Bab 3

409 51 4
                                    

Disclaimer

Harry Potter@JkRowling
Apologize@Dayaaanadiv

Cerita ini murni karya saya sendiri, saya hanya meminjam nama dan pemeran dari kepemilikan JK Rowling
.
.
.

"Aku mencarimu dari tadi,dan kau malah berdiri sendirian disini? "

Pria itu menoleh saat seseorang menepuk pundaknya. Dilihatnya sahabat nya dengan wajah datar.

"Aku menemukan sebuah berlian "

"Hah? " Theodore Nott atau biasa di panggil Theo itu bingung.

Pria itu hanya tersenyum dan memegangi hidungnya yang sudah bersih dari darah. Terkekeh kembali dan membuang sapu tangan nya.

"Lupakan!"

"Apa maksudmu, Tom?"

Tom kembali menoleh ke arah Theo, dilihatnya sebuah simbol kelas di saku bagian kanan Theo. Itu sama seperti anak lelaki yang menabraknya tadi.

Mencoba menepis pikiran penasaran lalu melangkah menjauh dari tempat itu. Theo kesal karena diacuhkan dan pergi mengikuti Tom.
.
.
.
Di belakang sana terlihat tangan Harry yang sedang memukul mukul badan Draco. Sedangkan Draco yang hanya Pasrah dengan mencoba menepis tangan Harry.

"Hei kalian, hentikan! "

Pansy berlari memisahkan mereka berdua sebelum bencana lebih besar.

Harry bernafas dengan memburu tatapannya sangat marah sekarang. Disisi lain Draco bersikap biasa saja sambil merapikan seragamnya yang berantakan akibat Harry.

Pansy mendengus melihat mereka berdua yang saling mengarahkan tatapan tajam.

"Berhenti bersikap seperti anak kecil!"

Tangan Pansy telulur memberikan sapu tangan pada Harry yang di ambil dengan gesik dan emosi. Wajah Harry masih memerah sekarang.

"Tidak bisakah kalian menunjukkan ke dunia bahwa kalian ini anak orang terpandang? "

"Tidak."

Ucap Harry dan Draco secara bersamaan yang hanya di balas dengan wajah Pansy kaget. Pansy sudah cukup lelah dengan mereka berdua. Dia lelah menjadi penengah.

"Dan Draco, minta maaf pada Harry"

Wajah Draco tersenyum mengejek ke arah Harry sambil mengulurkan tangannya meminta maaf. Bibirnya bergerak lihir sambil mengucapkan maaf.

Uluran tangan itu di acuhkan begitu saja oleh Harry.

Pansy mencoba menahan tawanya yang hampir meledak itu, melihat pemandangan kekanakan kedua sahabat itu.

Dengan segera Harry meninggalkan Draco dan pansy dari tempatnya yang hanya di balas tatapan tanya pada wajah keduanya.

Mau tidak mau Draco menyusul Harry. Pria itu pasti sangat marah, lagi pula Draco sudah keterlaluan.

Pansy yang di tinggal sendirian hanya menggeleng heran akan sikap mereka berdua. Dia harap mereka tidak benar benar saling marah.
.
.
.
"Ayolah, Rry, aku akan membeli kan mu 4 bungkus coklat jika kau memaafkan ku"

Harry membalikkan badannya tidak mau menghadap Draco.

Sudah segala cara Draco keluarkan untuk meminta maaf, dengan menawarinya semua koleksi kpop kesukaan nya, pergi ke kedai eskrim dekat sekolahan, bahkan 4 batang coklat yang hanya di tolak mentah mentah oleh Harry.

Harry yang memang sudah teguh dengan pendirian nya bahwa dia sedang dalam mode marah pada Draco pun tidak menghiraukan nya.

Sebelum Harry melihat diluar seorang pria yang di tabrak nya siang tadi berdiri di depan pintu kelasnya bersama Theo.

Kalau di pikir pikir Harry tidak pernah bertemu pria itu sebelum nya. Mata zamrud nya menelisik wajah pria itu dengan seksama lalu turun ke seragamnya mengamati.

Jika dilihat dari penampilan nya yang amat rapi sepertinya dia bukan dari keluarga sembarangan seperti mereka.

"Kau memaafkan ku kan, Rry? "

Draco bingung saat Harry beranjak dari kursinya menuju keluar kelas. Tuhan harus dengan cara apa lagi Draco meminta maaf.

Alis Draco semakin mengerut saat Harry menghampiri seorang pria di luar sana. Wajahnya memerah karena marah.bertanya tanya siapa pria yang Harry aja bicara itu.
.
.
.
Harry mengingat bahwa dia harus meminta maaf secara benar pada pria yang dia tabrak tadi pagi.

"Hai "

Tom menoleh ke arah Harry saat telinganya mendengar sebuah sapaan. Bibirnya membentuk sebuah senyum tulus saat melihat pria mungil yang menyebabkan hidungnya untuk pertama kalinya berdarah.

"Ya, manis?"

Harry mengernyit saat mendengar nada menggoda dari pria di depannya. Tipikal buaya pikir Harry, akan tetapi Harry mencoba mengesampingkan pikiran itu.

"Kau ingat aku kan? Aku disini ingin meminta maaf padamu tentang kejadian tadi siang " Ucapnya menyesal.

"Tidak masalah, kau membuat ku memiliki pengalaman untuk mimisan "

Wajah Harry Memerah karena malu. Apa segitu kerasnya kah tabrakan tadi siang hingga pria dihadapannya yang mengaku tidak pernah mimisan itu mengalami mimisan untuk pertama kalinya.

Tom semakin terkekeh melihat ekspresi cengo dari Harry. Pria mungil di depannya itu terlihat seperti orang bodoh. Tom mendapatkan sebuah ide untuk menggodanya.

"Jangan Tom"

Peringatan Theo yang sudah mengerti tabiat sahabatnya itu yang hanya di balas gumaman ogah dari Tom.

"Terakhir kali kita bertemu wajah mu berlumuran tinta sepidol, benarkan?"

Harry yang memang masih marah karena kejadian itu tidak mau mengingat ingat.

"Lupakan saja, aku disini hanya ingin meminta maaf"

Hanya terdengar kekehan dan tawa kecil saat mendengar jawaban Harry.

"Jadi, bagaimana kalau aku mentraktir mu sebagai permintaan maaf?"

"Em.. Setuju."

Tom memberikan reaksi dengan mengacak ngacak rambut Harry sebelum sebuah tangan menepis tangan Tom untuk menjauh dari rambut lembut Harry.

"Tidak kah anda punya tata krama Tuan Muda Riddle, untuk tidak menyentuh rambut orang asing tanpa permisi,"

Melihat Draco yang tiba tiba datang dengan ekspresi marah membuat Harry bertanya tanya. Jika dilihat sepertinya Draco dan pria di depannya ini saling kenal.

Sebelum mulut Harry terbuka untuk bertanya lebih lanjut tangan nya sudah di tarik Draco ke dalam kelas dengan kondisi muka masam.

Tunggu seharusnya kan dia yang marah pada Draco bukan malah sebaliknya. Harry yang posisinya sudah duduk di kursi melirik pada Tom yang hanya memandang datar mereka berdua.

Di sisi Tom yang sedang memandang Draco dan Harry yang memasuki kelas dia melirik Theo untuk menunjukkan kelas barunya.

Sebuah gumaman lihir terucap dari bibir Tom yang hanya di balas tatapan heran dari Theo.

"Tidak sopan"

.
.
.
.
Jangan lupa vote ya

Sumpah aku bahagia banget karena cerita aku rame, makasih semuanya yang udah bantu vote cerita aku , makasih juga buat yang udah suport aku. Pokoknya aku bakal lebih semangat buat update.

Di tunggu ya kelanjutan ceritanya.

APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang