part 14

3.7K 85 17
                                        

Happy Reading❤️

***
Liam menyematkan ciuman dibibir Mika yang masih setengah terbuka guna menormalkan napasnya. Kemudian menarik diri perlahan dari tubuh Mika yang langsung meringis pelan merasakakan kekosongan setelah Liam mengeluarkan dirinya dari tubuh wanita itu.
"Terimakasih Sayang, kamu selalu yang paling nikmat" ucap pria itu sebelum beranjak dan mengenakan celana pendeknya.

Bunga-bunga yang sempat bermekaran didada Mika langsung berguguran saat melihat Liam beranjak meninggalkannya. Liam seolah selalu menunjukkan kepadanya untuk tidak pernah berharap lebih. Setelah dilambungkan ia selalu dihempaskan tanpa perasaan. Menatap kosong punggung Liam yang sudah keluar dari kamar mandi dan sedang duduk dipinggiran ranjang dan sibuk dengan ponsel.

"Kamu sibuk?" Mika akhirnya membuka suara yang masih terasa serak.

"Ohh engga" jawab Liam pendek, tidak membuat perasaa Mika lega.

"Terus itu kamu lagi ngapain?" Mika hampir memukul bibirnya yang lancang, tidak  seharusnya ia sekepo ini kalau tidak mau Liam lari meninggalkannya.

Liam menoleh kesamping menatap Mika dengan tatapan yang sulit diartikan lalu kembali sibuk  dengan ponselnya. "Aku lagi coba reschedule penerbanganku"

"Kamu udah pesan tiket buat balik?"

"Iya udah, harusnya setelah urusan dikampus selesai dan kumpul-kumpul sama temen sebentar aku langsung balik"

"Maksudnya kamu gak ada rencana ketemu aku dan gak ingat ucapanmu sebulan yang lalu?"

"Hmm? Tentang apa?"

"Sudah lah lupakan, aku yang bodoh" Mika langsung beranjak turun dari kasur tidak mempedulikan ketelanjangannya. Ia memunguti pakaiannya yang sudah tidak berbentuk, dan mendesah frustasi melihat pakaiaannya.

Liam kemudian berjalan menuju lemari dan mengambilkan baju kaosnya dan diserahkan kepada Mika.
"Pakai ini dulu, baju kamu sudah tidak bisa dipakai"

Mika menerimanya dengan gamang. "Aku butuh celana dan jaket"

"Buat apa? Kamu gak butuh itu"

"Aku butuh itu agar tidak menjadi tontonan saat pulang"

"Aku belum selesai dengan kamu Mika, malam kita masih panjang"

"Aku gak bisa"

"Harus! Tiketku sudah hangus dan aku gak mau hal itu terbuang sia-sia. Aku akan disini mungkin tiga hari atau seminggu lagi, jadi kamu gak boleh kemana-mana selama aku masih disini"

"Kamu apa-apaan! Kamu gak ada hak ngatur-ngatur aku"

Liam langsung menarik Mika dan mendekapnya erat. "Kamu kenapa marah-marah sih? Emang gak kangen aku?"

"Engga! Aku harus pulang" Mika  menyentak  mencoba melepaskan dekapan Liam dari tubuhnya yang masih telanjang.

"Jangan bohong! Tadi kamu tidak melepas pelukanmu dari tubuhku. Kamu sangat merindukanku" ucapan pria itu samar terdengar saat bibirnya hinggap di bahu telanjang Mika.

"Aku tidak begitu!"

"Terserah lah. Sini cium dulu" Liam mendekatkan wajahnya dan sudah akan mencium bibir Mika, tetapi wanita itu berpaling membuat bibir Liam menyentuh pipinya.

Liam mengerutkan kening tidak suka. "Kamu kenapa, heum?"
"Kenapa kamu selalu begini? Setiap kita selesai bercinta kamu pasti bertingkah aneh dan membingungkan. Jangan membuat aku bertanya-tannya Mika" Liam menunduk memasukkan puncak dada Mika dan menggulumnya lembut. Tangannya meremas keras bokong wanita itu, ia ingin melampiaskan kemarahanya.

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang