20. Semua sayang Ara

17 3 1
                                    

Mobil Devan melaju membelah jalanan kota yang padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Devan melaju membelah jalanan kota yang padat. Sesekali ia melirik ke samping, melihat Ara yang hanya diam dengan pandangan yang mengarah keluar kaca jendela.

Devan membiarkan kekosongan mengisi ruang mobilnya. Ia tidak ingin mengganggu Ara. Devan tahu, pikiran gadis itu sedang berkelana entah kemana.

Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, Ara terlihat tidak banyak bicara dan hanya diam. Ingin rasanya Devan mendengar semua keluh kesah gadis itu, tapi Devan tidak punya hak untuk memaksanya. Maka Devan memberikan waktu untuk Ara menenangkan dirinya dengan caranya sendiri.

Sesekali Ara menghapus sudut matanya yang berair. Ia tidak ingin menangis lagi, Ara ingin menjadi kuat agar bisa mengubah hidupnya yang kacau balau akibat kejadian dua tahun yang lalu. Ara tidak ingin terus-terusan larut dalam rasa sedih dan takutnya akan kenyataan yang harus ia terima.

Saat mobil Devan berhenti di simpang rumah Ara, Devan hanya memperhatikan gerakan lambat dari gadis itu yang sedang membuka seat belt-nya. Setelah terlepas, Ara menatap Devan dan mengulas senyumnya.

"Makasih udah di anterin," ucap Ara yang dibalas dengan anggukan Devan.
Lelaki itu memberanikan diri untuk menyentuh punggung tangan Ara.

"Jangan terlalu dipikirin, ya? Gue gak mau lo sedih lagi gara-gara ini," kata Devan, membuat Ara menatapnya dalam. Hanya tatapan, tapi Devan mengerti bagaimana kacaunya perasaan gadis itu saat ini.

"Trust me, everything gonna be alright." Ucapnya lagi, kali ini dengan memberikan sedikit usapan di tangan Ara.

Ara mengangguk, ia tersenyum walau matanya tampak berair. "Gue percaya sama lo, Dev. Jadi tolong, jangan sampai terlibat sama masalah ini. Gue gak mau dia nyakitin orang terdekat gue lagi," ujar Ara, tak sadar bahwa matanya mengeluarkan air mata. Ara tidak ingin ditinggalkan lagi oleh orang-orang sekitarnya. Ara tidak ingin merasakan kehilangan lagi. Karena walaupun lukanya sudah mengering, tapi bekasnya tak akan pernah hilang sampai kapan pun.

Devan menatap manik mata Ara secara bergantian. Telunjuknya tergerak mengusap air mata di pipi gadis itu. "Gue janji bakal jaga lo sebisa gue, Ra. Gak akan gue izinkan dia nyentuh lo seujung kuku pun. Jangan khawatir, gue baik-baik aja selama lo gak terluka."

Dari sana, Ara kembali merasakan sebuah ketulusan dari lelaki itu. Devan selalu bisa membuatnya bimbang dengan perasaannya sendiri. Dan di sisi lain, ia membuat Ara merasa takut akan kehilangan lagi.

•••

Hari-hari yang Ara lewati terasa semakin berat setelah tahu bahwa Cakra masih berkeliaran bebas di sekitarnya. Ara tidak bisa tenang barang sedetik saja karena terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin saja dapat terjadi.

"Ara!" Suara Hanna membuat lamunan Ara buyar. Gadis itu menoleh dan mendapati Hanna juga Kaynara yang baru saja datang secara bersamaan.

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang