa! Kenapa kau menjadi sangat marah, Morgan?"tanya Andrew.
"Andrew, aku tahu kalau kau adalah pria yang sangat pintar. Kenapa kau memilih Jade untuk menjadi istrimu?"tanya Morgan.
"Aku tidak memilihnya, tapi takdir yang memilihnya,"ujar Andrew.
Aku tersenyum dan Morgan terlihat sangat marah.
Mr. dan Mrs. Brayden terlihat sangat bingung dan berkata, "Kami akan keluar untuk memperlancar masalah kalian."
"Kalian harus membelaku!"ujar Morgan.
"Usiamu sudah dua puluh tahun. Kau bisa menyelesaikannya,"ujar Mrs. Brayden.
"Jadi, bagaimana Morgan? Apa kau merasakan apa yang pernah aku rasakan?"tanyaku.
"Kau benar-benar menyebalkan! Aku sangat membencimu!"ujar Morgan.
"Jika kau membencinya, aku rasa, kau dan aku juga saling membenci. Well, jangan lupa, Morgan, aku tidak akan tinggal diam jika kau mengganggunya,"ujar Andrew mengajakku pergi.
Kami masuk ke daam mobil dan aku tertawa puas. Aku tidak pernah melihat wajahnya yang seperti itu. Bodoh.
***
Haii!! Chapter selanjutnya adalah akhir dari cerita stupid couple. Terima kasih yang sudah mau baca dan vote. Jangan lupaa vote dan comment;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Couple
Acak[18+] Andrew tidak pernah menyangka akan menikahi seorang gadis yang menyebalkan. Begitu juga dengan Jade, dia tidak pernah menyangka akan menikahi seorang pria yang dia benci. Mereka kira, hidup mereka akan sangat membosankan, tapi semuanya berbeda.