Prolog

56 6 6
                                    

Halo semua!Jumpa lagi sama aku di cerita yang baru ini, Derana Amara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semua!
Jumpa lagi sama aku di cerita yang baru ini, Derana Amara.
Semoga kalian suka sama cerita ini yaa. Happy reading!

•••


"AYO, ARA, SEMANGAT! LO PASTI BISA!!" Teriak Kaynara dengan keras untuk menyemangati sahabatnya itu.

Jantung Ara berpacu dua kali lipat, keringat dingin sudah membanjiri dahinya, efek deg-degan. Kedua tangannya memegang tongkat pemukul, bersedia untuk melanjutkan permainan softball mereka.

"Go, go, go, Ara! Kalau lo menang gue traktir seblak!" Hanna tidak mau kalah, ia ikut menyemangati Ara yang sudah pucat pasi ditempat.

Bukan apa-apa, masalahnya Ara sangat lemah di pelajaran yang satu ini, olahraga. Jangankan bermain softball seperti ini, Ara saja jarang melakukan olahraga bahkan sekedar lari pagi.

Maka tamatlah riwayat Ara, jika ia kalah dan tak berhasil, sudah pasti teman satu timnya akan kecewa dan mengomeli Ara nantinya.

"Siap, ya. Gue hitung," ucap salah satu orang dari tim pelempar yang akan melemparkan bola kecil itu. Ara mengangguk, bersiap untuk memukul.

"Satu... Dua... Tiga!"

Begitu bola dilempar, Ara sontak menutup matanya saat bola itu berhasil dipukulnya.

Buk!

Ara membuka mata, seketika tongkat pemukul ditangannya terjatuh begitu melihat bola itu mengenai seseorang yang sedang berjalan. Matanya membulat sempurna, takut sekaligus terkejut. Ia tak menyangka pukulannya mampu mengenai dahi seseorang.

"Ara..." Hanna berucap lirih, tidak tau bagaimana nasib temannya setelah ini.

Kaynara ikut menghela napas sembari mengusap wajahnya. "Temen lo bego banget, Han, sumpah, deh!"

"Temen lo juga, Kay," balas Hanna.

Mereka langsung menghampiri Ara yang sudah menjadi patung. Kini semua pasang mata mengarah ke mereka.

"Ra, lo gak apa-apa?" Tanya Kaynara sambil menyentuh pundak Ara.

Ara yang tersadar langsung berdiri dibelakang Kaynara, ia tahu temannya itu mempunyai keberanian yang mungkin bisa menyelamatkan nyawanya.

"Please banget, Kay, gue takut parah," Ara mencengkeram seragam belakang Kaynara.

"Sshh, sakit banget, anjir." Disisi lain, seorang siswa yang terkena serangan Ara merintih kesakitan. Sembari memegang jidatnya, matanya mencari pelaku yang membuatnya hampir pingsan.

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang