🍃004🍃

4.8K 133 2
                                    

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍃🍃🍃

Setelah berkutat dengan laptop sekitar 20 menit, Agam bangkit dari sofa dan merentangkan otot ototnya, kemudian dia menatap istrinya yang tertidur lelap. Agam kembali tersenyum tipis, masih tak menyangka dirinya bisa menikah dengan anak kecil seperti Khanza.

Agam kemudian mengambil handuk dan berjalan masuk ke kamar mandi, badannya sudah sangat lengket sekarang.

Sekitaran 15 menit, Agam telah selesai dengan ritual mandinya. Dia keluar dengan kaos hitam polos dan celana yang melewati lututnya.

Pria itu kemudian mengambil salah satu kitab di deretan kitab yang ia susun rapi di kamarnya, Agam kembali duduk di sofa yang single itu.

Agam mulai fokus pada buku dan kitab-kitab di depannya, ilmu harus luas, 2 gelar tidak ada apa-apa nya jika tak di sertai dengan ilmu agama.

Agam melirik ke tempat tidur melihat istrinya yang nampak tidak tenang dan berkeringat di saat AC menyala, menyadari itu, Agam segera menghampiri Khanza yang sepertinya sedang bermimpi buruk.

"Khanza , hey," Agam menepuk nepuk pipi sang istri.

Khanza tidak juga bangun, tapi gadis itu terus menyebut nama kakeknya. Keringat bercucuran di pelipis Khanza.

"Khanza , hey, saya ada di sini," Agam masih berusaha membangun kan Khanza yang sudah menangis dengan mata terpejam.

"KAKEK!" Khanza bangun berteriak menyebut Kakeknya

"Mimpi buruk?" Tanya Sgam

"Kakek , Om, ayo kita ke rumah sakit," ajak Khanza dengan wajah yang sangat panik dan pucat pasih.

"Hey, tenang dulu, mimpi hanya buah tidur saja, dan yang di mimpi kamu hanyalah jin yang menyerupai seseorang yang kamu mimpikan." ucap Agam menenangkan Khanza.

"Saya takut, saya takut terjadi sesuatu sama kakek," air mata Khanza sudah membasahi pipi gadis itu.

"Iya saya tahu, kamu tunggu di sini saya ambilkan minum," setelah itu Agam bangkit dan keluar dari kamar.

Khanza masih terbayang-bayang dengan mimpinya tadi, gadis itu belum berhenti dari tangisnya. Membayangkannya saja Khanza tidak bisa, bagaimana jika itu benar-benar kejadian.

Agam datang membawa segelas air, pria itu duduk di tepi ranjang, "kamu minum dulu," Agam menyodorkan minumnya pada Khanza

Khanza menerima dan meminumnya sedikit, rasanya mimpi itu nyata.

"Makanya, kamu kalau tidur itu berdoa dulu," ujar Agam mengambil kembali gelas dari tangan Khanza dan meletakkannya pada nakas di samping tempat tidur.

"Om, Kakek gak bakalan kenapa-napa kan?" tanya Khanza

Agam mengangguk."InsyaAllah, Kakek akan baik-baik aja, kamu terus berdoa semoga Kakek selalu dalam lindungan Allah."

"Saya mau ke rumah sakit, saya mau liat Kakek, Om."

OUR SECRET (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang