2. Menikah

3.5K 183 0
                                    

Sebulan setelah pertemuan dengan Aryan, entah dapat keyakinan dari mana Hana dengan mudah menerima perjodohan ini. Padahal sebelumnya ia sempat ragu. Dan dalam hitungan jam lagi ia akan berganti status menjadi istri dari seorang Aryan Pradana yang nyatanya masih seorang bocah SMA.

Dengan tidak mengundang banyak tamu, yang hanya dihadiri oleh keluarga inti dari kedua belah pihak, akhirnya Aryan dan Hana resmi menjadi pasangan sah.

Hana sendiri seperti tidak terjadi apa-apa saat semua undangan perlahan pulang setelah acara ijab Qabul serta makan-makan bersama. Ia bahkan sudah mengenakan kaos rumahannya. Pasalnya kebaya yang ia pakai tadi sangat membatasi pergerakannya.

"Han, itu si Aryan temani makan gih!" Suruh mamanya saat Hana baru saja keluar kamar.

Hana mengangguk saja lalu melenggang menuju meja makan. Aryan tampak hampir selesai makan, memang cowok yang sudah jadi suaminya itu sejak pagi sepertinya belum makan.

"Piringnya biar aku aja yang cuci." Hana langsung mengambil piring bekas makan Aryan membuat cowok itu sedikit kaget.

"Makasih, kak," jawabnya.

Sementara Hana lagi mencuci tiba-tiba Dara, adik Aryan yang masih SD menghampiri minta tolong Aryan ajari PR matematika.

"Bang, ajari rumus ini dong," rengek Dara bergelayut di lengan Aryan. Bocah kecil itu bahkan tidak peduli lagi kalau abangnya baru saja menikah.

"Bukannya kamu udah belajar ini kemarin?"

"Ih, lupaaa," jawabnya terdengar kesal.

Hana yang sudah mencuci piring langsung bergabung dengan dua Kaka beradik itu.

"Mana? Sini kak Hana ajarin." Niatnya ingin cepat akrab dengan Dara sebab pertemuan mereka hanya dua kali sebelum akhirnya Aryan menjadi suaminya. Namun, nampaknya bocah itu belum terbiasa dengan orang baru meskipun Hana sudah jadi kakak iparnya.

"Aku mau diajarin bang Yan aja."

"Yaudah, besok Abang ajarin yah. Belum mau dikumpulkan?"

"Belum." Lalu Dara pergi begitu saja sebelum matanya tertangkap melirik Hana dengan tatapan asing.

"Maaf ya kak, Dara emang gitu kalo belum akrab."

"Gak apa-apa kok, Yan. Aku ngerti."

Lalu pembicaraan keduanya terhenti begitu saja. Ada rasa canggung yang mendera seketika.

"Kamu gak mau ganti baju?"

"Ah, iya. Aku ke kamar dulu."

Aryan langsung bangkit dari duduknya menuju kamar. Sementara Hana diam-diam tersenyum melihat tingkah Aryan yang tiba-tiba salah tingkah di depannya.

***

Pagi hari saat Hana membuka mata, ia tidak mendapati Aryan di kamar. Padahal jam masih menunjukkan pukul enam. Ia pun keluar kamar sekedar untuk minum sebab tenggorokannya kering sekalian mau mencari dimana keberadaan suami brondongnya itu.

"Baru bangun kamu?"

Sampai di dapur, Hana mendapati mamanya sedang memasak sesuatu. Dari aromanya nasi goreng.

"Hm," jawabnya sambil membuka kulkas dan mengambil air di sana. "Liat Aryan gak, Ma?"

Mamanya langsung menoleh lalu menggeleng tak habis pikir.

"Kamu itu loh, harusnya bangun pagi dari suami. Aryan dari setengah enam tadi udah keluar katanya mau joging."

Lantas alis Hana bertaut karena speechless.

"Dia joging, sendirian?"

"Iya, katanya gak mau bangunin kamu."

Hal baru yang ia ketahui ternyata Aryan rajin bangun pagi dan olahraga. Baguslah, jadi ia tidak perlu repot-repot membangunkan suaminya.

"Eh, mau kemana kamu?"

"Kamar."

"Pasti mau lanjut tidur, kan?"

Hana hanya tersenyum penuh arti.

"Gak, kebiasaan itu gak boleh lagi. Kamu mending susul Aryan gih, sekalian antar minumnya nih!" Mamanya langsung menyodorkan sebotol air. Dengan terpaksa ia mengambil botol itu dan membatalkan ritual malas-malasannya, padahal ia masih lelah karena acara kemarin.

***

Seumur-umur masa remajanya belum pernah ia keluar rumah sepagi ini hanya untuk sekedar joging. Padahal kegiatan itu jika dibiasakan akan membawa dampak positif bagi tubuh, namun Hana terlalu malas. Dan lihatlah sekarang, baru hari pertama menjabat status menjadi seorang istri ia harus senantiasa mengikuti kebiasaan suami.

"Aryan kemana sih?"

Sudah hampir setengah kilo ia berjalan mencari keberadaan Aryan. Namun, sosok cowok itu belum ia temukan.

Ia pun kembali melanjutkan jalan sembari memegang botol minum yang ingin ia berikan pada Aryan.

"Kak?"

Suara sedikit ngebas yang datang dari arah belakang mengagetkan Hana.

"Astaga!" Hana berbalik sambil memegangi dadanya.

"Maaf, kak Hana kaget ya?" Aryan langsung merasa bersalah.

"Kamu kok bisa di belakang kakak?"

Aryan tersenyum kaku.

"Tadi gak sengaja liat kak Hana keluar rumah, aku ikuti aja dari belakang."

"Loh, padahal aku nyariin kamu, Yan."

Alis tebal Aryan bertaut.

"Kak Hana kenapa nyariin aku?"

Hana menghela nafas sambil berkacak pinggang.

"Kata Mama kamu joging, trus suruh aku kasih ini." Hana langsung menyodorkan botol air itu.

"Tadinya iya, cuma sekitar sini aja. Trus peregangan sebentar dekat pekarangan."

Hana menepuk jidatnya karena bisa-bisanya ia tidak melihat Aryan tadi.

"Yaudah, kamu mau lanjut joging?"

Aryan malah memperhatikan kaos yang dikenakan Hana.

"Kak Hana... Mau ikut?"

"Yaudah ayok!" Hana sudah berlari terlebih dahulu lalu diikuti Aryan di belakangnya.

***

Kemeja pas akad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemeja pas akad



























Jangan lupa vote ya

My Brondong Husband (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang