10. Keychain beruang

13 4 0
                                    

Ara menyusul Devan yang berjalan tidak jauh darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara menyusul Devan yang berjalan tidak jauh darinya. Begitu dapat mengimbangi langkah lebar Devan, gadis itu mendengkus kesal.

"Cepet banget, sih, lo jalannya. Capek tau, gak?" Ara menatap wajah Devan dari samping.

"Lo aja yang lambat," balas Devan semakin membuat Ara ingin memukul lelaki itu, jika saja Ara tidak ingat bahwa lengan Devan baru saja sembuh.

Ara menoleh sekali ke belakang, ia melihat Anya yang berjalan ke arah yang berbeda dengan mereka. Melihat Anya, Ara jadi penasaran kenapa Devan berbohong kepada gadis itu. Padahal Devan tahu jika Anya adalah petugas UKS, kenapa tidak menerima tawaran Anya saja untuk beristirahat di UKS? Kenapa harus berbohong dan mengatakan bahwa Ara sudah memberinya obat?

"Lo kenapa bohong sama Kak Anya? Gue kan gak kasih lo obat apapun. Padahal tadi Kak Anya mau kasih lo obat, kenapa malah bohong?" Pertanyaan Ara membuat Devan melihatnya sekilas, lelaki itu kembali mengarah ke depan saat mendapati tatapan penasaran dari gadis disebelahnya.

"Penting banget buat lo?" Bukannya menjawab, Devan malah kembali bertanya pada Ara.

"Eh," mendapati respon yang seperti itu membuat Ara merasa sedikit terkejut. Apakah pertanyaannya terlalu sensitif sehingga jawaban lelaki itu terdengar ketus seperti itu?

"Pertanyaan lo bukan urusan lo. Jadi jangan tanya lagi tentang itu. Dan juga, jangan bahas Anya lagi di depan gue," Devan berucap dingin.

"Dev, lo marah?" Ara bertanya takut-takut kepada lelaki itu. Ia melihat wajah Devan yang saat ini terlihat tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

Devan mengacuhkan pertanyaan Ara, ia menunjuk ke depan menggunakan dagunya. "Kelas lo. Sana masuk, belajar yang bener," ucap Devan. Lalu tanpa menunggu balasan Ara, lelaki itu melangkah pergi menuju kelasnya, meninggalkan Ara yang terheran-heran dengan perubahan sikap Devan.

•••

"Ara? Kenapa bengong?" Hanna menjentikkan jarinya di depan wajah Ara, membuat lamunan gadis itu buyar seketika.

"Mikirin apa lo? Kayaknya berat banget masalah lo," Kaynara menatap teman sebangkunya itu.

Ara menghela napas. Sedari tadi ia menerka-nerka apakah ia melakukan suatu kesalahan kepada Devan. Sebab, tanpa alasan yang jelas, Ara melihat raut tak biasa yang tergambar di wajah Devan.

"Kenapa, sih, Ra? Gak mau cerita ke kita?" Tanya Hanna lagi, ia melipat tangannya di atas meja menghadap Ara.

Ara menggeleng, ia melihat Kaynara dan Hanna bergantian. "Kalau ada orang yang lagi marah, biasanya diapain supaya gak marah lagi?" Tanya Ara pada keduanya.

"Hmm," Kaynara melihat langit-langit ruang kelasnya, ia tampak sedang berpikir. "Kasih barang mungkin? Yang bisa buat orang itu merasa berkesan," Kaynara memberi ide.

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang