"Kamu setujukan, Han?" tanya Sera kepada Hana, putri sulungnya setelah memperlihatkan foto seorang cowok yang akan menjadi calon suaminya kelak.
Sementara cewek yang sebentar lagi menginjak usia 25 tahun itu sedikit meringis. Dari fotonya saja, ia sudah bisa menebak jika cowok itu masih sangat muda.
"Emang Tante Rini gak ada anak cowok lagi selain dia?"
Sera menggeleng sambil tersenyum.
"Dia anak cowok satu-satunya, adiknya masih duduk di sekolah dasar."
"Yang bener aja," gumam Hana tak percaya.
Sera merapatkan duduknya di dekat Hana.
"Aryan emang masih sekolah, tapi dia cukup dewasa kok," bujuk Sera agar Hana lebih yakin jika Aryan akan menjadi suami yang bertanggung jawab.
"Tau dari mana?"
"Mama udah ketemu dia beberapa kali dan selama itu pula mama perhatikan kalo dia anak yang baik."
Hana menatap mamanya ragu. Ia lalu memerhatikan foto cowok manis itu dengan seksama dan terlintas suatu pertanyaan.
"Dia emangnya mau sama aku?"
***
Dua hari yang lalu sejak mamanya memperlihatkan foto Aryan yang bakal jadi calon suaminya, Hana berkali-kali bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia pantas menjadi istri dari seorang bocah yang masih duduk di bangku sekolah?
Pada akhirnya, mamanya merencanakan pertemuan keduanya di sebuah kafe dekat sekolah Aryan. Hana pun setelah menyelesaikan pekerjaan kantornya buru-buru meminta izin untuk pulang cepat.
Dan di sinilah ia berada sekarang. Sudah menghabiskan setengah gelas jus alpukat pesanannya, namun Aryan tak kunjung tiba dari waktu yang sudah ditentukan. Hana pun memaklumi sebab bisa saja cowok itu masih sibuk dengan kegiatan sekolahnya.
Lalu di saat Hana sedang fokus membalas chat dari teman kantornya, telinganya mendengar lonceng kafe yang berbunyi pertanda seseorang baru saja masuk.
Seorang siswa SMA yang masih memakai seragam tampak kebingungan. Setelah yakin bahwa siswa itu adalah Aryan, Hana segera melambaikan tangan yang untungnya langsung mendapat perhatian darinya.
"Kak Hana?" tanya Aryan memastikan , setelah Hana mengangguk barulah ia berani menarik kursi dan duduk di depannya.
"Maaf, kak Hana udah lama ya nunggunya?" Aryan tampak tidak enak dengan keterlambatannya.
"Gak apa-apa. Kamu mau pesan sesuatu?" Hana tiba-tiba jadi kasihan setelah melihat raut lelah dari wajah Aryan.
"Boleh, Kak."
Hana beranjak menuju meja pesanan dan memesan satu es jeruk dengan kentang goreng. Lalu kembali ke tempat duduk setelah membayar semuanya.
"Kamu biasa emang pulang jam segini?" Hana membuka obrolan.
"Gak sih kak, biasa lebih cepat. Tadi ada rapat mendadak anggota OSIS aja," jawabnya tanpa canggung.
"Kamu anggota OSIS?"
"Kebetulan aku ketuanya." Aryan terlihat sedikit malu mengatakan kebenarannya.
"Wah, hebat. Pasti kamu siswa teladan ya." Sungguh, Hana memang kagum. Baginya menjadi ketua OSIS itu tidak gampang dan banyak kriterianya.
"Biasa aja sih, Kak."
Hana sudah bisa menyimpulkan bahwa Aryan ini siswa yang tidak haus akan pujian buktinya dari tadi anaknya bawaannya tenang.
"Kamu minum dulu deh." Hana mempersilahkan saat pelayan kafe membawa pesanannya tadi.
Aryan langsung meminum es jeruknya. Sementara Hana terang-terangan mencuri pandang wajah siswa yang akan jadi calon suaminya ini.
Jika dilihat di foto yang diperlihatkan mamanya kemarin, Aryan terlihat lebih imut dan manis, namun setelah bertemu dengan anaknya langsung, nyatanya Aryan lumayan ganteng dengan garis wajah yang tegas, ditambah lesung pipi di kiri kanannya. Sesaat Hana dibuat kagum.
"Di mukaku ada sesuatu ya kak?"
Hana langsung linglung saat ketahuan sedang memandangi wajah anak itu.
"G-gak kok, itu ternyata kamu ada lesung pipinya." Hana tidak tahu kalau mulutnya akan berkata jujur seperti itu. Sangat memalukan.
"Oh, iya." Aryan tertawa ganteng.
Lalu menit selanjutnya keduanya hanya diam hingga Hana memulai obrolan dengan pertanyaan.
"Kamu udah tau, kan kalo kita bakal di jodohkan?"
Aryan mengangguk dengan tenang.
"Kamu... Setuju?"
Aryan malah menggaruk pelipisnya.
"Aku gak tau kalau ibu dan mamanya kak Hana dulu punya janji mau jodohin anaknya. Aku bahkan masih sekolah, tapi jika kak Hana setuju. Ya gak apa-apa," ucapnya tanpa beban.
"Kamu yakin?"
Aryan mengangguk sambil tersenyum yang membuat lesung pipinya kembali terlihat.
"Kenapa kamu mau sama saya?" Hana belum puas dengan jawaban dari Aryan. Ia ingin anak ini memberikan jawaban yang lebih meyakinkan.
"Kak Hana cantik."
Seumur hidupnya baru kali ini ia mendengar pujian yang membuat jantungnya berdegup tak karuan. Bahkan keluar dari mulut seorang siswa SMA?
Dengan begitu saja, Hana tidak bisa berkata-kata lagi.
***
Cast
Aryan Pradana
Hana Juwita
Jangan lupa vote ya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband (Proses Terbit)
FanficBagi Hana tak masalah jika harus dijodohkan dengan pilihan kedua orang tuanya. Namun, ia tidak menyangka jika calon suaminya adalah seorang bocah SMA yang masih berusia belasan.