Sekitar jam delapan malam, Mila baru sampai di rumah dengan keadaan tubuh yang capek dan ngantuk juga.
Mila berjalan gontai memasuki rumah, dan seketika keningnya mengernyit saat mendengar suara tak asing yang membuat Mila menajamkan pendengaran sembari berjalan ke arah sumber suara.
"Kalau sampai lo kalah, Rubicon lo gue pinjem satu bulan."
"Njir. Nggak nggak. Nggak ada satu bulan, sehari oke deh gue."
"Dih mana bisa gitu. Lo nggak bisa ingkar sama kesepakatan kita di awal, inget?"
"Sialan!"
"Hahaha.."
Dan ternyata, dua orang yang duduk lesehan di karpet berbulu sembari memegang stick play station itu tengah adu mulut perihal mobil penculik.
Mila menghembuskan nafas melihat kelakuan kayak bocah dua laki-laki yang umurnya udah nggak bocah lagi itu.
Dengan tubuh menyandar ke tembok dan tangan yang terlipat di depan dada, Mila menyaksikan bagaimana kakaknya dan si kunyuk Harris masih berdebat. "Dasar nggak nyadar umur. Udah tua masih aja hobi berantem sama maen game." gerutu Mila dengan gelengan kepala heran.
Dengan mata memperhatikan kelakuan kakaknya dan juga Harris, otak Mila tengah memikirkan permintaan Mbak Siska yang membuat Mila pusing tujuh keliling.
Emang ya, apa pun yang menyangkut Harris pasti buat Mila susah. Ini nih contohnya.
Nggak ada angin nggak ada hujan, Mbak Siska minta Mila menjembatani kerja sama yang ingin di jalin dengan perusahaan Harris.
"Gimana caranya ya?" tanya Mila pada dirinya sendiri sembari mengusap dagu.
Puk
"Cara apa?"
"Njir!" seru Mila yang terlonjak karena tiba-tiba bahunya ada yang nepuk dan suara seseorang membuat dia terkejut.
Mila menoleh dan langsung melipat bibir saat melihat siapa yang ada di depannya sekarang.
Kanjeng ratu..
Waduh gawat, kira-kira Mama denger Mila ngumpat nggak ya tadi?
"Bilang apa tadi?" tanya Mama yang matanya udah memicing dengan tangan berkacak pinggang.
Mila meringis sembari mengaruk kepala yang nggak gatal sama sekali, "hehe.. Nggak ngomong apa-apa, Mah." elak Mila dengan cengiran kaku.
Sang Mama mendengus tak percaya, "Jelas-jelas Mama tadi denger kamu ngumpat sama Mama. Mau di potong uang jajannya hah?" seru Mama dengan suara nggak santai.
Emang nih Mama Mila tuh kalau lagi marah, suaranya nggak bisa kalem dikit. Kan kalau kayak gini, bisa-bisa dua orang yang tadi lagi debat bakal ledekin Mila.
"Nggak Mama. Tadi tuh kan Mila kaget karena Mama tiba-tiba muncul sambil nepuk bahu, nggak maksud ngumpat sama Mama." terang Mila masih dengan ringisan yang jelas tergambar di wajahnya.
Mama mendengus, "ngeles mulu kamu."
Mila hanya menampilkan cengiran lebar yang membuat gigi putih nan rapinya terlihat.
"Waduh, di marahin lagi ya, Mil?" ledek sebuah suara yang udah Mila hapal di luar kepala. Siapa lagi kalau bukan Harris?
Liat aja. Tuh cowok berjalan ke arahnya dengan tawa puas di wajah.
"Kenapa lagi tuh Mah?" tanya Dimas kali ini. Kakak Mila yang ikut menertawakan Mila.
Yang bisa di lakukan Mila hanya melayangkan delikan kesal ke arah kakak dan juga Harris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adu Gengsi
ChickLitMila bersumpah, kalau punya pacar, orang pertama yang akan dia recokin adalah Harris. Harris Jonathan Hadiaji, si rusuh yang katanya siap di repotin kalau Mila punya cowok.