Bab 6

247 36 7
                                    

Disclaimer

Harry Potter@JkRowling
Apologize@Dayaaanadiv

Cerita ini murni karya saya sendiri, saya hanya meminjam nama dan pemeran dari kepemilikan JK Rowling
.
.
.

Harry mengaku suasana kali ini amat mencekam saat dia remaja di depannya saling adu pandang.

Harry tidak mengerti, jika Draco dan Tom saling mengenal bukankah mereka harusnya terlihat akrab dan bukan bermusuhan seperti ini?.

Mata Harry melirik ke arah Draco yang ada di samping nya yang sedari tadi mengeluarkan aura perang pada Tom kemudian bergantian melirik Tom yang sedang santai memandang Draco seperti tidak goyah dengan tatapan nya.

Harry menghela nafas lalu berdiri dari tempatnya. Sudah muak dengan drama tatap menatap itu.

"Jika kalian masih ingin melanjutkan sesi tatap kalian lakukan lah."

Menjeda perkataan nya lalu melanjutkan kembali saat melihat Draco yang berdiri sejajar dengannya.

"Lanjutkan saja kenapa berdiri, aku akan sangat bersyukur jika kalian berakhir jatuh cinta."

"Tidak mungkin" Tom berdesis.

"Omong kosong." Balas Draco tidak kalah sinis.

Bola mata Harry berputar malas melihat mereka berdua.

"Lebih baik kau pulang Dray, dan bersiaplah untuk acara nanti malam." Usir Harry pada Draco yang hanya di balas tatapan kaget.

"Kau mengusir ku Rry?, kenapa tidak kau usir saja pria itu?"

Harry garuk garuk kepala sendiri melihat tingkah Draco yang seperti di ajak putus pacarnya.

"Bukan begitu, dia kan tamu ku. Tom memang akan bersiap untuk acara di kediaman ku, jadi ku sarankan untuk kau pulang dan segera bersiap. "

Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Tom dan Harry saat Draco mau menuruti Harry. Tom tidak tau bahwa orang se angkuh Malfoy bisa langsung menurut atas perintah Harry.
.
.
.
Harry dan Tom menjadi lebih dekat setelah sesi berkenalan mereka yang panjang. Kini Harry dengan berdandan di depan meja rias nya.

Ada dua pelayan yang membantunya bersiap. Namun bukan raut bahagia yang tertera di wajahnya melainkan raut khawatir.

Kakaknya James tidak pernah menginginkan perjodohan ini. Dia mencintai orang lain, hanya saja image dia sebagai putra sulung keluarga Potter membuat nya tidak bisa berbuat apa apa.

Dia sudah mencoba melawan namun sia sia. Itulah alasan kenapa 2 hari yang lalu kakaknya terlibat adu mulut dengan ayahnya.

Kalian masih ingat kejadian dimana Harry dikejutkan dengan keributan di pagi hari itu? Saat ibu Harry menangis di pelukan kakaknya.

Tangan nya merapikan kerah bajunya lalu memakai jas yang sudah di sediakan. Ia harap tidak ada kejadian yang tidak di inginkan.

Harry harap dia tidak akan muncul.
.
.
.
Salah.

Harry salah besar tentang firasat nya. Pria itu datang. Pria yang di cintai kakaknya datang dengan lengkap bersama keluarganya.

Harry jadi panik melihatnya, segera setelah itu dia mencoba untuk kembali ke kamar kakaknya sebelum sebuah tangan menarik nya mendekat.

"Ada apa? Kenapa wajahmu panik?"

Harry hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dia memandang Tom lalu mengkode nya untuk melepaskan tangan.

"Aku harus mengurus beberapa hal dengan kak James, kau nikmati pestanya dulu."

Tom mengernyit.

"Aku akan menemani." Harry menggigit bibir bawahnya gugup mendengar jawaban dari Tom.

Setelah menimang nimang pikiran nya akhirnya Harry setuju, dan menggandeng Tom menuju kamar kakaknya.

Tanpa keduanya sadari dari kejauhan terlihat remaja pirang yang sedang memandang keduanya benci.

Di tangannya terdapat gelas yang sudah siap dia remat hingga pecah. Namun dia mencoba mengendalikan emosinya.

"Apa aku kalah selangkah?"
.
.
.
Harry sudah mengetuk pintu kamar kakaknya sebanyak tiga kali, namun tidak ada sahutan dari balik pintu itu.

Sedangkan Tom sendiri masih berdiri anteng dan hanya mengikuti gerak gerik Harry. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

Harry berhenti di ketukan ke lima saat pintu tak kunjung di buka juga.

Diraihnya HP dari saku dalam jas lalu mengetik pesan pada kakaknya. Setelah menunggu selama lima menit pintu kamar itu terbuka dan menampilkan kakaknya yang sudah terbalut dengan Jas rapi.

"Kau tunggu disini sebentar!" Perintah Harry pada Tom yang hanya di balas anggukan kepala saja.

Sekiranya 20 menit an Tom menunggu di luar kamar sebelum Harry keluar dari kamar itu beserta dengan kakaknya.

Keduanya tampak normal untuk penglihatan Tom. Hanya saja sikap canggung keduanya sedikit terlihat.

Dilihatnya James yang terlihat gugup membuat Tom tersenyum maklum, mungkin saja dia gugup karena akan meminang seseorang.
.
.
.
Ketiganya berjalan beriringan ke arah aula pesta, disana sudah terlihat calon wanita yang menunggu dengan dress indah nya yang membuat semua orang terpikat.

Harry membawa Tom berbelok membiarkan kakaknya maju sendirian.

Lily Evans benar benar terlihat sangat cantik malam ini. Semua yang ada padanya bersinar, indah adalah deskripsi sempurna untuknya.

Sayangnya James tidak menghiraukan itu semua. Langkah kakinya mengarah ke Lily tetapi pandangan matanya tidak bisa jauh dari lelaki yang berdiri di samping sahabatnya Sirius Black.

Pertunangan berjalan lancar saat kedua calon saling bertukar cincin. Senyum bahagia tertera di wajah cantik lily, sorakan dari banyaknya undangan juga memeriahkan keadaan.

James mengedarkan pandangannya ke segala arah saat di rasa dia mulai kehilangannya lagi.

Ini kesempatan emas baginya, kata Harry.

Banyak nya tamu undangan membuatnya bisa  menelusuri aula pesta sesukanya, meninggal Lily sendirian.

Saat James yakin dia menemukan nya, dia mulai mendekat menggapai bahu itu dan menepuk nya sekali.

Orang itu menoleh, memperlihatkan sebuah objek hitam pada matanya. Hingga keduanya sama sama membeku untuk sesaat.

.
.
.
Jangan lupa Vote

Kebiasaan, enak kalau update malem malem.
Seneng banget rasanya ternyata ceritaku banyak yang baca.
Btw semoga suka ya sama cerita nya.
Semoga gak sad ending deh hehe

APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang