part 15

2.3K 80 15
                                    

Maaf baru sempet update, aku makin semangat kalau banyak dukungan komen dari kalian yang suka ceritanya...

Happy Reading❤️

***
Mika merebahkan tubuhnya diatas kasur itu kembali, ia bahkan lupa tujuannya keluar dari kamar ini. Menatap langit-Langit kamar dengan perasaan gamang dan ngilu bukan hanya di tubuhnya tetapi juga perasaannya. Mika tersentak dan tersenyum miris saat merasakan pipinya yang membasah, ia perempuan lemah yang hanya bisa menangis. Bahkan ia tidak tahu akan seperti apa selanjutnya hubungannya dengan Liam saat ia mendengar ucapan melecehkan pria itu. seharusnya ia menyerah dan pergi dari kehidupan Liam yang sudah rusak dari lama. Tetapi membayangkan hari-harinya tanpa menatap atau menyentuh pria itu ia tidak sanggup. Rasanya lebih menyakitkan kalau ia harus kehilangan Liam dari pada saat mendengarkan ucapan pria itu tentang dirinya.

Biarkan orang berkata apapun, bukan mereka yang merasakan perasaannya ini. Menyeka air matanya dengan tekat bahwa ucapan pria itu bukan apa-apa. Ia akan berpura-pura tidak mendengarkan pembicaraan itu untuk sekarang. Waktunya untuk bersama Lim tidak lama lagi, Mika akan memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan sebaik mungkin. Didalam hati yang terdalamnya ia berharap di waktu yang singkat ini Liam akan selalu mengingatnya walaupun itu mustahil terjadi.

Saat masih berdebat dengan pikirannya sendiri
tiba-tiba Mika merasakan kecupan lembut di pelipisnya. Ia menoleh dan menemukan Liam tersenyum menatapnya. " ada temenku diluar kamu mau bergabung?" pria itu bertanya lembut sembari mengelus rambutnya.

Mika membelalak kaget lalu teringat akan ucapan teman pria itu beberapa saat yang lalu. apakah ia akan diserahkan untuk teman-teman pria itu. Mika menggeleng keras ketakutan membayangkannya.

"kamu gak mau?" tanya Liam lagi memastikan. Mika dapat melihat senyuman samar disudut bibir pria itu.

'tentu saja!' batin Mika marah

"aku akan menyuruh mereka pergi, mengganggu saja" lanjut Liam terdengar sekali bahwa pria itu kesal. "aku masih merindukanmu tapi mereka membuang waktu kita" rutuk pria itu lagi. "tunggu disini jangan kemana-mana" Lalu Liam kembali berbalik keluar dari kamar dan menutup pintu itu dengan rapat, bahkan Liam menyelipkan tubuh besarnya disela pintu yang dibuka hanya agar tubuhnya bisa masuk, seolah-olah pria itu tidak mengijinkan orang diluar sana untuk mencuri pandang isi kamarnya.

Mika menghela napasnya yang sempat ditahan saat Liam berada didekatnya, ia bingung bagaiamna harus mengahdapi pria itu saat ini. Didalam hatinya ia merasakan perasaan marah tetapi ia tidak sanggup menjabarkannya dan belum bisa kehilangan pria itu untuk saat ini.

"kamu mikirin apa sih?" Mika tersentak saat merasakan hembusan napas Liam membelai lehernya. "kamu seperti patung. tapi tenang saja aku tetap napsu kok kalau itu kamu" lalu Liam terkekeh. Pria itu lalu melanjutkan kegiatannya menguasai leher wanita itu lalu meremas dada nya.

"temen kamu?"

"mereka sudah pergi, jangan bicarakan orang lain saat kita sedang bermesraan" Liam menggigit gemas leher Mika membuat wanita itu meringis sakit lalu mendorong bahu Liam kesal.
"sakit Liam"

Liam menjauhkan wajahnya dari leher Mika lalu meneliti wajah itu seksama, senyuman yang menyilakuan menghiasi wajah tampan pria itu "kamu wangi, aku suka"

"aku kecanduan Mika, kamu bahaya banget" Geram pria itu lagi sembari menaikkan baju yang ia kenakan dan mempertontonkan dadanya yang tidak dilindungi bra. Mika dapat melihat tatapan pria itu berbinar dan lapar saat melihat dadanya, membuat Mika merinding dan bergidik. Ia juga merasakan puncak dadanya mengeras dan mendambakan sentuhan. Liam mendongak dan kembali tersenyum sesaat, lalu memasukkan puncak dada Mika kedalam mulutnya.

Like An IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang