Happy Reading❤️
***
Mika memasuki apartemen Liam pelan, mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang tidak berubah sama sekali setelah satu bulan ia tidak menginjakkan kaki ditempat ini. Dadanya berdegup kencang merasakan aura kemarahan Liam, kenapa ia harus peduli dan tidak ada alasan pria itu untuk marah kepadanya. Mika meletakkan bungkusan berisi kue diatas meja ruang tamu lalu duduk disana, ia tidak mungkin masuk lebih dalam lagi, tidak sopan. Mika menunggu dengan cemas diruang tamu, meremas tangan membayangkan apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya. Ada rasa antusias disudut hatinya yang terdalam saat membayangkan akan menghabiskan waktu bersama dengan Liam malam ini, walaupun sudah dikecewakan tetapi tidak apa ia masih bisa menyembuhkan lukanya sendiri."Mika kenapa duduk disitu?!" Suara keras Liam menyentak Mika dari lamunannya. "Ayo kesini!" Lanjut pria itu lagi dengan nada lebih ketus.
Kenapa sih pria itu harus sektus itu, batin Mika kesal. "Kamu udah makan?" Walaupun hatinya panas tetap saja rasa perdulinya kepada Liam tidak bisa ditutupi, ia akan cemas sendiri jika pria itu kurang memperhatikan kesehatan sendiri.
"Belum" jawab Liam masih tak kalah ketus.
"Aku masakin makan dulu ya" Mika sudah akan beranjak menuju pantry.
"Aku tidak butuh makan! Kesini sekarang juga!" Sekarang suara Liam terdengar geram.
Dengan pasrah Mika akhirnya melangkah menuju Liam. Menghentikan langkahnya tepat didepan Liam yang berdiri menutupi pintu kamar dengan tubuh besarnya. "Keras kepala" Mika dapat mendengar suara serak pria itu sebelum ia diangkat seperti karung beras dibahu lebar Liam.
Mika menjerit keras saat ia dihempaskan dengan kasar keatas kasur empuk. "Kamu apa-apaan?" Ia menatap sengit Liam yang juga menatapnya berapi-api.
Liam merangkak mendekati Mika dan memerangkap wanita itu dalam kungkungan kedua tangannya. Menyusuri pipi Mika dengan jari lalu menjalar ke tulang selangka dan berakhir dikerah baju terusan yang sangat cantik saat dikenakan dikulit Mika. "Belahan dadamu kelihatan" serak pria itu sembari menyuri tangannya dibagian depan baju wanita itu yang agak rendah memperlihatkan belahan dadanya.
Napas Mika berdesing merasakan elusan lembut jari Liam dibagian dada atasnya. Ia merinding diseluruh tubuh, tangannya meremas kuat kasur dibawahnya. Mika hampir mengeluarkan desahan tetapi ia tahan dengan menggigit keras bibir bawahnya.
"Siapa yang ingin kamu goda dengan menggunakan baju ini, heum?" Lutut Liam memisahkan kedua kaki Mika yang bergesekan, hingga paha mulus wanita itu terpampang. Liam menempatkan tubuhnya tepat ditubuh bawah Mika, menekan bagian tubuhnya yang menonjol diperut bawah wanita itu.
"Ak... aku tidak... ahh Liam" Mika menutup matanya erat saat tidak sengaja mengeluarkan desahan, tangannya berpindah mencengkrang erat lengan Keras Liam yang memerangkapnya.
"Jawab! Siapa yang ingin kamu goda dengan baju yang bahkan menonjolkan lekuk tubuh ini"
"Tidak... tidak ada" cicitnya.
"Kamu bohong" Liam menunduk menjulurkan lidahnya lalu membelai belahan Dada Mika yang menantang untuk dilepaskan dari baju itu.
Mika menekan kepalanya dengan tangan yang makin kuat mencengkram tangan Liam. "Liam"
"Kenapa heum? Kamu mau lebih?"
"Tolong... tolong jangan permainkan aku" napas Mika putus-putus.
"Jangan bohong, kamu selalu suka aku permainkan begini" ucap Liam diantara aksinya menguasai leher jenjang Mika, sesekali menggigit kecil disana meninggalkan tanda, ia tersenyum licik melihat tanda yang ia tinggalkan. Tangannya juga sedang membelai naik turun paha Mika mengalirkan sengatan listrik kebagian diantara paha wanita itu.
"Harusnya kamu tahu tubuhmu adalah milik ku, masih milik ku Mika" dengan tidak sabaran Liam merobek bagian depan baju Mika. Suara robekan itu bergema bersamaan dengan suara pekikan tidak terima Mika. Menarik paksa bra berwarna hitam yang menopang dada penuh wanita itu.
"Aw... pelan-pelan" protes Mika saat merasakan pengait branya putus dan mengenai punggungnya menimbulkan rasa perih disana.
Liam tidak merespon, pria itu seperti kesetanan meraup Dada Mika setelah terbebas dari bra tersebut. Menjulurkan lidahnya kesalah satu puncak dada Mika yang sudah menegang. Pria itu mempermainkan puncak dada Mika dengan lidahnya dan sesekali menggigit gemas.
Mika hanya bisa pasrah dengan tangan meremas keras baju yang masih melekat ditubuh Liam. Sesekali wanita itu juga memekik ngilu dan tidak dapat lagi menahan suara desahannya. Mika membutuhkannya sama seperti ia membutuhkan oksigen untuk bernapas, rasanya tidak sanggup jika tidak mendesah nikmat karena permainan Liam.
Liam menjauhkan wajahnya dari dada Mika lalu menatap wanita itu dalam. "Rasa kamu yang paling enak" godannya diantara bibir megap-megap Mika, sebelum pria itu memagut bibir wanita itu.
Tangan Liam juga beraksi melepaskan paksa celana dalam Mika dan menaikkan roknya hingga ke pinggang. Memperlihatkan bagian bawahnya yang sudah lembab karena godaan Liam yang selalu mampu membuat Mika kewalahan.
"Kamu selalu basah menyambutku sayang" Mika memerah malu mendengar godaan Liam diantara ciumannya. Tangan pria itu bermain dibagian bawah mencoba untuk membuka jalan bagi tubuhnya agar bisa masuk dengan mudah.
Mika menahan tangan Liam yang mencoba memasuki tubuhnya.
"Tu... tunggu Liam""Gapapa sayang, aku hanya mengecek apakah kamu sudah sanggup menerima aku" Liam memasukkan dua jarinya, menariknya lagi kemudian memasukkannya lagi begitu terus, dari yang lambat hingga cepat. Perlakuan Liam itu membuat Mika mendesah-desah hingga mengeluarkan cairan hangat bukti kenikmatan yang diberikan Liam kepadanya.
Mika bergetar pelan saan mengeluarkan cairannya lalu terkulai lemas dengan kaki yang masih mengangkang. Tubuhnya sudah lemas dengan baju bagian atas yang robek setengah, mempertontonkan dadanya. Bahkan AC kamar tersebut tidak dapat mengurangi hawa panas yang dikeluarkan oleh tubuh mereka berdua. Mika merasa tubuhnya lengket bukan hanya karena cairan bawah tubuhnya tetapi juga keringat dan air mata kenikmatannya menetes. Mata sayunya mengedar menatap seringai kemenangan diwajah Liam membuatnya malu dan membuang pandangan, disanalah ia temukan ternyata kamar ini sama sekali tidak ditutup.
Mika merasa cemas bagaimana kalau ada orang yang memergoki perbuatan mereka. Tetapi saat ia akan mengeluarkan suara tiba-tiba benda keras mencoba untuk memasukinya. Ia mendongak menatap Liam yang sedang menuntun miliknya memasuki Mika. Pria itu bahkan tidak susah-susah untuk melepaskan celananya, hanya menurunkannya sampai batas bawah bokong dan mengeluarkan keperkasaan Liam untuk memasukinya.
Liam mendesah lega setelah berhasil memasuki wanita itu. Ia menunduk menatap manik sayu wanita itu.
"Aku hampir gila karena merindukan kehangatan ini Mika" ucap pria itu lagi. Lalu dengan lembut mencium bibir Mika yang sudah mulai bengkak dan memerah. Ia belum pernah merasakan ciuman selembut ini dari Liam, membuatnya terdiam kaku.Geraman Liam akhirnya menyadarkan Mika untuk membalas ciuman pria itu. Tangannya memeluk erat punggung Liam dengan bibir yang masih menyatu dan mencoba mengimbangi ciuman Liam yang terasa membuat hatinya berbunga. Gerakan pria itu juga terkesan lembut dan tidak terburu-buru, seolah-olah menggunakan waktu sebaik mungkin agar tidak cepat berlalu. Penyatuan kali ini membuat Mika melambung oleh kebahagiaan, ia merasa dihargai dan dicintai, walaupun ia tahu itu tidak mungkin.
***
Tbc...24 januari 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Like An Idiot
Romance21+ "Gila" Anton betepuk tangan bangga "perempuan tak tersentuh itu bisa lo dapatin, rahasianya apa bro?" LIAM menatap serius kearah anton lalu melirik kebawah ke arah diantara kakinya dengan senyuman miring. "Brengsek!" Anton berdiri dan meninju bi...