part 1

14.1K 83 2
                                    


Happy Reading❤️

***
"Telfon dari gue kok gak di jawab sih Mik?" Rea dateng-dateng langsung mencecer Mika. Ia duduk disamping wanita itu lalu mengambil sebuah gorengan yang berada di tengah meja untuk dimakan.

Mika tersenyum kemudian melanjutkan fokusnya ke laptop, ia harus segera menyelesaikan tugasnya "Maaf Rea, gue udah tidur jam sepuluh semalam" jawabnya.

"Jam sepuluh?" Rea mengamati wajah Mika yang akhir-akhir ini kelihatan lelah. Apakah karena terlalu banyak tugas kuliah? Ia masih ingat Mika selalu mengeluh kepadanya, kalau ternyata kuliah dijurusan keperawatan itu tidak seperti dibayangannya.

"Iya" jawabnya pendek, tetapi tidak memberi kepuasan kepada Rea.

"Tapi mata lo sembab dan bengkak, seperti tidak tidur semalaman" selidik Rea lagi.

"Ehh... hmm gak tau juga ya Re. Tapi semalam gue tidur cepet" jawabnya gugup. "Gue gak denger nada ponsel saking nyenyaknya" lanjutnya lagi dengan senyum aneh.

"Ohh"

"Emang mau cerita apa sih, heboh amat" Mika mengalihkan pwmbicaraan.

"Gak jadi! Semalem gue cuma pengen ditemenin sebelum bang Elang pulang kerja"

"Ishh... jangan marah dong"

"Engga lah, gue kesel doang!" Rea menatap Mika kesal.

Mika tertawa "sama aja kali"

"Hari ini gak ada kelas?" Rea menatap jan tangannya.

"Ada" jawabnya singkat.

"Loh... kenapa masih disini? Bukannya keperawatan selalu masuk kelas jam delapan pagi? Ini udah jam sepuluh"

"Gue telat bangun" jawabnya sembari meringis.

"Yaampun Mika. Kok bisa?" Yang telat Mika tetapi yang paling panik malah Rea.

"Gak tau"

"Ada-ada aja sih Mik. Emang Bunda kamu gak bangunin?"

Mika akan menjawab saat seseorang memanggilnya namanya. Rea yang pertama sekali menoleh, ia menatap bergantian Mika dan pria itu. Pria itu adalah Liam, pria berandal dan playboy. Mereka berdua mengetahui itu  semenjak mereka duduk dibangku SMA. Tetapi yang paling membuatnya bingung, Mika dan Liam saling mengenak dari mana? Saat sedang berperang dengan pikirannya sendiri tiba-tiba Liam yang sudah berdiri dihadapan mereka menyapanya.
"Ohh hai" sapa pria itu ramah dengan senyuman menawan "lo pasti Rea"

"Iya" beo Rea. Lalu kemudian ia makin membelalak kaget saat pria itu merogoh saku dan meletakkan dompet serta ponselnya di hadapan Mika.

"Aku mau main futsal sama yang lain bentar ya, kamu tunggu disini aja"

Rea masih terdiam kaku mengikuti pergerakan Liam dengan tetapannya yang terlihat intim kepada temannya Mika. Pria itu bahkan tidak terlihat sungkan mengacak rambut Mika dengan senyuman manis.

"Tadi itu apa?" Rea seperti tidak percaya dengan tatapannya sendiri.

Lalu Mika tersenyum salah tingkah "kami lumayan dekat"

"Kalian jadian?" Ia bertanya memastikan.

Mika terdiam lalu menggeleng "dia tidak ada menyatakan perasaan"

Rea berdecak tidak percaya "Lo tahu pria seperti apa Liam itu Mika. Kita berdua tahu itu. Dia akan mencampakkan wanita yang membuatnya bosan, dan waktunya biasanya tidak lama. Jangan biarkan diri lo menjadi korban selanjutnya" ia mencoba mengingatkan sahabatnya, yang dirinya tahu sudah mengagumi Liam sejak lama. Tetapi Rea juga tidak menyangka akan jadi seperti ini akhirnya, bagaimana mereka berdua bisa saling mengenal.

"Rea... gue tidak butuh nasehat dari lo saat ini. Tolong biar kan kami, jangan pengaruhi gue dengan kalimat apapun"  Mika membuang pandangan menatap sekitar menghindari tatapan tidak percaya Rea kepadanya.

"Gue tidak percaya lo bisa terjerumus rayuannya Mik"

"Rea tolong, biarkan gue sendiri"

"Okee" Rea mengangkat tangannya tanda menyerah "seperti yang lo mau" kemudian beranjak dengan kasar dari tempat duduknya.

***
Saat ini Mika sedang berada dimobil dengan Liam yang mengemudikan. Setelah menunggu pria itu hampir satu jam, akhirnya dia muncul dan mengajaknya pulang. Dan disinilah dirinya sekarang, ia mentap kekuar jendela dengan tatapan kosong. Ia merasa bersalah kepada Rea karena telah berkata terlalu kasar. Besok ia akan menemui wanita itu dan meminta maaf. Ia kemudian tersentak dari lamunannya saat merasakan remasan pelan di paha dalamnya. Ia menoleh kesamping dan menemukan Liam masih mengemudi dengan tatapan fokus tetapi satu tangannya sudah menggerayangi didalam roknya.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya pria itu.

Suara serak dan dalam pria itu selalu memesonaya "Tidak ada"

"Tapi kamu melamun" ucapnya lagi dan sekarang tangannya sudah menyentuh pinggiran celana dalamnya. "Ohh wow... kamu sudah basah sayang" kekehnya sensual. Napas Mika tercekat, ia meremas safety belt dan menekan belakan kepalanya dikursi. Pria itu makin memainkan jarinya di luar celana dalamnya, mempermainkannya. Membuatnya frustasi mendambakan pelepasan.

"Sabar sayang... sebentar lagi kita sampai kok. Atau kamu mau disini saja?" Ucap pria itu diantara kekehannya.

"Liam"

"Ya sayang? Kamu sangat seksi jika sedang mendamba begini" lanjutnya lagi untuk menggoda Mika.

"Aku... aku" Mika tercekat, ia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Kamu kenapa sayang?" Seperti mengetahui keinginan wanita itu. Liam memasukkan jarinya lalu mengeluarkannya begitu terus hingga beberapa lama mempermainkan wanita itu. Lalu membiarkan Mika mendapat pelepasan dengan jarinya. Saat pelepasan itu terjadi, Liam tertawa bahagia. Ia menarik keluar jarinya kemudian menghisapnya sembari menatap mata Mika. Pria itu lalu mengedip dengan senyuman jahil.
"Kamu bahkan tidak bisa tahan sampai kita tiba dirumah dulu"

"Kamu mempermainkanku" ucap wanita itu diantara napasnya yang masih berkejaran.

"Aku suka mempermainkan wanita. Kamu tahu itu sayang"

Mika hanya mendengus kesal sekaligus puas dalam waktu bersamaan. Kemudian pria itu menyentuh tangannya dan membawa tangan itu keatas gundukan diantara kakinya. Pria itu menatap Mika dengan tatapan sayu "dia juga sudah sangat mendambakanmu. Manjakan dia sayang sebelum kita tiba dirumah"

Mika menurut, ia memijat perlahan dari balik celana pria itu.
"Celanaku terasa sempit sayang, bebaskan dia" ucap pria itu lagi.

Mika lagi-lagi menurut, ia membuka kancing celana pria itu lalu memijat benda keras diantara paha Liam dengan penuh perhitungan.

"Kamu belajar dengan cepat sayang. Aku bangga menjadi gurumu"

"Kamu mending fokus menyetir Liam! Jangan sampai kita kecelakaan" ia hanya tidak sanggup mendengarkan godaan-godaan pria itu terhadapanya.

"Kamu tahu aku ahli sayang, jangan meremehkanku" balas Liam bangga. Tidak menyadari perubahan diraut wajah Mika. Wanita itu mengingat lagi ucapan Rea, tetapi dirinya juga menginginkan Liam. Dan tidak ingin lepas dari pria ini.

***
Tbc

20 juni 2023

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang