05. UKS

19 5 2
                                    

Kaynara dan Hanna berjalan memasuki kelas dengan percakapan yang tiada henti sejak dari kantin tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kaynara dan Hanna berjalan memasuki kelas dengan percakapan yang tiada henti sejak dari kantin tadi. Ya, mereka menerka-nerka apakah Ara memiliki hubungan dengan Devan setelah melihat kedua insan itu yang berpegangan tangan di kantin tadi.

Begitu keduanya terlihat memasuki kelas, Ara langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, takut-takut jika mereka kembali mengungkitnya.

Terdengar bunyi geseran dari kursi di depan meja Ara. Kedua temannya itu duduk di hadapannya, menarik tangan Ara agar tak lagi menutupi wajahnya.

"Lo mau jelasin, atau Devan yang jelasin ke kita?" Tanya Hanna yang sudah teramat penasaran.

Helaan napas terdengar, Ara menepuk keningnya, ternyata mereka masih mengingatnya. Padahal Ara sudah berniat untuk mentraktir keduanya jika mereka tidak lagi membahas masalah ini, Ara malu banget tau!

"Lo mau gue traktir mi ayam kesukaan lo, gak?" Ara bertanya untuk mengalihkan fokus Hanna.

Mata Hanna membulat sempurna, ia mengangguk antusias. "Mau, lah! Kapan? Dua mangkuk boleh, kan?"

Ara tersenyum lebar, ia mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. "Lima mangkuk juga boleh," kata Ara.

Kaynara memutar bola matanya, ia menyikut pinggang Hanna dengan sikunya. "Fokus, Han! Jangan buat gue kesel, perut gue udah sakit banget ini." Kaynara memegangi perutnya yang terasa sakit seperti digiling. Ya beginilah, derita menjadi seorang perempuan, harus merasakan nyeri perut di setiap bulannya.

Hanna yang tersadar pun menggelengkan kepalanya, ia kembali menatap Ara dengan wajah yang dibuat seserius mungkin. "Jangan mengalihkan pembicaraan, Ara! Lo pikir gue bakal tergoda, huh?"

Senyum Ara menjadi pudar, ia memikirkan cara lain untuk membuat temannya itu lupa akan masalah tadi. "Lo beneran gak mau mi ayam yang enak banget itu? Yang rasanya mantul banget itu, loh, Han. Gue traktir, nih, lima mangkuk," Ara masih berusaha memecah fokus Hanna.

Gadis itu menelan ludah mendengar itu, ia melihat Kaynara dengan mata berbinar. "Lima mangkuk, Kay, lumayan banget, kan," katanya membuat Kaynara gregetan.

"Gue traktir lo sepuasnya, sepuluh mangkuk juga gue jabanin," ucap Kaynara sambil memegangi kepalanya, menahan rasa nyeri di perutnya.

Hanna menyipitkan matanya, "Beneran?"

Kaynara mengangguk dengan paksa. Ia mendekatkan dirinya pada Hanna, membisikkan kata fokus pada gadis itu. Hanna pun langsung menegakkan badannya, ia menaruh tangannya di atas meja dengan wajah serius.

"Jadi gimana? Lo ada hubungan apa sama Devan?" Hanna kembali bertanya.

Ara menghela napas berat, "Gak ada apa-apa, dia baik ke gue dan kita jadi temenan," balas Ara.

"Mana ada temenan sampai pegangan tangan gitu, mana erat banget lagi genggamannya," sindir Kaynara.

"Dia cuma tolongin gue, Kay. Lo tau, kan, kalau gue takut sama orang baru? Terutama sama laki-laki. Dan disitu posisinya rame banget sama orang-orang yang gak gue kenal," Ara berusaha untuk menjelaskan se-detail mungkin.

Derana AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang