Dua

306 16 5
                                    

Happy reading ... jangan lupa komen dan vote, yak! Gratis dan sangat berarti :)

Keesokan harinya Vanilia bangun lebih pagi meskipun libur kuliah masih berlangsung serta jam kerja part time-nya sore hari. Harusnya ia bisa memanfaatkan waktu untuk memeluk gulingnya lebih lama. Sayang, hal itu tidak bisa terjadi karena Vanilia harus menemani Nila ke kampus untuk bimbingan KRS-an.

Tadi malam sahabatnya itu meminta bantuannya dan Vanilia mengiyakan. Kebetulan juga ia memang berencana untuk menemui salah satu dosennya hari ini.

Pintu kamarnya diketuk bersamaan dengan kemunculan Nila dari balik pintu. "Lo sudah siap? Gue tunggu di mobil, ya."

"Sudah ...." Vanilia mengangguk kecil lalu memasukkan beberapa barang ke dalam tote bagnya seperti ponsel, power bank, dompet. Dan terpenting yang harus ia bawa adalah makalah bersampul putih plastik mengilap yang selama dua hari berturut-turut ia kerjakan.

Sebelum keluar dari kamar, Vanilia menelisik sekali lagi tampilannya di standing mirror yang berada di sudut kamarnya. Hari ini penampilan gadis itu masih sama seperti biasa saat pergi ke kampus. Celana kain berwarna krim yang dipadukan dengan kemeja kotak-kotak berwarna senada dengan garis-garis hitam sebagai outer. Untuk inner-nya Vanilia menggunakan kaus berwarna cokelat.

Rambut sebahunya ia ikat tinggi-tinggi. Vanilia hanya mengenakan riasan tipis-tipis. Setelah penampilannya oke, ia bergegas pergi dari kamar agar Nila tidak menunggu lama.

Ini yang disyukuri Vanilia setiap nebeng ke kampus bareng Nila, terhindar dari panas dan debu. Gak sering sih ia bisa melakukan ini, sebab jadwal kuliah mereka yang gak barengan serta Vanilia terlalu sungkan jika merepotkan Nila sering-sering meski orangnya gak keberatan sama sekali.

"Sorry, gue lama, ya?" Vanilia berujar dengan nada bersalah begitu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang sebelah Nila.

Gadis itu terkekeh sambil mengibaskan tangannya. "Gak sama sekali. Biasanya, kan, gue yang sering lama dandan."

Kos yang mereka tempati ini yang sebagian besar dihuni oleh mahasiswa memang memiliki parkir cukup luas. Beberapa penghuni kos termasuk Nila mengendarai mobil ke kampus sedangkan mahasiswa lainnya mengendarai motor. Vanilia juga salah satunya.

"Lo pakai baju biasa aja ke kampus—" Vanilia membuat tanda kutip di udara ketika mengucapkan kata biasa, "cakep bener, apalagi pakai gaun, ya? bisa-bisa semua lelaki di kampus pada mimisan."

Vanilia memang gak salah bicara. Baju biasa yang ia maksud untuk Nila itu yakni celana hitam kain serta kemeja polos lengan pendek berwarna hijau pastel. Rambutnya pun hanya diikat asal-asalan. Biasanya, outfit Nila kalau ke kampus itu cukup kece. Kadang-kadang rambutnya juga dicurly yang membuatnya semakin mirip Berbie. Meskipun kuliah teknik, Nila tetap modis.

"Lo lagi marahan ya sama Malcus?" tanya Vanilia dengan wajah khawatir. Malcus itu pacarnya Nila.

Tawa Nila pecah. "Kata Malcus jangan keseringan berasumsi liar, loh! Gak baik. Untung dia gak ada di sini, ya."

Vanilia mencibir. "Kan gue cuma nanya."

"Nggak! Gue baik-baik saja sama si irit bicara itu. Lagi malas aja kayak yang biasanya." Nila memang menamai kekasihnya dengan sebutan demikian.

Mereka pun memutuskan untuk berangkat sekarang juga.

Perjalanan ke kampus membutuhkan waktu dua puluh menit. Begitu sampai di parkiran fakultas Teknik, Vanilia berpisah dengan Nila. Jarak antara fakultas Teknik dan MIPA—fakultas Vanillia—cukup dekat, jadi Vanilia memutuskan untuk jalan kaki saja.

Love With Benefit ( TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang