Sekitar pukul sepuluh malam, Mila baru bisa merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Setelah selama satu jam lebih, dia di ceramahin Mama. Walaupun ada Papa di sana dan karena Papa juga, Mila bisa terlepas dari Mama. Karena kalau nggak ada, nggak tau sampai kapan Mama berhenti menceramahi Mila.
"Awas lo, kunyuk." desis Mila dengan mata menyorot tajam langit-langit kamarnya, membayangkan wajah Harris yang selalu berhasil membuat Mila kesal.
Makin hari kesabaran Mila makin menipis, yang memang sebelumnya udah setipis tissues. Bisa-bisa Mila cepet tua kalau harus ngadepin Harris dan kakaknya yang sekarang terbawa tingkah tuh orang. Emang ya Harris tuh bawa dampak buruk buat kakaknya.
"Gue aduin lo ke Mami Tari." desis Mila.
"Ish, kesel.!"
"Harris gila, sarap, gue bejek-bejek muka jelek lo!" teriak Mila sembari menendang-nendang selimut dan melempar boneka-boneka ke sembarang arah saking kesalnya.
Karena hal itu, kamar Mila berakhir berantakan dengan boneka di mana-mana dan selimut yang sudah tersingkap. Tapi Mila nggak peduli. Dia sedang marah, kesal sama si kunyuk Harris!
"Sabar, Mila, sabar." ucap Mila sembari mengelus dada dengan nafas ngos-ngosan seperti habis lari maraton. Emang emosi tuh ngabisin tenaga, capek banget.
"Sabar." ucap Mila lagi yang kemudian menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
Setelah itu, tatapannya mengarah ke langit-langit kamar dengan sisa nafas yang masih tak beraturan.
Drrrrtt.
Getar ponsel yang Mila letakkan di atas nakas terdengar yang membuatnya menoleh dan dengan malas mengambil benda pipih itu.
Dengan posisi masih berbaring tanpa bantal, Mila mengangkat ponselnya dan menatap layar yang menampilkan caller id yang nggak di harapkan.
"Mau ngapain lagi lo, hah?" sinis Mila menatap layar ponsel yang belum dia terima panggilan itu.
Pasalnya nama 'Kunyuk' terpampang di layar ponsel yang seketika kembali membuat emosi Mila memuncak.
"Bodo amat. Nggak bakal gue angkat sebelum lo coba sepuluh kali." celetuk Mila asal dengan senyum miring. Dia kemudian meletakkan begitu saja benda pipih itu di samping tubuhnya dan setelahnya, kedua mata Mila dia pejamkan dengan paksa, walaupun rasa kantuk belum menghampiri.
Getar ponselnya berhenti, tapi hal itu nggak lama, karena setelah itu getarannya kembali terasa.
'Dua.' ucap Mila dalam hati sembari tersenyum puas saat menghitung berapa lagi percobaan tuh orang.
Rasain. Anggap aja ini permulaan pembalasan Mila, karena Mila yakin tuh orang pasti lagi kesal karena Mila nggak mengangkat panggilannya.
Getaran yang berhenti sebentar dan kembali terasa terus berlangsung sampai hitungan Mila mencapai ke sebelas bahkan.
"Sebelas." seru Mila dengan senyum puas.
Setelah itu, Mila mengangkat ponselnya dan nama 'Kunyuk' kembali terlihat.
"Pantang menyerah juga lo." Ujar Mila dengan kekehan kecil yang kemudian mengusap layar ponsel menggunakan jari jempol untuk menerima panggilan dan menempelkannya ke sisi telinga.
"Hal—"
Balum selesai Mila mengucapkan kata Hallo, suara Harris menyerbunya yang membuat Mila tertawa puas.
"Kemana aja sih? Sok sibuk banget. Gue telfon dari tadi ada kali dua puluh kali lebih nggak di angkat-angkat. Berasa lagi nelfon presiden tau nggak?!" suara perotesan Harris memenuhi telinga Mila yang membuatnya menjauhkan benda pipih itu dan mengusap telinganya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adu Gengsi
ChickLitMila bersumpah, kalau punya pacar, orang pertama yang akan dia recokin adalah Harris. Harris Jonathan Hadiaji, si rusuh yang katanya siap di repotin kalau Mila punya cowok.