Hari ini saat pelajaran olahraga di kelas Aryan kebetulan sang guru tidak masuk karena sesuatu hal. Akhirnya mereka di suruh mandiri. Sang ketua kelas membagi beberapa kelompok cowok-cowok dalam dua Tim dalam permainan sepak bola. Sementara para cewek-cewek hanya bertugas menyemangati mereka duduk di pinggir lapangan.
"ARYAN SEMANGAAAT!" Teriakan cewek-cewek itu menyemangati si ketua OSIS. Namun Aryan malah terlihat tak peduli hanya Satria yang meladeni mereka sambil memberi bentuk hati dengan jarinya.
"Gue beneran iri sama lo, Yan. Masa mereka semua suka sama satu orang yang sama. Mana gak ditanggapi lagi," celetuk Satria sembari pemanasan.
"Wajar, Aryan gak ganjen kayak lo!" timpal Tian.
"Dih, gue gak ganjen, gue cuma ramah ya."
"Ramah gak semua cewek lo baperin."
Peluit wasit yang dari salah satu temannya berbunyi membuat ketiganya berlari ke arah lapangan.
Permainan pun berlangsung. Para cewek-cewek semakin histeris dan meneriaki nama-nama jagoan mereka.
Kalau kata para cewek, Aryan itu siswa paket komplit. Bagaimana bisa seseorang punya banyak kelebihan sepertinya. Aryan bukan hanya memiliki jiwa pemimpin, dia juga pintar dalam hal pelajaran maupun olahraga, apalagi wajahnya yang ganteng-ganteng manis begitu membuat siapapun tidak akan bosan memandangnya.
Tapi kali ini Tim Aryan kalah. Cowok itu terlihat tidak bersemangat dalam permainan.
"Lo kenapa sih? Hari ini main lo gak banget." Tian menyadari ketidak seriusan Aryan dalam bermain bola.
"Mungkin kecapean doang. Lagi gak mood juga," balasnya sambil meminum airnya. Setelah permainan berakhir ketiganya duduk selonjoran di tepi lapangan.
"Karna acara pensi ya atau gosip tentang lo dengan..."
"Yan, Lita sama Rania berantem di koridor!" adu salah satu teman kelasnya.
"Buset, gila mereka," umpat Satria. Ketiganya langsung melesat berlarian menuju koridor.
Ternyata koridor sudah sesak di penuhi para siswa lainnya yang malah sibuk mengabadikan pertengkaran keduanya. Aryan melewati mereka dan sampai di dekat Lita dan Rania yang kondisi keduanya tidak bisa dikatakan baik. Rambut dan seragam sudah berantakan.
"Kalian berdua hentikan!" Aryan tidak berteriak, tapi karna yang mengucapkan itu adalah penyebab keduanya bertengkar akhirnya diam.
Aryan menatap tajam ke arah keduanya bergantian lalu menghembuskan nafas.
"Lo ikut gue," ucap Aryan menunjuk Rania sementara Lita tampak tak terima karena hanya mengajak Rania saja.
Kepergian keduanya tak luput dari jepretan beberapa kamera ponsel dari siswa yang menyaksikan. Aryan yakin setelah ini berita tentangnya akan tertulis di berita sekolah dan terpampang di Mading sekolah.
"Siapa yang duluan?" tanya Aryan kala ia dan Rania sampai di tempat cukup sepi.
Rania berdecak sebal.
"Cewek gila itu yang duluan!"
Aryan kembali menghembuskan nafas. Mungkin pertanyaannya yang salah.
"Kenapa berantem?"
Rania tampak menatap Aryan dengan raut sedih.
"Dia bilang gue cewek ganjen karena sengaja godain kamu."
Aryan sudah bisa menebak pasti penyebab kedua cewek itu bertengkar adalah dirinya. Inilah yang ia takutkan sejak kemarin.
"Trus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband (Proses Terbit)
FanficBagi Hana tak masalah jika harus dijodohkan dengan pilihan kedua orang tuanya. Namun, ia tidak menyangka jika calon suaminya adalah seorang bocah SMA yang masih berusia belasan.