"Hmm kira-kira apa ya,isinya? Kata abang, kain gitu" Ucapnya kembali membuka paper bag dan "wah cantik banget,ini gaun yang aku suka" Ucapnya dengan terkejut melihat gaun yang sekarang ia lebarkan didepannya."Tunggu kok?Eh,boneka Tinkerbell? Woahhh senangnya" Ucapnya senang,hingga membuang baju ditangannya dan beralih memeluk boneka itu.
•••
Sedang kesya,sejak tadi terus terbatuk dikamarnya.sesak didadanya tak bisa ia tahan,nafasnya terasa berat,dadanya sangat sakit untuk menghirup udara.ia,berusaha berdiri untuk mengambil obat dilemari yang selama ini ia konsumsi.Sudah seminggu penyakitnya kambuh lagi dan sudah seminggu ini ia bolak-balik konsultasi kedokter yang memeriksanya.
Akhirnya tangannya menemukan obat dan segera mungkin meminumnya. Lalu kembali menidurkan tubuhnya dikasur, memejamkan matanya.
"penyakit seperti ini kamu gak boleh sepelein kesya! Ini sudah terlanjur parah.bagaimana tidak,kamu menyembunyikan ini dari orang tuamu?penyakit asma akut bisa merenggut nyawamu secara tiba-tiba kesya!! Tolong dengarkan kataku sebagai dokter yang merawatmu." Ucapan dokter Vera seminggu yang lalu terus berputar diotaknya.
Air matanya mengalir dipelipis tanpa permisi padanya saat mengingatnya."apa aku bilang sama bunda ya? Tapi aku gak mau buat bunda dan ayah khawatir."ucapnya berusaha menahan tangisnya.takut sesak didadanya kembali.
"Biarlah aku sembunyikan penyakit ini dari mereka semua.aku tak ingin mereka jadi khawatir dan malah mengasihaniku. Tapi jika Hafsa mengetahuinya dan malah membenciku,lalu tak mau berbicara padaku lagi bagaimana? Hafsa adek aku satu-satunya yang aku sayang"air matanya kembali mengalir.
Dan saat itu pintunya dibuka secara kasar "bang? Abang ada didalam gak?" Ucapnya berjalan sangat pelan dengan melihat setiap sisi kamar itu yang gelap gulita.
Sengaja kesya matikan, biar saat ia menangis tak langsung terlihat jika ia menangis.Buru-buru kesya mengusap air matanya sebelum Hafsa mendekat kearahnya dan ingin menyalakan lampu kamarnya. "Iya, abang lagi baring" Ucapnya berusaha sekuat mungkin bersikap seperti biasa.
"Kok kamar abang gelap? Abang gak takut?" Ucapnya berusaha mencari letak saklar lampu yang berada diatas sofa.
"Gak kok, Hati-hati kepentok meja!" Ucapnya memperingati Hafsa.
"Iya bang. Yap akhirnya dapat juga" Ucapnya lalu menyalahkan lampu.
"Abang sakit ya? Kok suara abang serak gitu?" Tanyanya lagi dan berjalan kearah kesya.
Kesya memiringkan tubuhnya,berusaha bangun untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya disandaran ranjang.
Tangan kecil hafsa berada didahi kesya, berusaha mengecek suhu tubuh abangnya itu."Gak panas.terus abang kenapa? Pilek?" Ucapnya.
"Abang gak sakit Hafsa,Adek abang yang jelek."ucap kesya melepaskan tangan Hafsa didahinya dan mengusap kepala adeknya.
"Hafsa ngapain kekamar abang?ada perlu apa?" Tanyanya lagi."Hafsa cuma mau kekamar abang hehe" Ucapnya yang diselingi kekehan.
Kesya yang melihat Hafsa seperti itu hanya tersenyum. 'Bagaimana jika Hafsa mengetahui penyakitku ini, apakah dia masih ceria dan sedekat ini sama aku?'batinnya.
Hafsa bangkit dari duduknya dan menelisik setiap inci kamar abangnya.melihat foto-foto masa kecilnya dan kesya tertempel didinding polos berwarna biru navy. kemudian beralih kemeja belajar bercat putih polos milik abangnya yang terlihat rapi. Tapi tunggu,mata Hafsa melihat botol kecil diatas meja itu dengan mengerutkan alisnya.'Itu botol apaan ya?'batin Hafsa mulai berjalan mendekati meja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER'S || KESHA [REVISI]
Teen Fiction"Ti-tidak mungkin!! Ini tidak mungkin kan Bentala? Aku cuma mimpikan? Ini tidak mungkin!" Yuk, Buruan baca!! © 𝙷𝚊𝚔 𝙲𝚒𝚙𝚝𝚊 𝙳𝚒 𝙻𝚒𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚒 𝚄𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐-𝚄𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐