"Hai Dita," sapa Mila sembari melambaikan tangan lengkap dengan senyum lebar. Mendekat kearah perempuan yang tengah fokus pada layar komputer di depannya.
"Mil..? Ya ampun udah lama banget nggak ketemu," Dita mengangkat kapal, dan ekspresi terkejut di wajahnya nggak bisa bohong, kemudian Dita berdiri menyambut Mila yang terkekeh.
"Maklumlah, gue kan orang sibuk," Mila mengibaskan rambut membuat Dita gantian terkekeh mendengarnya.
"Mau langsung ketemu bos nih?"
Mila menganggukan kepala, "mau sekalian anterin titipan Maminya."
"Tapi bos lagi ada tamu, udah dari sejam kayaknya nggak keluar-keluar." terang Dita.
Mila yang mendengar itu mengernyitkan kening, "masih lama nggak kira-kira?"
Dita mengendikkan bahu, "nggak bisa mastiin sih gue," ringis Dita, "atau lo coba masuk aja Mil, biar tamunya cepet pulang juga, kerjaan si bos masih banyak soalnya." lanjut Dita mengusulkan.
"Kenapa nggak lo yang masuk aja? Lo kan sekretarisnya?" tanya Mila heran.
Mentang-mentang Mila datang dan keadaannya kepepet yang mengharuskan ketemu Harris secepatnya, terus numbalin Mila buat ganggu laki-laki itu yang mungkin sedang bersenang-senang dengan salah satu koleksiannya yang entah siapa sekarang.
Mila nggak tau dan nggak peduli juga. Eh tapi itu cuma tebakan Mila aja sih. Mungkin Harris benar-benar sedang diskusi yang alot dengan rekan bisnisnya. Entahlah, Mila mencoba berfikir positif kali ini.
"Bantuin gue sekali-kali, Mil. Kalau lo yang masuk nggak bakal di pecat sama si boss. Beda lagi kalau gue yang masuk."
Mila mendengus, "Yaiyalah nggak dipecat, orang gue bukan karyawan sini."
Dita meringis mendengarnya, "tolonginlah Mil, kali ini aja. Boss beneran lagi hectic banget. Noh lo liat berkas di meja gue—" Dita menunjuk tumpukan berkas di mejanya.
Mila melirik arah telunjuk Dita, "Iya iya liat gue, lo juga jangan curhat sekarang gue lagi nggak ada waktu buat dengerin, sibuk banget beneran deh." ujar Mila menekan kata sibuk.
Sementara itu Dita mengangguk-anggukan kepala, "Iya iya deh percaya yang udah jadi orang sibuk."
Mila tertawa dan kembali mengibaskan rambut, kemudian mulai berjalan kearah ruangan Harris dengan langkah pasti penuh tekad.
'Oke, lo tenang, Mil. Inget kata Dita, Harris nggak bakal bisa pecat lo.' gumam Mila dalam hati pada dirinya sendiri.
Tapi kalau nggak sekarang, kapan lagi Mila bisa nemuin Harris? Semakin cepat dia bertemu laki-laki itu, semakin cepat pula urusannya selesai. Dan keberanian Mila untuk datang ke tempat ini juga nggak setiap saat muncul, ada hal yang Mila coba hindari dari tempatnya berdiri sekarang. Sesuatu yang nggak bisa di lupakan begitu saja.
Satu lagi, besok mungkin Mila bakal lembur lagi karena persiapan event di dua tempat berbeda sekaligus.
Berusaha tenang, Mila meraih gagang pintu dan membukanya.
Tapi apa yang dilihatnya sekarang membuat kaki Mila berhenti di ambang pintu yang sudah terbuka lebar.
Lagi. Hal yang dia hindari terjadi padanya.
Walaupun Mila sebelumnya sudah memprediksi saat dia dengar ada tamu yang nggak keluar-keluar, tetap saja Mila tak menyangka dan sedikit terkejut dengan aksi dua orang di depannya ini yang mengotori mata suci Mila.
Mila melipat tangan di depan dada, kemudian menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, mencoba bersikap tenang dengan tatapan malas menyorot laki-laki yang tengah memainkan wajah perempuan di depannya tanpa jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adu Gengsi
ChickLitMila bersumpah, kalau punya pacar, orang pertama yang akan dia recokin adalah Harris. Harris Jonathan Hadiaji, si rusuh yang katanya siap di repotin kalau Mila punya cowok.