18.GOODBYE MY GREAT FRIEND!

42 8 0
                                    


Masih sangat pagi, Kesya sudah batuk.
Asma-nya kembali kambuh saat diguyur hujan kemarin malam.tubuhnya meringkuk menahan sakit di bagian dada,tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi mulut. Agar,Hafsa tak mendengarnya batuk.

Sekuat mungkin ia batuk, mengeluarkan dahak yang terasa mengganjal diarea tenggorokan. Matanya membulat, tubuhnya langsung terbangun, saat melihat warna merah ditangannya.

Kesya tak menyangka yang keluar dari mulutnya bukanlah lendir yang biasa.ia, keluarkan. melainkan darah merah yang sudah beralih menjadi kehitaman.

Matanya kini memanas,siap untuk mengeluarkan cairan bening yang sudah terbendung sejak tadi.dadanya makin sesak, tubuhnya semakin bergetar menahan isakan tangisnya.sebisa mungkin.ia,berdiri mengambil jaket dan juga kunci motor yang berada diatas meja belajarnya.

Kesya membuka pintu dan menuruni tangga,dengan cepat.ia, berjalan kearah parkiran,menaiki motor dan melajukan motornya sebisa mungkin untuk sampai ke rumah sakit.

Tak butuh waktu lama.ia,sudah sampai diarea parkiran rumah sakit dan buru-buru membuka helmnya.Lalu,berlari ke dalam bangunan bercat yang melekat dengan bau obat-obatan didepannya.

"Sus-suster,Do-dokter Ve-veranya a-da?" Tanya-nya tersengal-sengal dengan sedikit berjongkok,tangan kirinya memegang tembok disampingnya dan tangan satunya lagi memegang lutut kanannya.

Suster yang ditanyai,berdiri disamping kanan berlawanan arah dengannya. "Oh,Dokter Vera. Ada didalam ruangannya,dek" Ucapnya ramah. Lalu,meninggalkan Kesya yang masih mengatur nafasnya.

Setelah dirasa cukup membaik.ia,kembali berjalan kearah ruangan yang dimana Dokter Vera berada. Lalu, mengetuk pintu bercat coklat mengkilap dihadapannya.

"Masuk!"

Mendengar perintah dari Dokter Vera, Kesya langsung masuk dengan wajah yang cukup pucat.

"Ehh,Kesya?"

"Dokter Vera, tolong cek kembali kesehatan saya Dok. Pagi tadi saya terbatuk sampai mengeluarkan darah yang menghitam" Pintanya pada Dokter cantik yang duduk di kursi kerjanya.

Mendengar itu, Dokter Vera menyuruhnya untuk berbaring di brankar terlebih dulu, sebelum ia memeriksanya.

Kesya hanya menuruti perintah Dokter itu dan membaringkan tubuhnya. Dokter memeriksanya dengan memakai alat yang sering Dokter Vera gunakan untuk mengeceknya. Matanya tidak lepas dari layar monitor yang memperlihatkan organ-organnya.

Dokter Vera menjelaskan setiap inci yang ia perlihatkan pada Kesya, mulai dari peradangan kronis/akut yang terjadi pada bronkus, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel hingga spasme bronkus.

Setelah menjelaskannya. ia, menyuruh Kesya untuk bangun dan menyuruhnya duduk di kursi yang berada didepan mejanya.
Lalu,melihat wajah Kesya dengan lekat. "Apa kamu sudah memberitahukan orang tuamu, kesya?"

Mendengar pertanyaan itu Kesya menggeleng.

"Kenapa kamu tak memberitahunya, Kesya? Bronkus kamu semakin parah!! beberapa sel-selnya telah rusak dan mulai menghitam. Itu sebabnya, kau terbatuk hingga mengeluarkan darah menggumpal yang menghitam" Tegasnya yang tak melepaskan tatapannya dari wajah tampan Kesya yang mulai memucat.

Kesya hanya bisa menunduk, mendengarkan setiap kata serta pertanyaan yang keluar dari mulut Dokter Vera yang berada dihadapannya.

Air matanya kembali mengalir, dadanya terasa sesak "apa hidup saya tidak lama lagi dok?Apa penyakit Asma akut ini tidak bisa disembuhkan?" Tanyanya dengan mengangkat kepalanya melihat kearah dokter Vera dengan mata yang sudah sembab.

BROTHER'S || KESHA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang