Matahari Untuk Adelia

28 8 1
                                    

Siapa nih di sini yang suka melihat matahari terbit seperti Adel? Bisa meninggalkan komen di bawah yaa.

===

"Matahari itu bersinar untuk lu, Del." Surya ikut menatap matahari yang mulai naik secara perlahan sambil menunjuk dengan jarinya. Matahari yang sama dengan yang sering dilihatnya saat tenggelam. Hanya bedanya, matahari kali ini muncul di pagi hari. Sementara matahari yang sering dia lihat, muncul di saat senja.

"Makasih, Kak. Kakak sudah bikin Adel seneng banget hari ini. Mewujudkan mimpi Adel buat camping dan melihat matahari terbit seperti ini. Subhanallah, seneng banget."

"Maaf ya soal orang yang camping. Biasanya setiap malam Minggu itu ada yang camping, tapi sekarang kok gak ada." Surya merasa bersalah saat mengatakan hal itu.

"Gak apa-apa kok, Kak. Toh nyatanya Kak Surya menjaga Adelia. Gak kurang satu apa pun." Adel melihat ke arah Surya, dilihatnya lelaki itu mengacungkan satu jempol.

"Kak. Bisakah kamu janji sama Adel?" tanya Adel sambil mulai mengambil video.

"Janji apa?" tanya Surya tak mengerti.

"Jangan sampai ada orang yang tau jika kita pernah camping bersama, berdua." Adel menggigit bibir bawahnya pelan.

Banyak pertimbangan yang dilakukan oleh gadis itu untuk pergi ke tempat ini. Selain tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya, Adel juga takut jika masyarakat tahu seperti apa dia. Apa yang dikatakan orang jika ada dua orang sedang berduaan? Pasti pikiran mereka macam-macam, walau nyatanya Adel dan Surya tidak melakukan apa pun.

"Iya-iya, bawel. Emang lu mikirin apa sih?" tanya Surya sambil tertawa. Lelaki itu ingat jika Adel sudah meminta hal yang sama kemarin. Tentu, sebagai seorang lelaki, dia tak akan mengingkari janjinya.

"Ya kan aku takut kalo Kakak lupa."

"Nih hape gue. Lu cek sendiri. Ada gak yang videonya sama ma punya lu! Kalo ada, langsung hapus aja." Surya merasa gemas dengan permintaan gadis di depannya.

"Iya, Kak. Adel percaya kok. Kakak gak mungkin khianati kepercayan Adel.

"Sini tak ambilin fotonya biar lebih bagus, sekalian tak video, ya?" ucap Surya menutup pembicaraan mereka. Tak ingin membahas hal yang menurutnya sama sekali tidak penting.

===

'Assalamualaikum, Ning Adel. Eh, Adelia.' Sebuah pesan WhatsApp masuk ke dalam gawai Adel, membuat gadis itu mengernyitkan keningnya heran. Apalagi itu adalah nomor baru.

Namun, gadis itu tidak menghiraukannya. Dia malah sibuk mengedit video menggunakan aplikasi di ponsel. Pekerjaannya harus segera selesai agar dia bisa mendapatkan bayaran. Apalagi ada beberapa produk yang antri untuk direview ke dalam blognya.

'Waalaikumussalam. Siapa?' balas Adel asal setelah setelah pekerjaanya selesai dan diposting di Instagram.

'Jutek amat, Del. Nih aku, Gu Syam. Temen kamu dari Pesantren At-Taqwa.'

Setelah membaca pesan itu, Adel langsung melihat profil dari pengirim pesan. Memang di sana ada foto Syam yang tengah berada di Gunung Bromo. Gunung yang dulu pernah diceritakan oleh Syam, ingin dikunjunginya saat dewasa nanti.

'Astaghfirullah, maaf, Gus.' Sebuah balasan dikirimkan lagi, membuat Gus Syam gemas, ingin segera mendengarkan suara istrinya.

Adel yang melihat panggilan masuk dari lelaki itu, langsung menerima dengan senang hati. Syam Abdurrahman, sebuah nama yang jelas pernah mengisi hari-harinya dulu saat mereka masih kecil, sampai akhirnya mereka menjadi remaja dan sibuk dengan studi masing-masing. Teman yang tak akan bisa dia lupakan.

"Assalamualaikum," ucap Adel dengan nada ceria.

"Waalaikum salam, Ning Adel. Atau masih tidak mau dipanggil dengan sebutan ning?" tanya Syam dengan suara beratnya.

Adelia tertawa, Syam ternyata masih seperti dulu, ingat jika dia memang tak pernah mau dipanggil dengan sebutan ning. Gadis itu merasakan bahwa Syam pasti masih ingat semua tentangnya. Makanan kesukaan, hobi, sampai mimpi di masa depannya.

"Masih suka dengan matahari terbit?" tanya Gus Syam yang kali ini membuat Adel semakin terpingkal. Ternyata perpisahan mereka yang sudah lama, tetap tak membuat lelaki itu lupa.

"Pasti dong. Selalu gak bosan liat matahari terbit. Ya, daripada senja."

Kini tawa yang datang dari Gus Syam. Pertanyaan yang selalu dia sampaikan dan mendapatkan jawaban yang sama. Tentang matahari terbit.

"Aku tuh selalu sedih kalo liat senja. Senja itu bagiku sangat menyakitkan. Ada gelap yang siap menyambutnya. Berbeda dengan matahari terbit yang membuat alam semesta terlihat lebih berwarna. Tak ada kesenduan dan kesedihan di dalamnya. Bahkan saat matahari terbit, akan banyak sekali syukur yang bisa kita ucapkan," jawab Adel saat mereka melihat matahari terbit sambil menoleh ke arah Syam, wajah Adel yang disinari matahari pagi, membuatnya semakin bercahaya. Menambah rasa cinta yang hadir di hati Syam pada gadis itu. Kalimat yang tak akan pernah Syam lupakan.

"Kalau aku yang menjadi matahari untukmu, kamu mau?" tanya Syam yang membuat Adelia terenyak.

"Gus, kamu itu udah kayak pamanku lho," ucap Adelia akhirnya.

===

Adelia digodain nih sama Gus Syam hihi. Kalau kalian memilih Adelia bersama Surya atau Adelia bersama Gus Syam nih?

Matahari Untuk AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang