Chapter 6

604 84 4
                                    

Tahun 1711, Kepulauan Bonin

"Bagaimana bisa kamu terluka seperti ini?" Patricia merobek kain lebar yang dia gunakan. Raut mukanya sungguh memancarkan kekhawatiran, dia tak menyangka manusia bisa serapuh ini. Dia sebelumnya menunggu Freen keluar dari hutan, namun yang ditunggu malah berjalan tertatih-tatih sambil tersenyum lebar, sementara kakinya penuh dengan darah. Kakinya sedikit robek, karena apa, tidak tau. Freen belum menjawabnya sampai sekarang.

Sedari tadi Freen tak henti-hentinya merintih kesakitan, sebelumnya luka itu tidak terasa sakit seperti itu, tapi apa daya, si Patricia ini segera membersihkan darah itu dengan air laut.

"Jangan kuat-kuat! Sakit!" Keluhan sang pasien dirawat oleh perawat dadakan, Patricia tidak mengontrol kekuatannya saat membalut luka itu.

Malah, dia menjawab, "Ini harus segera ditutup, jika tidak kamu akan pendarahan dan mati. Aku tidak ingin kamu mati." Dia mengatakan itu dengan cemas, matanya terfokus membalut luka Freen.

Freen tertegun mendengar kata-kata itu, dia seolah tersanjung? Atau semacam ada perasaan, oh? Dia peduli padaku? Kali ini Freen tersenyum dan sesekali raut muka itu menyatu karena rasa sakit, "Aku tidak akan mati karena hal sederhana seperti ini." Jika diukur kesombongannya, Freen sudah termasuk level parah.

Hal sederhana? Manusia memang sombong, huh? Patricia selesai membalut luka itu, tampak bercak darah di kain putih itu. Namun perban itu tampaknya berhasil menahan darah tersebut. Patricia pun bertanya pada Freen, "Apa yang terjadi? Kamu terkena ranjau atau semacamnya?" 

"Huh? Ranjau?" Freen menggeleng, "Aku terjatuh saat turun tebing, dan luka ini sepertinya karena sayatan batu yang tajam atau? Entahlah. Aku tidak tau, yang pasti aku selamat." Kalau diingat kejadian ulang, Freen seperti bola salju yang menggelinding ke bawah, dia benar-benar beruntung bisa hidup.

Patricia memukul luka itu sekali, cukup kuat. Freen otomatis teriak kesakitan sambil menjauhkan kakinya dari pemukul itu. Patricia berkata, "Lain kali hati-hati. Jika saja kamu tak sadarkan diri di dalam sana, aku tidak tau bisa menyelamatkanmu atau tidak. Yang pasti, kamu mungkin akan mati sendirian di sana!"

Hangat lagi hati yang mendengar, Freen tersenyum malu. Entah mengapa dia merasa senang mendengar kata-kata perhatian itu. Iya, Freen menganggap itu kata-kata perhatian. 

"Kenapa senyum-senyum? Kamu mendengarku, kan? Jangan gegabah lagi, tolong hati-hati."

Mengangguk bak anak kecil yang penurut, Freen berkata, "Mm. Aku akan hati-hati."

Patricia menghembuskan napas cemas, dia sedari tadi merasa gelisah dengan semua darah itu. Dia amat takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan, Freen adalah orang yang berharga baginya. Wanita ini tak boleh mati. "Lalu apa yang kamu dapat?"

Saat itu juga Freen bersemangat, dia berkata dengan riang, "Aku tidak dapat apa-apa!"

Tidak dapat apa-apa dan dia bertingkah riang seperti ini? Astaga. Rasanya, Patricia ingin memukul kepala Freen dengan kuat. Tapi dia berusaha sabar, karena tampaknya Freen ingin menceritakan hal lain.

"Tadi aku lihat ada kambing liar di dalam sana! Ada rubah terbang! Juga babi gemuk! Tapi tentang babi, untunglah dia sedang tidur. Aku benar-benar harus memilih jalan memutar agar tidak dikejar olehnya."

Patricia merasa apa yang spesial dari semua itu? Mengapa dia semangat sekali? Lalu Freen berkata lagi, "Aku akan memburu babi atau kambing itu nanti! Ketika kakiku sudah sembuh!" Tawa itu terdengar riang, Freen berkata, "Dan sekarang aku harus pergi ke kapal itu."

Freen melihat kain penutup wanita di depannya yang hampir menampakkan daerah itu, Freen segera mengalihkan pandangannya walaupun dia ingin sekali melihat semua tubuh itu lagi. Tapi tidak, Freen tau dia bukan orang yang rendahan, "Aku sepertinya melihat banyak perlengkapan yang tak terpakai di dalam kapal tersebut." Dia pun berusaha untuk berdiri, namun sangat susah. Ternyata kakinya memang sesakit itu.

DARK OCEAN - FREENBECKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang