01. Terima kasih Devan

22 6 5
                                    

Ara duduk di kursinya dengan wajah lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ara duduk di kursinya dengan wajah lesu. Ia masih kepikiran dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Untungnya, laki-laki tadi tidak memperpanjang masalah mereka.

"Senyum, Ra, kusut banget muka lo. Mikirin yang tadi?" Tebak Hanna tepat sasaran.

Ara mengangguk, "Gue gak expect bakal ngenai dia, untung aja ada lo berdua."

"Santai aja, sih, lo juga gak bakal diapa-apain kalau mereka tau lo yang ngelempar," kata Kaynara.

Ara merotasikan bola matanya, "Memangnya lo bisa jamin gue gak diapa-apain?"

"Bisa. Gue tinggal deketin cowok yang satunya, tuh, bakal beres urusan lo," balas Kaynara mengingat Jere yang sempat meminta nomor teleponnya.

Hanna tertawa kecil, "Untung punya muka cakep, ya, Kay, jadi bisa lo andalkan."

Kaynara hanya tersenyum menanggapi. "Enggak juga."

Kaynara Anastasia, memiliki wajah yang cantik yang dapat memikat siapapun laki-laki yang melihatnya. Ia cukup pintar dalam bidang akademik, ia juga menekuni ekstrakurikuler cheerleader di sekolahnya yang semakin membuat dirinya dikenal sama banyak orang.

"Tapi, ya, gue juga ikut deg-degan, njir. Lo gak liat, sih, muka si Janu nyeremin banget," ucap Kaynara pada Ara.

"Emang iya? Lo kok tau namanya?" Ara menyangga tangannya di dagu.

"Ya elah, siapa yang gak tau mereka? Semua orang juga tau kalau mereka pentolan di SMA ini, kudet lo," jari telunjuk Kaynara melayang pada dahi Ara.

"Tapi si Devan baik banget, anjir, untung aja dia nahan si Janu, kalau enggak bisa ketahuan lo," Hanna berkata dengan heboh sambil menyenggol lengan Ara.

Hanna Danita, ia tipikal orang yang akan heboh tiap kali mendengar atau melihat sesuatu yang baru. Ia juga sangat antusias jika membahas tentang sesuatu walaupun hal itu tidak penting. Hanna adalah sumber dari segala sumber. Maksudnya, ia selalu tahu apa yang terjadi di dunia ini, terkhusus disekitarnya.

Kaynara mengangguk setuju, "Lo harus berterima kasih ke Devan kalau lo ketemu dia," ucap Kaynara.

Ara menghela napas. "Gimana mau terima kasih kalau gue aja gak tau mukanya."

Amara Felisha, ia terkenal dengan panggilan Ara disekolah. Ara ini orangnya pemalu, tetapi bisa menjadi sangat marah jika seseorang mengusik ketenangan hidupnya. Ara tidak mempunyai banyak teman selain teman-teman kelasnya saja, beruntungnya masih ada Kaynara dan Hanna yang mau menjadi sahabatnya.

Kaynara maupun Hanna memutar bola matanya mendengar perkataan Ara sebelumnya, tidak habis pikir dengan teman mereka yang sangat tidak update mengenai info-info kecil di sekolah ini.

"Makanya, Ra, sekali-kali lo tuh ikut kita kalau lagi cari info, lo pasti gak akan se-kudet ini," Hanna menepuk bahu Ara dua kali.

•••

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang