20.END

52 7 0
                                    

             

                              -----ooOoo-----

Suara monitor berbunyi menampakkan garis hijau berjalan dengan teratur, jari telunjuknya bergerak, matanya perlahan-lahan terbuka menampakkan wanita berumur yang terlihat blur sedang menatap kearahnya. Ia, melihat sekelilingnya yang bernuansa putih. Serta, lekat dengan bau obat-obatan masuk ke indra penciumannya. Lalu—kembali menatap wanita itu lagi. "Bu—bunda, aku dimana?"ucapnya menatap Nisa dengan tatapan sayu.

Wanita berumur itu menangis menatap putrinya "kamu di rumah sakit, sayang"Ucapnya dengan mengecup keningnya.kemudian beralih memanggil dokter.

"Dokterrr... Dokterr!"teriaknya keluar dari kamar rawat.

Otaknya masih belum bisa terlalu berfikir, matanya masih menelusuri ruangan yang dimana dirinya berada sekarang. Hingga, matanya tak sengaja melihat pria yang sedang tertidur di sofa rumah sakit. "Aa—ayah?"lirihnya hampir tak terdengar.

Suara sepatu terdengar mulai memasuki ruangannya, menampilkan Seorang Dokter, 2 orang suster dan satu lagi...ibunya.

"Dokter cepat periksa anak saya, Dok"pinta Nisa dengan sedikit tergesa-gesa.

Dokter itupun menganggukkan kepalanya dan mengangkat satu tangannya keatas. "Sabar ya Bu, saya periksa dulu pasiennya" Ucapnya mulai memeriksa keadaannya saat ini. Kedua suster mengecek gelombang hijau dilayar monitor. Lalu, memeriksa tetes infusnya. Segala sesuatu ditubuhnya telah diperiksa. Sampai, detak jantungnya.

"Detak jantungnya normal...2/3 hari sudah boleh pulang," ucapnya. lalu menuju pintu keluar dengan diikuti kedua susternya Meninggalkan ketiga manusia itu didalam ruangan.

Sepeninggal Dokter, Nisa kemudian membangunkan Raka suaminya yang masih tertidur di sofa. "Mas—bangun. Hafsa sudah sadar mas" Ucapnya menggoyangkan tubuh Raka.

Mendengar itu, Raka langsung membuka matanya dengan cepat. ia bangun dan berjalan kearah Hafsa.

"Sayang, kamu sudah sadar" Tanyanya dengan mengelus rambut putrinya dan mencium pucuk kepalanya berkali-kali.

Masih dengan raut wajah pucatnya, mHafsa perlahan membuka mulutnya Ingin mengucapkan sesuatu. "Aa-ayah, Bu-bunda" Ucapnya masih terlihat lemas.

"Iya sayang,ini Bunda sama Ayah ada disini"Ucapnya tersenyum kearah Hafsa.

Ia,bingung dengan ucapan bundanya,apa maksudnya Bunda dan Ayah disini? Bang kesya mana? Kenapa hanya menyebutkan mereka saja?.

"Bunda,Bang kesya mana?"Ucapnya menatap kedua orang tuanya.

Hal itu membuat Raka dan Nisa bungkam,Mereka bingung harus menjawab apa pada putrinya.Takut membuatnya makin drop.Tapi, mau tidak mau ia harus mengatakan yang sejujurnya.Walau, tu menyakitkan bagi Hafsa dan juga bagi keduanya.

"Hafsa dengerin bunda ya,sayang. 2 tahun yang lalu bang Kesya sudah meninggal,saat ia menolong kamu yang hampir tertabrak mobil truk pengangkut minyak.Alhasil mobil itu menabrak Abangmu dengan melindasnya.Hingga,suara tulang yang remuk terdengar begitu nyaring ditelinga yang berada di sana.mereka,membawamu dan jasad kesya ke rumah sakit.lalu,seseorang menelpon bunda mengatakan kalau kamu dan kesya kecelakaan.Saat itulah bunda dan ayah buru-buru memesan tiket untuk pulang keindonesiaan.Selama kecelakaan itu kamu koma 2 tahun dan sekarang baru sadar"jelasnya panjang lebar sampai tak merasakan air matanya sudah mengalir.

"Ja-jadi,di mimpi Hafsa itu beneran,Abang pergi?" Tanya dengan mata yang sudah berair sejak tadi.

Nisa mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan putrinya.Lalu,memeluk putri satu-satunya."Bunda kenapa abang tega? Kenapa abang tinggalin Hafsa? MKenapa bunda?"Tangisannya pecah di pelukan bundanya.

BROTHER'S || KESHA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang