Kabur Dari Pesantren

45 8 2
                                    

Assalamualaikum, selamat malam. Punya rencana ke mana nih weekend ini? Sesibuk apa pun, jangan lupa baca Matahari Untuk Adelia yaaa. Heheheh. Like dan komentarnya ditunggu. Dispam komen juga boleh kok.

====

Surya, sebuah nama yang jelas-jelas memberikan kehangatan saat mengucapkannya. Namun, kenapa lelaki itu terlihat sangat jutek saat bertemu dengannya dulu? Bahkan terlihat memusuhi. Padahal mereka bahkan tidak saling mengenal.

Adel membetulkan posisinya yang saat ini sedang duduk menjadi rebahan. Dia benar-benar penasaran dengan sosok yang bisa tertawa lepas seperti itu. Sangat lepas, seolah tak ada beban di pundaknya. Bagaimana bisa?

Sampai tak disadari, jarinya menggeser satu demi satu story dan reels yang dibuat oleh Surya. Sampai pada sebuah postingan yang membuatnya membeku. Teman itu tidak hanya menemani saat susah, tapi dengannya, kamu bisa lupa dengan masalah, walaupun hanya untuk sesaat.

'Berarti selama ini aku gak punya teman dong.'

Akhirnya sebuah komentar dia ketikkan. Menunggu lama, tak ada balasan. Walaupun terlihat lelaki itu tengah online. Adel menarik napas panjang lagi, lalu mulai mencari apa yang menurutnya bagus. Hampir semua yang lelaki itu posting adalah kesukaannya, tempat-tempat yang sangat ingin dia kunjungi.

Dilihatnya lelaki itu dengan saksama, lalu tertawa, "Ya ampun, ternyata gondrong banget, ya? Cakepnya jadi ilang dong."

Gadis yang tidak suka dengan lelaki berambut panjang pun tertawa renyah, tapi tidak menghentikannya untuk terus mencari apa yang dia inginkan. Tak hanya di Instagram, bahkan Adel pun mengunjungi hampir semua sosial medianya. Termasuk channel YouTube yang kesemuanya berisi tentang perjalanan sang lelaki di tempat-tempat yang tak pernah dia kunjungi.

"Keliatannya seru banget ya dia ke mana-mana backpackeran gitu. Jadi pingin ikut ke mana dia jalan. Em, tapi kalo ingat dia yang judes gitu, apa iya dia seru? Jangan-jangan cuma pencitraan di sosmed aja," ucap Adelia sambil memikirkan apa yang baru saja dilihatnya.

Bagaimana dengan dia? Dia hanya bisa mengunjungi tempat wisata jika ada endors ataupun saat lelah dengan perjalanan hidup. Itu pun harus dengan sembunyi-sembunyi, tidak minta izin pada orang tuanya. Sangat yakin jika kedua orang tuanya pasti akan melarang pergi. Seandainya dia bisa seperti lelaki itu yang bisa ke mana-mana tanpa memikirkan apa pun. Bisa tertawa lepas, seolah tak menyimpan masalah sama sekali.

"Skip dulu deh kalo liat rambutnya yang gondrong. Gak naksir deh. Apalagi pas liat matanya yang judes," ucap Adel akhirnya.

Tak terasa, sudah dua jam dia menelusuri akun sosmed lelaki itu. Bukan melihat orangnya, tapi lebih ke tempat-tempat yang dikunjungi oleh Surya. Namun, lelaki itu memang benar-benar menyita hampir seluruh perhatiannya. Entah karena senyum lepasnya atau karena tempat yang dia kunjungi.

"Kalau aku keluar dari pesantren ini, bisa gak ya travelling seperti dia?" tanya Adelia pada diri sendiri. Gadis itu menarik napas panjang sebelum akhirnya memikirkan kembali perkataan abahnya.

"Kayaknya lebih baik pergi dari sini biar bisa bebas," ucap Adel akhirnya sambil bangun dari tidurnya.

Untuk uang, sepertinya tidak ada masalah karena dia sudah terbiasa bekerja secara freelance dan bisa dilakukan di mana saja. Hanya saja, dia belum berpengalaman untuk melakukan traveling secara mandiri, apalagi sendirian.

"Pergi ke tempat Nenek bagaimana? Sepertinya Nenek bakal seneng kalo Adel tinggal di sana beberapa hari. Kalau Nenek pingin aku balik ke sini, ya minimal aku harus bisa menjelajahi Jawa Timur lah."

Tanpa menunggu lama, Adelia langsung mengambil tas backpack yang selalu menemani. Dia masukkan beberapa baju dan keperluan lain ke dalamnya. Malam ini dia benar-benar bertekad untuk kabur dari pesantren. Tak peduli apa kata abahnya nanti. Tujuannya hanya satu, terbebas dari segala hal yang membuatnya terikat. Apalagi jika abahnya sampai mengatakan akan menikahkannya, bisa jadi itu akan terwujud dalam waktu dekat. Tidak! Hal itu tidak boleh terjadi.

"Maafin Adelia, Umi, Abah. Maaf. Adel hanya ingin mengejar kebebasan yang tak pernah Adel dapatkan. Kali ini saja, biarkan Adel memilih."

===

Wuih, Ning Adel kabur nih dari pesantren. Eh, tapi kok kaburnya ke rumah neneknya sih? Sama aja pindah tempat doang, kan? Heheheh. Yuk yang nunggu part selanjutnya.

Matahari Untuk AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang