25. Permintaan Diana

7 3 0
                                    

"Mama?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama?"

Jantung Ara terasa berhenti saat itu juga. Lututnya terasa lemas sekali saat melihat Diana yang keluar dari balik pagar dan melihat Ara bersama dengan seorang lelaki. Mungkin bagi orang lain ini bukanlah suatu kesalahan, tetapi bagi Diana Ara telah melakukan kesalahan besar.

"Siapa dia, Ra?" Tanya Diana mencoba untuk tetap tenang walaupun rasa takut itu kembali datang.

"Ma, ini... " Ara tidak tahu harus menjawab apa. "Ini teman Ara," lanjut Ara sambil memejamkan matanya. Berulang kali ia mengucapkan kata maaf dalam hati kepada Devan maupun Mamanya.

"Kalau begitu boleh Mama bicara dengan teman kamu ini?" Tanya Diana menekankan kata 'teman' dalam ucapannya.

"Ma, please," Ara memohon agar Diana tidak bertindak jauh. Ia hanya takut akan kembali menyakiti perasaan Devan yang benar-benar tulus padanya.

"Ara masih bisa dengarkan Mama, kan?" Diana menatap anaknya dengan tatapan tegasnya.

Ara menggigit bibirnya bingung. Ia menoleh ke belakang, melihat Devan yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya kepada Ara, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Diana yang melihat itu pun semakin yakin bahwa anaknya telah berbohong padanya. Maka dengan sekali tarikan napas, ia menyuruh Ara untuk masuk ke rumahnya.

"Ara, silakan masuk selagi Mama masih bicara dengan baik," ucap Diana.

Ara pun melangkahkan kakinya memasuki rumah yang besar itu. Setelah menutup pintu, ia hanya bisa berdiri mondar-mandir dibaliknya dengan tangan yang dikepalkan, berharap agar Diana tidak mengatakan hal-hal buruk kepada Devan.

"Selamat sore, Aunty." Dengan kehormatan penuh Devan mengulurkan tangannya untuk memberikan salam kepada Diana. Wanita itu pun memberikan tangan kanannya yang kemudian diraih Devan untuk dibawa ke keningnya.

"Saya Devan, Aunt. Maaf saya bawa Ara pulang terlalu lama," ucapnya.

Diana hanya memperhatikan Devan sedari tadi, mengamati laki-laki pertama yang berani memperkenalkan diri didepannya tanpa ragu. Diana tidak memberikan bentuk penerimaan lebih terhadap lelaki itu, ia hanya tersenyum menanggapi.

"It's ok, Devan. Tapi saya harap ini terakhir kali kamu mengantar Ara ke rumah ini," katanya. "Ralat. Saya harap ini terakhir kali kamu bersama dengan Ara," sambungnya, membuat lelaki itu diam mematung.

"Devan, mungkin kamu laki-laki yang baik, tapi tidak menutup kemungkinan kalau kamu bisa menyakiti anak saya suatu hari nanti. Maka dengan ini saya minta kamu untuk tidak berhubungan lagi dengan Ara."

Bagai disambar petir di siang bolong, Devan merasa hatinya berdenyut nyeri saat itu juga. Devan tau hal ini akan terjadi, tapi ia tidak menduga akan terjadi secepat ini di kala hubungannya dengan Ara masih berjalan beberapa bulan.

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang