Chapter 2

709 113 5
                                    

Taman Hijau Saint Stephen di Dublin, Irlandia

Naungan dari pohon eksotis memberi kesejukan yang diinginkan, tak hanya satu atau dua orang yang menikmati suasana segar di pagi hari. Semua kalangan usia tampak berjalan, duduk, atau bersantai di sekitar taman bersejarah ini. Di depannya ada danau indah yang penuh dengan bebek berenang, beterbangan kecil ataupun bersanding dengan unggas lain sambil mengairi tenangnya perairan. 

Freen duduk di sana, di kursi tepat bawah pohon. Tatapannya mengarah ke air danau di depannya, tampak diam dan tak berombak pastinya. Riakan air pun tak nampak, para bebek itu hanya mengikuti arus yang tenang tanpa mencoba memperkeruh suasana. 

Sendirian, dia diam tanpa mengatakan apa pun. Matanya tak biru gelap, dia menggunakan softlens cokelat kali ini. Jika ditanya, siapa yang pertama kali menemukan softlens, pasti semua orang menjawab Adolf Gaston Eugen Fick. Namun, jika pertanyaannya diputar, siapa yang membeli softlens pertama kali, maka jawabannya Freen Samman. Dialah orang pertama yang menggunakan softlens tersebut. Sebab, Freen tak suka orang-orang bertanya, "Mengapa matamu begitu biru? Apa yang terjadi? Apakah kamu bukan manusia?" Freen enggan menerima pertanyaan itu lagi, untunglah softlens itu hadir di tahun 1888, akhirnya pertanyaan yang mengganggu itu tak pernah muncul hingga sekarang. 

Dia mengalihkan pandangannya, melihat manusia tua berambut putih. Seketika saja bibir itu tersenyum sedikit, dia berkata dengan lirih, "Aku juga ingin punya kerutan itu dan rambut putih." Helaan napas lagi, Freen tampak membuang bebannya pada udara segar pagi ini. "Tapi ya sudahlah, aku akan berakhir hari ini." Tersenyum bangga.

Tentang rencana usulan Jacob, dia berpikir akan berhasil, terjun dari helikopter dan mati dalam lautan yang mengerikan. Alasan mati? Freen tak bisa berenang, trauma. Semua kejadian dulu membuatnya tak bisa kembali melangkah menuju samudra atau dalam riakan pantai kecuali sampai lututnya saja. Tak bisa dipaksakan, kakinya selalu kaku dan tegang, tak bisa berjalan lebih jauh dari pesisir pantai. Jadi, dengan semua alasan itu, Freen berpikir, akhir pasti akan dia jumpai di sana, di Samudra Atlantik, nanti.

Kali ini Freen cemberut, dia masih menatap Nenek yang sedang berbincang dengan suaminya, tentang apa pun itu, Freen tak bisa mendengarnya. Terlalu jauh. Yang pasti, pahatan waktu di wajah dan tubuh mereka membuat perasaan iri Freen membuncah. Sungguh, dia juga ingin tua. 

Bahkan, dia pernah bertanya pada penjual kosmetik. Bagaimana caranya menjadi tua dan banyak kerutan? Bukannya dijawab, wanita penjual itu malah mengusir Freen dari tokonya, dia pikir Freen menyindirnya. Karena, Freen menanyakan hal itu sambil menunjuk kerutan tipis di wajah wanita itu. Pemilik mata biru ini tak bisa mengerti mengapa dia diusir. Lalu pada lain waktu, dia pernah bertanya pada dokter kecantikan tentang bagaimana cara membuat kerutan itu mucul. Dokter itu menjawab tentang terpapar sinar UV yang berlebihan di tengah hari tanpa menggunakan sunscreen dapat membuat penuaan dini, akhirnya Freen berjemur dari jam sepuluh hingga jam tiga di taman dekat rumahnya di Bangkok, setiap hari. Tapi apa? Dia tak mendapatkan satu kerutan pun kecuali dilihat oleh banyak orang. Freen sungguh kecewa saat itu. Semua sia-sia, aku tak bisa menua.

Sekarang dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain, entah ke mana. Yang pasti matanya melamun lagi, "Mengapa susah sekali melepaskan janji itu? Patricia sangat kejam. Dia menyiksaku kali ini." Tidak hanya sekali ini dia mengatakan itu, tapi hampir tak terhitung berapa kali Freen mengeluh soal janji menunggu.

Dia duduk cukup lama, tak beranjak sedikit pun. Matanya tertutup sambil bersandar di kursi kayu itu, tangannya bersilang, tampaknya dia ingin bermimpi saja. Namun, belum juga dia tertidur, ternyata seseorang menyenggol kakinya dengan tongkat kayu beberapa kali. Mata Freen terbuka perlahan, dia melihat wanita tua yang tangannya  bertumpu pada tongkat dan menatapnya cukup lama. Freen tidak mengalihkan pandangannya, dia malah menantang tatapan itu. 

DARK OCEAN - FREENBECKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang