part 12

1.8K 42 3
                                    

Happy Reading❤️

***
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Mika, ia sudah ijin dengan kepala ruangan di rumah sakit tempatnya praktek agar bisa menemui Liam di kampus. Liam sidang skripsi hari ini seperti janjinya satu bulan yang lalu, ia akan menjadi kado untuk pria itu. Ia juga sangat merindukan Liam, sudah satu bulan mereka tidak bertemu dan tidak bertukar kabar, tetapi ia ingat dengan hari ini dan tentu saja sudah menyiapkan diri.

Beginilah hubungan mereka, ia hanya akan dipanggil jika pria itu sedang membutuhkan pelepasan dan setelah itu mereka seperti dua orang asing, bertukar kabarpun tidak pernah. Ia pernah ingin memulai menghubungi pria itu melalui ponsel dan menanyai kabar tetapi ternyata ia tidak punya nyali sebesar itu. Begini saja sudah cukup baginya untuk saat ini, dia bisa sedekat ini saja dengan Liam sudah membuatnya bahagia.

Memastikan lagi penampilannya di cermin besar yang ada dilemari. Ia mengenakan terusan sebatas lutut berwarna matcha yang sangat cocok dengan warna kulitnya yang pucat.
Ia kemudian tersenyum puas setelahnya, Mika dapat melihat rona kemerahan dikedua pipinya membayangkan akan menghabiskan waktu berdua dengan Liam. Seminggu ini dirinya sibuk merawat diri dari mulai ke salon untuk merapikan rambut, dan juga spa biar tubuhnya wangi, Liam sangat suka menciumi seluruh tubuhnya. Pipinya menghangat membayangkan Liam akan menciumi seluruh tubuhnya.

Liam juga mengatakan setelah sidang skripsi pria itu akan jarang berada diindonesia dan kemungkinan tidak akan ikut wisuda. Entah kenapa ia merasakan perasaan yang sangat menganjal, ia pasti akan merindukan pria itu. Hari ini ia ijin dari rumah sakit agar bisa merayakan hari ini bersama dengan Liam, hanya mereka berdua. Seperti permintaan Liam sebelumnya ia akan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada pria itu hari ini.

Sesampainya di kampus, Mika berhenti sejenak menarik napas mencoba untuk menenangkan debaran dadanya yang memberontak. Mencoba untuk santai walaupun sebenarnya ia sangat gugup, meremas erat kantong kertas yang dibawanya sangking gugupnya. Mika juga sedang memperkirakan respon Liam nanti jika melihatnya datang sendiri tanpa diminta terlebih dahulu. Saat akan melewati parkiran mobil ia menemukan punggung familiar seseorang yang sedang di lapisi jas berbicara sangat intim dengan seorang wanita. Matanya memanas saat memastikan lagi, bahwa pria itu adalah benar Liam. Liam mengobrol dengan sesorang yang hampir membuat mereka menempel sangking dekatnya.

Mika menatap hampa buket bunga yang dibawanya, pria itu sudah mendapatkan buket bunga yang lebih indah dan mahal dari miliknya. Ia sudah memutuskan untuk pergi dari sana dari pada mempermalukan diri sendiri dengan menangisi seseorang yang tidak menganggapnya kecuali penghangat ranjang. Mika dengan cepat menyeka air matanya yang meleleh ke pipi, ia benci menjadi wanita lemah begini.

Tetapi saat Mika berbalik dengan kaku, suara seorang perempuan menghentikan langkahnya.

"Hai Mika" ia bahkan mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan cepat ia kembali menyeka air matanya dan menarik napas sebanyak dua kali untuk menenangkan dirinya. Kemudian Mika berbalik dan tersenyum ke arah dua orang sejoli yang berjalan bersisihan, tubuh mereka bahkan hampir menempel.

"Oh. Hai" balas Mika kaku. Ia meremas buket bunga yang sedang dipegangnya saat melihat Liam sama sekali tidak terkesan dengan kedatangannya. Pria itu bahkan hanya menatapnya dalam diam dengan wajah yang datar.

"Kamu ada keperluan apa kesini?" Lagi-lagi suara wanita disamping Liam yang terdengar. Yang tidak lain adalah Gladys, Mika masih ingat wanita ini pernah datang bersama ketiga teman prianya ke tempat Liam.

"Ehmm itu, aku mau menemui temanku yang sedang sidang sekarang" ia memutuskan untuk berbohong dari pada mempermalukan dirinya.

"Oh ya? Siapa nama teman kamu siapa tahu kami kenal" Gladys terlihat terlalu antusias. Terlalu dibuat-buat, pikir Mika sinis.

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang