Ning yang Bukan Ning

50 11 1
                                    

Assalamualaikum semuanya. Sudah siap membaca Matahari untuk Adelia di part ini? Jangan lupa siapkan hati. Eits, sebelumnya kasih like dan komentar yaaa.

===

"Kamu mau sampai kapan seperti ini, Nduk?" tanya Bu Nyai Khadijah sambil memandang Adelia.

"Adel cuma masih pingin bebas, Umi. Toh Adel ke mana-mana juga pakai uang Adel sendiri." Adel masih menjawab sambil menundukkan kepalanya.

"Ning Adel, kamu itu perempuan. Sudah seharusnya di rumah saja, jangan ke mana-mana. Perempuan di luar rumah itu bisa menjadi fitnah," ucap uminya Adelia sambil menggelengkan kepalanya.

"Adel sendirian kok, Umi. Adel bisa menjaga diri."

"Adel, kamu kok susah diberi tahu?" Sebuah suara berat dan tegas membuat Adelia Emma terlonjak dari duduknya. Kyai Abdullah yang baru saja dari mushola, langsung duduk di samping sang istri.

Wajah Adel yang awalnya biasa saja, kini mulai memerah. Jika berhadapan dengan sang ibu, dia masih bisa menjawab ataupun beragumen. Namun, jika sang ayah mulai ikut campur, maka pertahanannya runtuh seketika.

"Kamu darimana? Seharian ngeluyur dan baru pulang jam segini?" tanya Kyai Abdullah dengan pandangan tajam kepada putri bungsunya. "Jawab Abah, Adelia Emma!"

Jika sang ayah sudah memanggil dengan nama lengkap seperti itu, tandanya sedang ada kemarahan yang ingin dikeluarkan. Ada rasa yang tak bisa ditahan lagi, tak tahu bagaimana harus menahan Adel yang tak bisa diatur. Adelia mempunyai sifat seperti seorang lelaki, suka alam dan kebebasan. Tidak seperti kakak-kakaknya yang lain, sudah berumah tangga dan patuh dengan kodrat mereka.

"Dari Pantai Balekambang, Bah," ucap Adel pelan, hampir tak terdengar.

"Pantai lagi, pantai lagi. Sampai kapan kamu mau jadi anak yang tak patuh, Del?" ucap Kyai Abdullah sambil memegang keningnya yang terasa berat.

Mungkin ini adalah kesalahannya juga yang terlalu memanjakan Adelia dan menuruti apa pun yang dia inginkan. Adel yang manis dan suka melakukan apa pun yang dikerjakan oleh lelaki, dulu selalu dia banggakan. Namun, sekarang berbanding terbalik.

"Maaf, Bah."

"Kamu ada kelas mengajar diniyah, kan? Siap-siap dulu. Nanti ditunggu para santriwati." Nyai Khodijah berusaha memadamkan suasana yang sudah memanas.

"Umi, jangan manjakan Adelia lagi. Adel sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Dia harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Suruh saja pengurus senior yang menggantikan Adel mengajar. Kita harus menyelesaikan permasalahan ini secepatnya!" Kyai Abdullah tak bisa lagi dibantah, membuat Nyai Khadijah pun bangkit dari duduknya, menuju ke kamar pengurus yang dekat dengan ndalem.

"Dengar, Adelia Emma! Kamu itu seorang ning. Sudah sepantasnya kamu memberikan contoh yang baik untuk para santriwati dan orang lain!" Kyai Abdullah berusaha menyadarkan Adel tentang statusnya. "Abah tak tahu lagi harus mengatakan apa padamu. Agar kamu tidak lagi keluar rumah dan agar mudah diatur, Abah akan menikahkanmu dengan seorang anak temannya Abah."

Wajah Adel langsung mendongak. Menikah? Bahkan hal itu sama sekali tidak ada di pikirannya. Menikah dengan siapa? Tak ada seorang lelaki yang dikenalnya di sini. Dia bahkan bisa dibilang tak punya teman lelaki, kecuali teman-teman sesama influencer dan teman bloger.

"Abah? Adel belum siap," ucap Adel akhirnya.

"Abah tak peduli. Abah sudah lelah dengan tingkahmu. Kamu itu seorang Ning. Ning yang seharusnya memberi contoh pada para santriwati lainnya. Bukan malah keluyuran tak jelas!" Sebuah perintah yang tak lagi bisa ditolak. Sudah benar-benar bulat. "Dalam waktu sebulan, Abah akan menikahkanmu dengan lelaki pilihan Abah."

Air mata yang ditahannya dari tadi, lolos begitu saja. Satu per satu mutiara bening itu seolah mengucapkan betapa dukanya hati ning kecil yang kini sedang berada di depan abahnya. Ning yang tak pernah mau dipanggil dengan panggilan ning.

"Abah jahat .... Adel tidak pernah mau menjadi seorang ning! Adel tidak pernah ingin terlahir di keluarga pesantren seperti ini" Ning Adelia langsung berdiri dari duduknya, lalu berlari menuju ke kamarnya. Hatinya pecah.

====

Bagaimana? Mulai ditarik benang merahnya kaaan? Kira-kira siapa yang akan dijodohkan dengan Adelia, ya? Tunggu part selanjutnya.

Matahari Untuk AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang