Bab 10

264 28 2
                                    

Disclaimer

Harry Potter@JkRowling
Apologize@Dayaaanadiv

Cerita ini murni karya saya sendiri, saya hanya meminjam nama dan pemeran dari kepemilikan JK Rowling
.
.
.

Banyak sekali momen yang selalu terlupakan di masa lalu, entah itu disengaja atau tidak. Kadang jika itu di sengaja, dan akan sakit jika di ingat lagi.

Dinding rumah sakit ini menyimpan banyak sekali kenangan buruk terhadap dirinya. Ruang yang menjadi saksi bisu kematian orang tercintanya.

Pria itu hanya berdiri di tengah ruangan sambil berdiam diri, mengamati setiap sudut dan memberikan tatapan sendu.

Jika suatu hari tujuannya itu terpenuhi maka tidak akan ada dendam lagi di lubuk hatinya.
.
.
.
Suasana mobil terlihat sangat bewarna saat sesekali Harry melontarkan lelucon sesekali. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam sedangkan Draco dan Harry masih menghabiskan waktu bersama seharian.

Harry tidak ingat kapan terakhir kali mereka bisa bermain sepuas ini. Ia memandang Draco yang fokus menyetir , rambut blonde nya terlihat bersinar saat terkena beberapa pantulan lampu jalanan.

Menyadari seseorang memandangnya Draco menoleh ke arah Harry dan menaikkan alisnya bertanya.

"Kenapa? Ada sesuatu yang aneh di wajahku?"

Secara reflek Harry mengalihkan pandangannya ke arah depan dan menggeleng kan kepalanya brutal.

"Hanya ingin melihat."

Harry semakin memasukkan kepalanya ke dalam jaket, menyembunyikan rona merah di pipiny itu.

Draco terkekeh, jelas sekali usaha Harry untuk menutupi pipinya itu sia sia.

"Mau mampir ke minimarket?"

Kepala itu menyembul sedikit saat mendengar sebuah penawaran dari sahabatnya.

"Ya." Harry menjawab dengan semangat.

"Belum puas menguras dompetku?" Draco melongo.

"Kau kan kaya, lagi pula hanya dengan membeli beberapa cemilan tidak akan bangkrut."

Harry kembali mulai bersemangat saat Draco benar benar mengarahkan mobil mereka ke arah supermarket.

Sangat tidak sabaran untuk turun dari mobil. Tepat saat mobil di parkiran Harry buru buru turun dari mobil dan berjalan lebih dulu ke dalam.

Sedangkan Draco mengikutinya dari belakang seperti biasa. Harry menarik sebuah troli yang lansung di berikan oleh Draco. Kakinya itu secepat kilat melangkah ke area makanan ringan dan mengambil nya secara acak.

Mungkin jika sudah sampai rumah dia akan mendapatkan amukan beras dari keluarga nya karena pergi tanpa memberitahu. Jadi Harry akan membeli banyak makanan untuk mengisi energi saat di marahi nanti.

Draco sendiri malah fokus pada ponsel nya dengan sesekali mengfoto tingkah lucu dari Harry yang kalap untuk membeli semua makanan.

Tidak tahan dengan semua kegemasan yang di berikan Harry secara bertubi tubu hari ini.

"Sudah"

Ponsel dalam genggaman nya itu ia taru kembali dalam saku saat dia melihat trolinya sudah penuh dengan  semua makanan pilihan Harry.

Sedangkan Harry hanya nyengir polos saat Draco melongo melihat semua belanjaan itu. Ini sudah seperti akan belanja mingguan jika Harry tau.

Troli itu di dorong ke area kasir, tidak lupa tangan Draco menggandeng Harry agar tidak menghilang seperti anak kecil.

Beberapa orang berbisik melihat keduanya yang terlihat seperti seorang pasangan kekasih.

Tanpa di ketahui keduanya tampak senang akan pujian dari beberapa orang, hanya saja tidak di tunjukkan secara langsung.

Seorang kasir wanita yang sedikit lebih tua dari pada mereka tidak fokus untuk menghitung belanjaan karena pesona dari Draco.

Sedari tadi fokus matanya melirik ke arah Draco dan memberikan tatapan genit. Harry yang melihat itu merasa panas karena melihat respon Draco yang hanya diam saja tidak peduli.

Di kaitkan tangannya pada lengan Draco dan memberikan tatapan sengit pada sang kasir yang di balas dengan deheman canggung darinya.

Selesai membayar belanjaan, Harry mengambil salah satu camilan dari kantong plastik. Kali ini Draco sedang fokus untuk memasukan cemilan ke mobil.

Sesekali melihat Harry yang fokus memakan snack nya. Draco baru ingat untuk membeli sesuatu.

"Tunggu disini sebentar! , barangku ada yang tertinggal. "

Perintah Draco itu hanya di balas sebuah anggukan dari Harry.

Setelah mendapat persetujuan Draco pergi meninggalkan Harry untuk kembali memasuki supermarket.

Harry yang ditinggal sendiri celingukan mencari kursi untuknya duduk menunggu Draco.

Posisi supermarket berada tepat di depan jalan raya, jadi banyak sekali orang yang berlalu lalang di sana.

Menoleh kekanan kekiri tidak menemukan tempat yang enak untuk menunggu Draco. Alhasil Harry memilih untuk menunggu Draco di dalam mobil.

Baru satu langkah Harry maju sebuah suara dari teriakan wanita mengalihkan pandangannya.

Wanita paruh baya yang sedang berteriak meraung dan menangis ke arah jalan raya. Harry dengan cepat mengikuti arah pandang wanita itu.

Dilihatnya seorang anak kecil seperti berumur 4 tahun sedang kebingungan di jalan raya dan di saat bersamaan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arah bocah itu.

Posisi anak itu lebih dekat dengan Harry, jika mobil itu tetap melaju dengan cepat maka anak itu akan mati ter terjang.

Harry merutuki sifat kepahlawanan nya itu, di jatuhkan nya snack yang masih penuh itu hingga berhamburan ke tanah.

Memacu kakinya secepat mungkin untuk mencapai bocah itu.

"Pasti Sampai."
.
.
.
Draco mengeluarkan dompetnya dan segera membayar belanjaan nya itu. Sebuah kue mini berhiaskan  banyak stroberi kesukaan Harry.

"Totalnya....

Suara bunyi dobrakan pintu mengalihkan pandangan Draco dan kasir itu, beberapa pelanggan juga menoleh ke arah pintu.

" Nak, pria yang bersamamu tadi..

Belum sempat pria itu melanjutkan omongannya, Draco keluar dari minimarket dengan berlari. Hal pertama yang dia lihat adalah banyaknya kerumunan.

Jantung Draco berpacu sangat cepat, rasanya seperti akan terjabut dari tubuhnya. Langkah kakinya semakin melemas saat melihat tubuh orang yang di kenali nya.

"Harry."

.
.
.
Jangan lupa vote and follow


APOLOGIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang