Chapter 8

520 82 0
                                    

'Wah, sempurna.'

Sebuah kata yang sering terucap saat mengagumi sosok wanita yang setia menemaninya setiap saat, dulu. Kisah yang dimulai dengan pelukan lembut, lalu beralih pegangan tangan, dan akhirnya rutin untuk saling berdekatan. Hingga perasaan kagum dengan seluruh kesempurnaan itu berubah menjadi suka yang mendalam. 

Angin sepoi adalah saksi yang selalu terabaikan saat bibir mereka saling bersentuhan satu sama lain. Pasir putih pun kadang menjadi sandaran tubuh yang bergairah. Tenda kecil untuk bermalam saat hujan pun kadang dipenuhi oleh suara nan lembut dari kedua insan. Bahkan, api unggun yang terpadam paksa oleh air jatuh itu pun kadang hanya bisa mengintip dari celah tenda tersebut untuk melihat apa yang sedang mereka lakukan. 

Hubungan manusia dan sosok kecil thalassa memang menjadi sebuah keunikan dalam jalinan ikatan tersebut. Namun, tidak, dia tidak pernah merasa ada perbedaan sedikit pun saat melihat wanita yang perlahan dia cintai itu. Dan juga, tanpa pernah meninggalkan kata wah, sempurna! Freen selalu memandang wanita itu dengan harapan bisa memiliki untuk selamanya. 

Tapi bukan ini pembahasan yang ingin diungkit. Kisah manis ini memang terasa menakjubkan jika diingat. Dan yeah, hanya cerita indah itulah yang selama ini memenuhi benaknya. Bahkan, setelah bangun dari tidurnya yang panjang, Freen pernah mempertanyakan, mengapa aku berpisah dengannya? Mengapa semua ini terjadi? Mengapa aku begitu merindukannya?

Tidak hanya tiga pertanyaan itu, Freen selalu memenuhi ruang pikirnya dengan semua pertanyaan mengapa dalam beberapa tahun itu. Wanita yang bermata biru gelap ini, seolah merasa, bukankah seharusnya dia masih bersamaku? Apa yang telah terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Patricia? Dia bertanya, selalu bertanya. Bahkan saat berada di pinggiran samudra, Freen selalu berteriak, dia meminta jawaban atas semua ingatan terasa acak dalam pikirannya. Sebab kisah yang dia ingat, tak ada kata pisah, sedikit pun. 

Freen hanya merasakan cinta yang mendalam dari kisah manis yang terukir dulu. Namun, dia tak mengerti mengapa rasa rindu dalam hatinya begitu dalam, dan seolah selalu mendorong kedua kakinya untuk mencari sang pemilik hati itu. Dan juga, sebuah kalimat yang tak pernah terucap dari mulut kekasihnya seakan terikat erat dalam ujung gelap ingatannya. Iya, kata-kata itu selalu terngiang selama dia membuka mata, 'Tunggu aku, aku akan kembali. Cari aku, ingatkan aku tentangmu lagi, Freen.'

Sungguh, Freen mempertanyakan semua alasan pisah. Namun tetap saja, tak ada yang menjawabnya, tak ada satu pun yang bisa menjawabnya. Selain...

Tidak! Freen tidak menerima jawaban yang tak sesuai dengan perasaannya. Tidak akan pernah! 

Dia hanya ingin jawaban yang selaras seperti yang dia rasakan. 

Namun sampai detik ini, dia tak menemukan satu pun jawaban pasti, mengapa dia meninggalkanku sendiri? Mengapa dia memintaku menunggu? Mengapa dirinya seolah mendadak hilang dari hidupku? Dan, mengapa aku menjadi dirinya? Apa dia masih hidup? Apa dia benar-benar akan muncul lagi? Apa benar ada reinkarnasi?

Terlalu banyak pertanyaan, hingga seratus tahun kemudian Freen akhirnya berhenti bertanya.

Benar, Freen hanya mengikuti alur. Dia bak boneka yang dituntun berjalan untuk mencari sang pemilik. Namun terlepas dari semua itu, sungguh rasa cinta itu benar-benar dia jaga hingga hari ini. Dan tentang kerinduan, rasa cinta itulah yang memaksanya untuk merindu kekasih yang meminta untuk ditunggu dan dicari. 

Freen hanya bisa melakukan apa yang bisa dia lakukan. 

Jika Patricia meminta Freen untuk mencarinya, dia akan melakukan itu. Walaupun dia ragu.

DARK OCEAN - FREENBECKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang