Malam minggu sengaja Aryan dan Hana gunakan untuk pergi nonton. Ini adalah pertama bagi keduanya. Awalnya Aryan sempat menolak karena khawatir akan kondisi Hana yang sempat demam paginya, tapi setelah di bujuk Hana bahwa ia baik-baik saja akhirnya Aryan mengalah untuk mengikuti keinginan istrinya.
"Aku beli popcorn dulu," ucap Aryan pada Hana. Cewek itu mengangguk lalu Aryan menyuruhnya untuk duduk di salah satu sofa. Ia masih khawatir akan kondisi Hana.
Antrian lumayan panjang membuat Aryan cukup lama berdiri. Ia menoleh pada Hana yang masih duduk yang menatap ke arahnya.
"Aku ke toilet dulu ya." Begitulah kira-kira Aryan membaca gerakan bibir dari istrinya yang ia balas dengan anggukan.
Sementara Hana sebenarnya masih merasa mual dan sedikit pusing. Ia sengaja membohongi Aryan tentang kondisinya karena tidak mau membuat suaminya itu cemas.
Ia tidak tahu kenapa sejak kemarin pusingnya belum hilang. Padahal ia sudah meminum obat pereda sakit kepala.
Di tengah lorong menuju toilet ia tidak sengaja menyenggol bahu seseorang yang hampir membuatnya jatuh.
"Maaf," ucap Hana menunduk tanpa melihat orang yang ia tabrak. Ia segera melangkah untuk masuk ke dalam toilet sebelum sebuah tangan mencekal lengannya.
"Kamu sakit?"
Hana mendongak melihat sosok di depannya. Sedikit kaget saat mengetahui orang itu adalah Jay. Ia mengumpat dalam hati sebab pertemuan mereka selalu tidak pas.
"Lepas!"
Jay melepas cekalan tangannya dari lengan Hana.
"Kamu kenapa?" tanya Jay terlihat khawatir.
"Aku gak apa-apa." Setelah mengatakan itu tubuhnya tiba-tiba lemas dan hampir jatuh jika saja Jay tidak segera menangkapnya.
"Hei, kamu pucat, Han. Kamu ke sini sama siapa?"
Jay masih menahan tubuh Hana supaya tidak roboh, tapi cewek itu seperti ingin melepaskan diri darinya.
"Kamu gak usah khawatirkan aku Jay."
"Please jangan keras kepala. Kamu ini sedang gak baik-baik aja. Izinkan aku membawamu ke rumah sakit," ucap Jay sedikit memelas.
Hana menggeleng.
"Gak perlu. Aku ke sini bareng Aryan."
Mendengar nama cowok itu membuat Jay teringat pertemuan mereka terakhir kali di rumah sakit.
"Dia tau kamu sakit?"
"Aku yang memaksanya ke sini."
Jay menghela nafas gusar.
"Yaudah, aku bantu kamu menemui suamimu," ucap Jay lalu membopong tubuh Hana di sebelahnya sebelum cewek itu melayangkan protes.
Aryan yang baru mendapat giliran untuk memesan seketika tidak jadi setelah melihat Hana sedang di bopong Jay keluar dari lorong toilet. Ia segera menghampiri keduanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Aryan dilanda panik saat melihat wajah Hana semakin pucat. Ia segera merengkuh tubuh istrinya dari Jay.
"Gue menemukan istri lo sedang kesakitan di lorong toilet," jawab Jay sinis. Ia kesal karena Aryan tidak menjaga Hana dengan baik.
Sementara Aryan hanya fokus pada Hana yang tampak lemas di pelukannya.
"Ini yang aku takutkan tadi. Kakak kenapa ngajak pergi padahal lagi sakit?"
Hana tidak menjawab sementara Jay tampak tak suka cara Aryan.
"Sebaiknya lo bawa dia ke rumah sakit bukan malah menghakimi," ucap Jay penuh penekanan. Aryan menatap Jay tajam.
"Terima kasih sudah perhatian, tapi kak Hana adalah tanggung jawab gue," jawab Aryan sebelum beranjak dari hadapan Jay.
Ia beralih menggendong Hana ala bridal style membuat pengunjung mal menatap ke arah keduanya. Mereka menunjukkan berbagai ekspresi. Ada yang penasaran, ada juga yang iri melihat pasangan itu.
Aryan mendudukkan Hana di kursi mobil. Tadinya Aryan berinisiatif untuk menggunakan mobil saat akan pergi setelah melihat kondisi Hana. Dan apa yang ditakutkan benar-benar terjadi.
"Yan, apa gak apa-apa? Kamu belum punya SIM," ucap Hana di tengah sakitnya.
"Semoga saja gak ada razia," balas Aryan yang sudah duduk di kursi kemudi.
Ia segera menancap gas kendaraan beroda empat itu dengan perasaan cemas.
***
Dokter yang menangani Hana duduk di kursinya sambil tersenyum melihat ke arah keduanya.
"Ini gejala umum yang sering dialami ketika sedang hamil muda," ucap dokter itu menjelaskan penyebab Hana selalu pusing dan mual kemarin.
Aryan yang mendengar itu terlihat kaget tak percaya. Sementara Hana malah bingung.
"Kamu hamil?" ucap Aryan yang seketika diselubungi rasa bahagia. Ia menatap istrinya dengan haru.
"Ini beneran, Dok?" tanya Hana yang masih ragu. Dokter wanita itu mengangguk.
"Tapi kemarin saya sudah coba cek, tapi hasilnya negatif," jelas Hana.
"Kakak udah coba cek?" tanya Aryan yang ia memang tidak tahu sama sekali. Hana mengangguk.
"Aku sengaja gak ngasih tau karena hasilnya negatif. Aku takut kamu kecewa."
Aryan menggenggam tangan Hana erat dan menatap lurus matanya.
"Aku gak akan kecewa apapun hasilnya kak."
Hana tersenyum bahagia mendengarnya, ia ikut menggenggam dengan tangan yang satunya.
"Alat tes kehamilan kadang tidak seratus persen akurat, Bu. Jadi saran saya setelah ini ibu langsung menemui dokter kandungan," ucap dokter. Setelah mengucapkan terima kasih Aryan dan Hana segera keluar dari ruangan itu.
Aryan langsung memeluk Hana erat. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan akan berita kehamilan sang istri.
"Aku bahagia sekali kak," bisiknya. Hana mengangguk sambil mengelus punggung Aryan.
"Aku kira kamu bakal ngerasa aneh sebab di usiamu yang masih belasan akan menjadi calon ayah."
Aryan menggeleng lalu melepaskan pelukannya dan beralih menatap Hana sambil menangkup wajah istrinya.
"Aku senang banget bakal jadi seorang ayah dari anak kita," ucapnya tulus. Ia mengecup kening Hana cukup lama setelah akhirnya memeluknya kembali.
"Nanti kamu mau dipanggil apa oleh anak kita?" tanya Hana.
"Terserah nanti dia mau manggil aku apa, tapi aku lebih suka dipanggil ayah," jawabnya. Hana tersenyum mendengar harapan Aryan tentang masa depan mereka nantinya. Pasti bakal lucu bergandengan bertiga nantinya.
***
Yeay, Hana akhirnya positif hamil juga, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband (Proses Terbit)
FanficBagi Hana tak masalah jika harus dijodohkan dengan pilihan kedua orang tuanya. Namun, ia tidak menyangka jika calon suaminya adalah seorang bocah SMA yang masih berusia belasan.