part 18

2.8K 83 15
                                        

Happy Reading❤️

***
Mika menghentikan Liam yang masih ingin melanjutkan kegiatan mereka.
"nanti bunda curiga" Memdorong dada pria itu lalu menunduk untuk mengambil pakaiannya yang sudah teronggok mengenaskan dibawah kaki. Tetapi Liam menahannya, pria itu menarik tangannya  dan mendekatkan tubuh mereka kembali.

Liam mendesis menyeramkan menyatukan kening mereka dan mengecup lembut bibir Mika yang sudah memerah dan membengkak.
"aku ingin membawamu bersamaku" Geram pria itu diantara ciumannya. "bagaimana bisa aku hidup tanpa tubuh ini" Lanjut Liam lagi sembari tangannya meremas bokong Mika keras.

Mika mendesah lembut dan menekan keningnya ke bahu Liam yang masih naik turun. "Liam kita harus keluar dari sini" cicitnya diantara desahannya karena tangan Liam menggoda bagian tubuhnya yang masih sensitif.

Liam menggeram tetapi tetap menuruti untuk melepaskan Mika dengan berat hati. Pria itu membantu Mika membersihkan tubuhnya lalu mengenakan kembali pakaian yang dipakai wanita itu tadi, setelahnya Liam mengurus dirinya sendiri dan mereka keluar dari kamar mandi dengan memastikan terlebih dahulu bahwa keadaan masih aman.

Mereka berjalan beriringan menuju tangga dengan keheningan dengan pikiran masing-masing yang sangat berisik. Saat Mika sudah akan menaiki tangga tiba-tiba tangannya dicekal Liam dan membalik tubuhnya dengan paksa hingga ia menabrak tubuh keras pria itu. Dan tanpa mengatakan apapun dengan ekspresi yang mengeras Liam kembali memagut bibir Mika dengan rakus sampai Mika harus memukul dada Liam agar ia dilepaskan karena butuh bernapas.

Liam menjauh menatap seluruh wajah Mika yang masih mencoba mengatur napas. Hingga beberapa detik Liam hanya diam sembari menatapi wajah wanita itu, sampai Mika melepaskan diri dan kembali melangkah dengan Liam mengekor dibelakang menaiki tangga menuju ruang tv.

"kenapa lama sekali?" Bunda Mika menatap kedua bergantiaan sesampainya diruang tv.

"ehm tadi sekalian nemenin Liam makan bunda" Jawab Mika cepat dengan panik, menunggu pertanyaan lain lagi atau kecurigaan lain tetapi bundanya diam dan mengangguk seolah percaya.

"bunda sepertinya malam ini aku mau tidur disini aja" Liam tiba-tiba bersuara

Mika membelalak tidak percaya berbeda dengan bundanya yang mengangguk antusias dan menyetujui pria itu cepat. "boleh nak Liam kamu tidur di kamar Mika aja nanti"

Mika tersedak ludahnya sendiri, ia menoleh dan menatap dengan horor bundanya yang masih menyunggingkan senyum keibuan. "bunda?"

"kenapa dengan ekspresi itu? kamu tega Liam tidur di sofa kecil ini? dengan tubuh setinggi itu sofa ini tidak akan mampu menampung"

"gapapa bunda, Liam tidur di sofa aja" Liam meyakinkan walaupun ia kembali meringis saat melihat sofa yang sepertinya hanya bisa menampung setengah tubuhnya. Tetapi membayangkan tidur bersama Mika dikamar wanita itu adalah tawaran yang sangat menggiurkan dan membuat tubuhnya meremang, ia melirik Mika dengan sudut matanya. Senyumnya tersungging saat melihat ekspresi tidak percaya wanita itu, sepertinya dia masik syok dengan tawaran bundanya sendiri.

"jangan! besok kamu juga harus berangakat dengan perjalanan yang tidak sebentar, badan kamu bisa sakit"

"bunda tapi gak mungkin aku tidur dengan Liam dikamar yang sama!" pekik Mika frustasi dengan perasaan tergelitik dibawah perutnya membayangkan ia akan memeluk Liam sepanjang malam ini.

Dengan cepat bunda memukul kepala Mika hingga menimbulkan suara. Mika dan Liam sama -sama kaget dengan tindakan bunda yang tidak terduga. Liam langsung duduk disamping Mika dan mengelus lembut kepala wanita itu. Mata Mika bahkan berkaca-kaca sangking kerasnya kepalanya dipukul, ia salah apa.

"siapa yang bilang kalian tidur bersama? kamu tidur bareng bunda dikamar!" bentak bunda Mika kesal. "ayo kamu tidur sekarang kalo tidak makin kacau pikiran kamu!"

Mika berdiri sembari menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju kamarnya.

"kekamar bunda Mika!"

"iyaa bunda sayang, Mika mau ambil bantal guling"

Liam terkekeh melihat perdebatan ibu dan anak itu.

"bunda tidur dulu ya Liam kamu bisa pakai kamar Mika malam ini"

Liam mengangguk dan menatap kepergian bunda Mika dalam diam. Menghempaskan punggungnya kesandaran sofa, ia mengambil ponselnya lalu mengetik sesuatu.

to Mika
kamu udah tidur?

from Mika
aku baru saja sampai dikamar Liam, tentu saja belum tidur!
Liam terkekeh  membayangkan wajah kesal Mika yang menggemaskan dan seksi diwaktu yang bersamaan.

to Mika
aku masih menginginkan kamu dibawahku Mika

from Mika
jangan ngaco deh!

to Mika
setelah aku memberimu pelepasan kamu tega membiarkanku menegang hingga sekarang.

from Mika
Liam aku mau tidur, kamu juga harus tidur. Besok kamu harus sudah berangkat.

to Mika
aku menunggumu dikamar sampai jam berappun kamu datang menemuiku, kalau tidak aku akan menidurimu di samping bunda yang sedang terlelap.

from Mika
Jangan gila kamu!

to Mika
jangan menutup mata, kamu yang membuatku tergila-gila. Aku tunggu Mika jangan membuat kesabaranku habis.

Menunggu balasan wanita itu lagi hingga bermenit-menit tetapi ia tidak mendapatkannya. Liam kemudian memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju kamar Mika. Sesampainya disana ia langsung dapat mencium wangi tubuh Mika dikamar itu, senyumnya tersungging.

Liam melepaskan seluruh pakaiannya dan meninggalkan boxer yang membungkus dirinya lalu menghempaskan tubuhnya katas ranjang kecil Mika. Sesaat setelah kepalanya bersentuhan dengan bantal wangi rambut Mika tercium samar-samar, ia mendekatkan wajahnya lalu menghirup rakus wangi itu dari bantal yang ia kenakan. Hingga akhirnya Liam tertidur dengan wangi khas Mika yang menenemani dan membuat hatinya tenang.

***
Mika mengurung diri dikamar semenjak bangun pagi dan tangisnya akhirnya pecah setelah menerima pesan dari Liam yang menyatakan pria itu sudah pergi. Ia melewati hari-hari nya tanpa ada semangat. Hari demi hari, minggu demi minggu hingga bulan demi bulan dilalui dengan perasaan mengganjal. Setiap malam ia akan tertidur setelah lelah menangis, tidak bisa dipungkiri rasa rindu mengerogotinya pelan-pelan.

Mika ingin sekali menggambil ponsel dan membalas pesan itu atau bahkan ia hubungi saja nomor pria itu dan mengatakan bahwa ia sangat merindu. Tetapi sesuatu menahannya, akal sehatnya menahannya untuk malakukan hal gila yang akan mempermalukan dan kembali menjerumuskannya.

Pria itu sama sekali tidak mengiriminya pesan lagi bahkan setelah pesan terakhir itu tidak diabalas olehnya. Mika mengejek dirinya sendiri bagaimana mungkin ia berharap kepada pria seperti Liam, ia sudah mengenal pria itu bahkan semenjak SMA dengan perangai yang sama. Di tempatnya sekarang pasti Liam bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik, lebih berisi, dan lebih segalannya darinya. Tetapi lihat lah dirinya sekarang yang semakin kurus dan kusam hanya karena sengsara merindukan pria yang pasti sudah melupakan namanya.

Air mata Mika kembali meluruh membayangkan Liam bersama dengan wanita lain dan melupakannya. Badannya sudah melemah beberapa hari ini dan setiap malam ia juga demam, tidak ada makanan yang bisa masuk keperutnya.

tbc...

3 september 2024

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang